Senin, 28 Februari 2011

Lazid Food Beverage



kripik rambutan


image

kripik rambutan freshselengkapnya...


 


 


 


 


 


 


 


 


Cara Pasang Yahoo Messenger di Sidebar Wordpress.com

Punya Wordpress tapi belum tau bagaimana cara memasang YM di Sidebar Wordpress, script dibawah inia akan banyak membantu anda untuk dapat mewujudkannya, tinggal di copy + paste dan diletakan pada sidebar.  Yang harus diperhatikan adalah penggunaan id dan gambar tampilan YM nya., gruatisan keq punya sayah nih saya punya scriptnya dibawah dan anda tinggal kopi paste aja dan taruh di sidebar. sebelum melakukan copy paste, lakukan perubahan warna berikut ini:

Minggu, 27 Februari 2011

Memasang Google Translate Di WordPress


Inginkah anda di blog WordPress.com anda terdapat fasilitas penerjemah bahasa? Yang tidak hanya menerjemahkan satu bahasa melainkan multi bahasa? Yang menerjemahkan isi blog anda tanpa meninggalkan theme blog anda? Bila ya! Anda wajib membaca artikel ini!



Google Translate! Bukan terdengar asing lagi. Bahkan hampir semua orang membicarakannya di posting blog mereka. Saya tidak akan membicarakan Google Translate, melainkan cara memasangnya di blog WordPress.com yang terkenal anti java scriptnya ini.boot

Menampilkan Widgets Text


Widgets Text adalah komponen atau fitur tambahan dari WordPress.com yang berfungsi untuk menampilkan text dan kode-kode HTML pada sidebar. bootingskoBlog




  1. Login ke WordPress.com.

  2. Pada sisi kiri halaman  klik menu [Appearance] > [Widgets].

Orang-orang yang Menjadi Kera

Pada suatu masa, ada satu kelompok kaum Bani Israil yang tinggal di tepian laut. Mereka hidup sebagai nelayan dan secara teratur pergi melaut mencari ikan hampir setiap hari. 

Hampir setiap hari? Ya, hampir setiap hari, sebab orang orang Bani Israil ini hanya mencari ikan pada setiap hari Minggu sampai hari Jum'at. Mereka tidak melaut pada hari Sabtu karena ada satu ketentuan khusus yang ditetapkan Allah pada penduduk ditepi laut ini yaitu larangan untuk berburu ikan dihari Sabtu. 

Mulanya mereka menerima ketentuan Allah dengan lapang dada, tetapi kemudian Allah memberi ujian pada mereka untuk-mengetahui siapakah diantara mereka yang benar-benar taat kepadaNya. 

Ikan-ikan laut yang menjadi sumber kehidupan mereka justru banyak berkumpul dan mendekati masyarakat Bani Israel pada hari Sabtu. Sementara dihari lain , ikan-ikan ini malah menjauhi mereka. Akibatnya„ mereka harus lebih bersusah payah dalam menangkapnya.
Segera saja kondisi ini menggoda sebagian masyarakat Bani israel. Mereka berfikir keras, bagaimana caranya agar ikan-ikan itu dapat mereka nikmati tanpa harus menangkapnya pada hari sabtu. 

Lalu datanglah sebuah ide. "Bagaimana kalau begini saja, kita pasang perangkap di laut itu pada hari Jum'at," kata seseorang. "Pada hari Sabtu, ikan-ikan tentu akan berdatangan dan masuk kedalam perangkap. Nah, dihari Minggu kita tinggal mengangkat perangkap dan menikmati ikan-ikan itu. Ide itu segera saja disetujui para penduduk yang tidak beriman. Mereka segera saja membuat berbagai perangkap dan memasangnya pada setiap hari Jum'at untuk kemudian mengambil ikan-ikan yang terperangkap dihari Minggu. Para penduduk ini tak sedikitpun merasa khawatir dengan perbuatan mereka. Mereka malah bangga karena mengira dapat menipu peraturan Allah dengan cara yang licik seperti itu. 

Sebagian penduduk lainnya adalah penduduk yang masih taat pada aturan Allah. Mereka adalah orang orang yang yakin bahwa berbuat curang pada Allah dapat membuat Allah murka dan menurunkan ajabNya. 

Tetapi penduduk yang taat itupun terbagi dua. Kelompok pertama adalah kelompok yang tak acuh pada kecurangan yang dibuat masyarakat yang tidak beriman dan kelompok kedua adalah kelompok orang beriman yang tak pernah lupa akan tugas mereka sebagai penyeru kebenaran. Karena itu, kelompok kedua ini tak berdiam diri saja, mereka menasehati penduduk yang berbuat curang. 

"Hentikan kecurangan ini saudara-saudara. Ingatlah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Segala perintah Allah tentulah ada maksudNya. Dan mengingkari perintah Allah pastilah membuat Allah murka. Ikan-ikan yang menjauh pada hari lain dan mendekat pada hari Sabtu tentulah hanya sebuah ujian dari Allah bagi kita." 

"Yang dilarang itukan menangkap ikan dihari Sabtu. Kami hanya meletakkan perangkap dihari Jum'at dan mengambil hasilnya dihari Minggu. Jadi kami tidak melanggar peraturan," jawab mereka yang curang dan keras kepala. 

Berkali kali kaum beriman memperingati mereka. Tetapi peringatan itu tak pernah digubris. Mereka bahkan meminta kaum beriman untuk tidak lagi mencampuri urusan mereka. 

Sementara itu kelompok yang masih taat kepada Allah, tetapi tidak mau repot-repot mengurusi penduduk yang curang, justru mencela kaum beriman yang terus saja berdakwah. "Kenapa sih mau-maunya kalian mengurusi orang orang yang sudah pasti akan diajab Allah?" ungkap mereka. 

"Mereka kan sudah pasti binasa." 

"Kami memberi mereka peringatan agar lepaslah beban kewajiban kami untuk memperingati mereka akan kebenaran Allah. Sehingga bila kelak kami ditanya Allah mengenai urusan ini, kami memiiliki satu alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu, kami memperingati mereka adalah sebagai sebuah kewajiban berdakwah, agar mereka dapat kembali menjadi orang yang bertakwa," jawab kaum beriman dengan lembut. 

Tetapi sayang, penduduk yang curang itu tak juga mau mendengar nasehat kaum beriman. Mereka terus saja melakukan pembangkangan atas perintah Allah, hingga pada suatu hari terjadilah peristiwa yang sangat mengherankan. 

Pada suatu pagi seluruh penduduk yang melakukan kecurangan bangun dari tidurnya dengan perasaan aneh. Ketika saling memandang tahulah mereka apa keanehan itu.
Tidak satupun dari mereka yang curang ini hidup dalam wujud manusia. Tubuh mereka telah berubah menjadi kera. Sementara orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah diselamatkan Allah dengan tetap berwujud manusia. 

Mengetahui bahwa diri mereka telah berubah menjadi kera yang hina, segera saja menyesallah para para pembangkang yang curang itu. Tetapi semua itu sia-sia. Allah telah menurunkan azab atas kezaliman mereka selama ini. Maka merekapun harus melanjutkan hidup sebagai kera hingga ajal datang menjemput ruh mereka.

Keteguhan Hati Sang Nabi

Ada satu contoh yang bisa kita ambil dari perilaku Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw, adalah orang yang terkenal teguh hatinya. Maksudnya, ia sangat taat dalam menjalankan kebenaran. Suatu kebenaran yang datang dari Allah dipertahankannya walau keselamatan beliau terancam.

Alkisah, Nabi Muhammad Saw, telah menerima wahyu dari Allah. Nabi diutus kepada seluruh umat manusia untuk menyembah Allah. Sejak itu, Nabi mulai aktif berdakwah sendirian.

Pada awalnya, beliau berdakwah kepada istrinya, lalu kepada kaum kerabatnya. Karena Nabi berasal dari suku Quraisy, beliau sering berdakwah setiap ada perkumpulan suku Quraisy. Nabi tidak mendapatkan banyak sambutan, tetapi lebih banyak cemoohan. 

Keteguhan Hati Imam Al-Ghazali

Kisah ini menceritakan tentang seorang tokoh sufi yang sangat terkenal. Beliau adalah Imam Al-Ghazali yang dilahirkan di kota Gazalah, di Iran utara. Jadi, nama tempat kelahirannya menjadi namanya juga (ini kebiasaan bagi orang-orang Arab). 

Nama sebenarnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad At-Tusi Al-Ghazali. Beliau berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya hanya seorang pemintal benang tenun. Namun, ayahnya ingin sekali anaknya menjadi orang yang berilmu. 

Sebelum meninggal, ayahnya menitipkan Al-Ghazali dan saudaranya, Ahmad, kepada seorang sahabatnya. 

Kala itu, sang ayah hanya meninggalkan warisan yang tidak seberapa. Oleh sahabat ayahnya, Al-Ghazali dan Ahmad dimasukkan sekolah. Al-Ghazali menjadi anak yang haus ilmu. Ia banyak belajar berbagai hal. 

Ketika Al-Ghazali menginjak usia remaja, sahabat ayahnya sudah tidak sanggup lagi menyekolahkannya. “Abu Hamid, harta ayahmu yang dititipkan kepadaku telah habis. Aku merasa tidak sanggup lagi untuk menyekolahkanmu. Oleh karena itu, aku sarankan untuk mencari biaya pendidikan ke luar kota. Kudengar di Thus ada seorang ulama kaya yang suka membantu orang-orang tidak mampu. Datanglah ke sana.!” 

Beruntunglah ketika pindah ke kota Thus, Al-Ghazali mendapat bea siswa dari Ahmad bin Muhammad Razkafi. Ulama inilah yang telah mengajarkan kepada Al-Ghazali tentang cara membaca Al-Qur’an, hadits, dan fiqh. Al-Ghazali sangat cepat menguasai pelajaran. Dalam waktu singkat ia telah fasih membaca Al-Qur’an, hafal banyak hadits, dan tahu banyak tentang hukum islam. Hal ini membuat Al-Ghazali semakin meneguhkan hatinya untuk belajar. Ia ingin mengangkat derajatnya dengan ilmu pengetahuan. 

Selesai menamatkan pendidikan di kota Thus, Al-Ghazali meminta izin untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Atas restu gurunya dan bantuan pemuka setempat, Al-Ghazali bisa melanjutkan pendidikan ke kota Jurjan. Ia belajar di sebuah sekolah yang dipimpin oleh ulama besar bernama Abu Nasar ismaili. Disini, ia belajar selama tiga tahun. Setelah itu, kembali ke kotanya. 

Dalam perjalanan pulang, Al-Ghazali mendapat pelajaran berharga. Keteguhan hatinya untuk belajar ilmu agama diuji oleh Allah. Ketika pulang, ia dicegat gerombolan perampok. 

“Hai, anak muda! Serahkan hartamu kalau mau selamat!” hardik seorang perampok. 

“Aku tidak memiliki apa pun selain pakaian dan buku-buku ini,” ujar Al-Ghazali dengan penuh iba. 

Para perampok itu menggeledah Al-Ghazali. Tapi, mereka tidak menemukan harta yang di cari. Mereka pun menjadi sangat kesal. Kemudian memberantakkan buku-buku catatan Al-Ghazali. Dengan penuh harap, Al-Ghazali memohon kepada mereka, “Wahai tuan, tolong kembalikan buku-buku catatanku. Engkau boleh ambil pakaian-pakaian milikku.” 

Perampok itu tak menghiraukan permohonan Al-Ghazali. Salah seorang dari mereka malah menyindirnya, ”Untuk apa engkau belajar, kalau masih membutuhkan catatan-catatan tak berguna ini!” Para perampok itu lalu membakar buku-buku catatan milik Al-Ghazali. 

Al-Ghazali hampir menangis karena kesal melihat ulah para perampok itu. Namun, kata-kata sindiran dari perampok terngiang-ngiang di telinganya. 

Al-Ghazali benar-benar terpukul oleh kejadian tersebut. Sejak itu, ia meneguhkan hatinya untuk dapat menghafal seluruh catatannya. Selama tiga tahun ia kembali menghafal segala sesuatu yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, ia tidak memerlukan buku lagi. Subahanallah, karena kepintarannya, Al-Ghazali mampu menghafalkan semua yang telah dipelajarinya. 

Orang yang telah teguh hatinya tidak akan mundur ketika ditimpa musibah. Setiap musibah pasti mengandung hikmah. Ingatlah bahwa seseorang yang sedang diuji dengan musibah, orang itu sedang diperhatikan oleh Allah. 

Al-Ghazali kemudian menjadi sarjana yang sangat ahli dalam berbagai bidang. Keharuman namanya membuat ia diangkat menjadi guru besar hukum di Madrasah Nizamiyah di Baghdad. Dengan keteguhan hatinya, Al-Ghazali dianggap menjadi pembela kebenaran islam yang terbesar sehingga dijuluki Hujjatul Islam atau pembela Islam. Ia telah menulis sebuah karya terbesar berjudul Ihya’ Ulum ad-Din (menghidupkan kembali ilmu agama). Kitab ini masih dibaca dan dipelajari orang hingga kini. Ia memang terkenal sebagai penulis. Karyanya yang sudah dibukukan berjumlah sekitar 228 buku mencakup berbagai bidang ilmu. 

Pengaruh Al-Ghazali sangat besar dalam Islam. Tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa ia adalah salah seorang tokoh terpenting setelah Nabi Muhammad Saw. Demikianlah kisah keteguhan hati sang tokoh sufi. Ia merupakan salah satu tokoh Islam yang banyak mengajarkan ilmu menata hati.

Keteguhan Hati Abu Bakar

Abu bakar merupakan sahabat Nabi yang sangat setia, beliau termasuk orang yang paling awal memeluk Islam. Ia orang kedua yang memeluk Islam setelah siti Khadijah, istri Nabi Muhammad Saw. Kelak setelah Nabi Muhammad Saw wafat, beliau juga dikenal sebagai khalifah pertama kaum muslim. 

Abu bakar juga terkenal karena kecintaan dan kepercayaannya yang tinggi terhadap Nabi Saw. Karena itu, ia mendapat gelar ash-shiddiq dibelakang namanya. Gelar itu artinya ”yang selalu membenarkan”. 

Abu Bakar-lah orang yang pertama kali membenarkan perjalanan Nabi dalam kisah Isra’ Mi’raj. 

Sejak meneguhkan hatinya memeluk islam, Abu Bakar menjadi salah seorang pembela Islam. Ia mendesak Nabi Saw untuk memperluas cara berdakwah. Abu Bakar pun menjadi wakil Nabi dalam menyampaikan ajaran Islam. 

Suatu ketika, Abu Bakar berpidato di Ka’bah dan Nabi Saw duduk di sampingnya, ia dipukul beramai-ramai. Ia tersungkur ke tanah, lalu ditendang dari kiri dan kanan. Seseorang bernama Utbah bin Rabi’ah merenggut sandal Abu Bakar. Sandal itu lalu dihantamkannya ke wajah Abu Bakar. 

Masya Allah, wajah sahabat Nabi itu menjadi benjut dan lebam. Untunglah, datang orang-orang dari suku Bani Taym (sukunya Abu Bakar) melindungi Abu Bakar dari orang-orang yang hendak memukulnya. 

Abu Bakar sudah dalam keadaan sekarat. Orang-orang dari suku Bani Taym membawanya ke rumah. Lalu, orang-orang tadi pun kembali ke masjid sambil mengancam, ”Demi Allah, jika Abu Bakar mati, maka kami akan membunuh Utbah bin Rabi’ah!” 

Banyak orang dari suku Bani Taym berkumpul di rumah Abu Bakar. Kemudian, Ayah Abu Bakar, Abu Quhafah, mencoba memanggil-manggil anaknya. Akhirnya, Abu Bakar siuman dan bisa berkata-kata lagi. Tapi, apa yang pertama kali ditanyakan Abu Bakar? Antara sadar dan tidak, ia terus berkata-kata lagi. “Dimana Nabi? Apa yang terjadi dengan Nabi?” 

Orang-orang menenangkan Abu Bakar. Lalu sang Ibu, Ummu Khair, mencoba membujuk anaknya untuk makan malam. Tapi, Abu Bakar tidak mempedulikannya. Ia malah terus bertanya-tanya tentang Nabi Saw. Demikianlah, betapa cintanya Abu Bakar kepada Nabi Muhammad Saw. 

Akhirnya, Abu Bakar meminta Ibunya untuk menemui Ummu Jamil. Abu Bakar mengatakan bahwa Ummu Jamil pasti tahu keadaan Nabi Saw. Maka, oleh ibunya dibawalah Ummu Jamil kerumah. Ummu Jamil terkejut melihat keadaan Abu Bakar yang sudah payah sekali. Kemudian, Ummu Jamil membisikkan kepada Abu Bakar bahwa Nabi dalam keadaan baik-baik saja. Abu Bakar pun merasa lega. Namun ia tetap saja tidak mau makan.” Demi Allah, aku tidak akan merasakan makan dan minum sampai aku menemui Nabi Saw!” 

Begitu sabar Ibu Abu Bakar memenuhi keinginan Anaknya. Ketika keadaan aman, dibawalah Abu Bakar menemui Nabi Muhammad Saw. Saat itu Nabi Saw berada dirumah Ibnu Arqam. Melihat keadaan Abu Bakar yang begitu menyedihkan, bangkitlah segera Nabi Saw. Ia memeluk dan mencium Abu Bakar, sahabat yang dicintai dan sangat mencintainya. 

Abu Bakar menenangkan Nabi yang tampak sedih. 

“Demi ayah dan ibuku, wahai Muhammad! Aku ini tidak apa-apa, dan janganlah engkau terlalu merasa khawatir. Cuma ada yang terasa sakit diwajahku karena pukulan Utbah. Tapi, sebentar lagi juga hilang! Dan ini, Ibuku yang telah memenuhi keinginanku, sedangkan engkau adalah orang yang diberkati. Tolonglah ajak dia memeluk Islam, dan do’akanlah ia agar terhindar dari api Neraka!” 

Nabi Saw pun mengislamkan ibunda Abu Bakar serta mendoakannya. Selanjutnya, sejak peristiwa itu kaum Muslimin tinggal dirumah Ibnu Arqam selama kurang lebih satu bulan. Saat itu mereka berjumlah 39 orang. Tepat ketika hari Abu Bakar dipukul orang, Hamzah bin Abdul Muthalib, salah seorang paman Nabi memeluk Islam. 

Kemudian, Nabi Saw berdo’a kepada Allah agar islam dikuatkan oleh salah seorang diantara Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam. Baru saja beliau berdo’a pada hari Rabu, tiba-tiba hari kamis datang Umar bin Khattab memeluk Islam.
Nabi Saw dan kaum muslimin yang lain serentak mengucapkan takbir atas Islamnya Umar.

Kendaraan Seorang Bijak

Matahari di padang pasir terasa membakar kulit. Hanya sesekali angin bertiup dan menerbangkan debu-debu yang memerihkan mata. Cukup membuat seorang pemuda kerepotan mengarungi samudra pasir yang membentang luas. Namun, hatinya agak tenang. Unta yang di tungganginya masih muda dan kuat. Ia berharap kendaraannya sanggup menempuh perjalanan yang jauh. Perbekalan yang dibawanya pun akan cukup membuatnya bertahan selama perjalanan. Masih separuh lagi perjalanan yang harus ditempuh pemuda itu. 

“Mudah-mudahan, aku selamat sampai Makkah. Dan, segera melihat Baitullah yang selama ini kurindukan,” katanya penuh harap. 

Panggilan rukun Islam kelima itulah yang membulatkan tekadnya. Mengarungi padang pasir yang terik. 

Tiba-tiba, pemuda itu menatap tajam ke arah seseorang yang tengah berjalan sendirian di padang pasir. 

Kenapa orang itu berjalan sendiri di tempat seperti ini? Tanya pemuda itu dalam hati.
Sungguh mengundang bahaya. 

Pemuda tersebut menghentikan untanya di dekat orang itu. Ternyata, ia seseorang lelaki tua yang berjalan terseok-seok di bawah terik matahari. Lalu, anak muda itu segera turun dari kendaraannya. 

“Wahai Bapak Tua, Bapak mau pergi ke mana?” tanyanya ingin tahu. 

“Insya Allah, aku akan ke Baitullah,” jawab orang tua itu dengan tenang. 

“Benarkah?!” anak muda itu terperanjat. Apa orang tua itu sudah tidak waras? Ke Baitullah dengan berjalan kaki? 

“Betul, Nak, aku akan melaksanakan ibadah haji,” kata lelaki tua itu pula. 

“Masya Allah, Baitullah itu jauh sekali dari sini. Bagaimana kalau Bapak tersesat atau mati kelaparan? Lagi pula, semua orang yang kesana harus naik kendaraan. Kalau tidak naik unta, bisa naik kuda. Kalau berjalan kaki seperti Bapak, kapan Bapak bisa sampai ke sana?” pemuda itu tercenung. 

Ia yang menunggang unta dan membawa perbekalan saja, masih merasa khawatir selama dalam perjalanan yang begitu jauh dan berbahaya. Siapapun tak akan sanggup menempuh perjalanan sejauh itu dengan berjalan kaki. Apa ia tidak salah bicara? Atau memang orang tua itu sudah terganggu ingatannya? 

“Aku juga berkendaraan,” kata lelaki tua itu mengejutkan. 

Si pemuda yakin kalau dari kejauhan tadi, ia melihat orang tua itu berjalan sendirian tanpa kendaraan apa pun. Tapi, pak tua malah mengatakan dirinya memakai kendaraan.

Orang ini benar-benar sudah tidak waras. Ia merasa memakai kendaraan, padahal aku lihat ia berjalan kaki..., pikir si pemuda geli. 

“Apa Bapak yakin kalau Bapak memakai kendaraan?” tanya pemuda itu menahan senyumnya. 

“Kau tidak melihat kendaraanku?” orang tua itu malah mengajukan pertanyaan yang membingungkan. Si pemuda, kini tak dapat lagi menyembunyikan kegeliannya. 

“Kalau begitu, apa kendaraan yang Bapak pakai?” tanyanya sambil tersenyum. 

Orang tua itu termenung beberapa saat. Pandangannya menyapu padang pasir yang luas. Dengan sabar, si pemuda menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut orang tua itu. Akankah ia mampu menjawab pertanyaan tadi? 

“Kalau aku melewati jalan yang mudah, lurus, dan datar, kugunakan kendaraan bernama syukur.
Jika aku melewati jalan yang sulit dan mendaki, kugunakan kendaraan bernama sabar,” jawab orang tua itu tenang. 

Si pemuda ternganga dan tak berkedip mendengar kata-kata orang tua itu. Tak sabar, pemuda itu ingin segera mendengar kalimat selanjutnya dari lelaki tua tersebut. 

“Jika takdir menimpa dan aku tidak sampai ke tujuan, kugunakan kendaraan ridha.
Kalau aku tersesat atau menemui jalan buntu, kugunakan kendaraan tawakkal.
Itulah kendaraanku menuju Baitullah,” kata lelaki tua itu melanjutkan. 

Mendengar kata-kata tersebut, si pemuda merasa terpesona. Seolah melihat untaian mutiara yang memancar indah. Menyejukkan hati yang sedang gelisah, cemas, dan gundah. Perkataan orang tua itu amat meresap ke dalam jiwa anak muda tersebut. 

“Maukah Bapak naik kendaraanku? Kita dapat pergi ke Baitullah bersama-sama,” ajak si pemuda dengan sopan. Ia berharap akan mendengarkan untaian-untaian kalimat mutiara yang menyejukkan jiwa dari orang tua itu. 

“Terima kasih, Nak, Allah sudah menyediakan kendaraan untukku. Aku tak boleh menyia-nyiakannya. Dengan ikut menunggang kendaraanmu, aku akan menjadi orang yang selamanya bergantung kepadamu,” sahut orang tua itu dengan bijak, seraya melanjutkan perjalanannya. 

Ternyata, orang tua itu adalah Ibrahim bin Adham, seorang ulama yang terkenal dengan kebijaksanaannya.

Kejujuran Sang Imam

Selepas sholat subuh, Imam Hanafi bersiap membuka tokonya, di pusat kota Kufah.
Diperiksanya dengan cermat pakaian dan kain yang akan dijual. Sewaktu menemukan pakaian yang cacat, ia segera menyisihkannya dan meletakkannya di tempat yang terbuka. Supaya kalau ada yang akan membeli, ia dapat memperlihatkannya. 

Ketika hari mulai siang, banyak pengunjung yang datang ke tokonya untuk membeli barang dagangannya. Tapi, ada juga yang hanya memilih-milih saja.

“Mari silakan, dilihat dulu barangnya. Mungkin ada yang disukai,” tawar Imam Hanafi tersenyum ramah. 

Seorang pengunjung tertarik pada pakaian yang tergantung di pojok kiri. 

“Bolehkah aku melihat pakaian itu?” tanya perempuan itu. Imam Hanafi segera mengambilkannya. 

“Berapa harganya?” tanyanya sambil memandangi pakaian itu. Pakaian ini memang bagus. Tapi, ada sedikit cacat di bagian lengannya.”
Imam Hanafi memperlihatkan cacat yang hampir tak tampak pada pakaian itu. 

“Sayang sekali.” perempuan itu tampak kecewa. 

“Kenapa Tuan menjual pakaian yang ada cacatnya?” 

“Kain ini sangat bagus dan sedang digemari. Walaupun demikian karena ada cacat sedikit harus saya perlihatkan. Untuk itu saya menjualnya separuh harga saja.” 

“Aku tak jadi membelinya. Akan kucari yang lain,” katanya. 

“Tidak apa-apa, terima kasih,” sahut Imam Hanafi tetap tersenyum dalam hati, perempuan itu memuji kejujuran pedagang itu. Tidak banyak pedagang sejujur dia. Mereka sering menyembunyikan kecacatan barang dagangannya. 

Sementara itu ada seorang perempuan tua, sejak tadi memperhatikan sebuah baju di rak.
Berulang-ulang dipegangnya baju itu. Lalu diletakkan kembali. Imam Hanafi lalu menghampirinya. 

“Silakan, baju itu bahannya halus sekali. Harganya pun tak begitu mahal.” 

“Memang, saya pun sangat menyukainya.” Orang itu meletakkan baju di rak. Wajahnya kelihatan sedih. 

“Tapi saya tidak mampu membelinya. Saya ini orang miskin,” katanya lagi. 

Imam Hanafi merasa iba. Orang itu begitu menyukai baju ini. 

“Saya akan menghadiahkannya untuk ibu,” kata Imam Hanafi. 

“Benarkah? Apa tuan tidak akan rugi?” 

“Alhamdulillah, Allah sudah memberi saya rezeki yang lebih.”
Lalu, Imam Hanafi membungkus baju itu dan memberikannya pada orang tersebut. 

“Terima kasih, Anda sungguh dermawan. Semoga Allah memberkahi.”
Tak henti-hentinya orang miskin itu berterima kasih. 

Menjelang tengah hari, Imam Hanafi bersiap akan mengajar. Selain berdagang, ia mempunyai majelis pengajian yang selalu ramai dipenuhi orang-orang yang menuntut ilmu. Ia lalu menitipkan tokonya pada seorang sahabatnya sesama pedagang. 

Sebelum pergi, Imam Hanafi berpesan pada sahabatnya agar mengingatkan pada pembeli kain yang ada cacatnya itu. 

“Perlihatkan pada pembeli bahwa pakaian ini ada cacat di bagian lengannya. Berikan separo harga saja,” kata Imam Hanafi. Sahabatnya mengangguk. Imam Hanafi pun berangkat ke majelis pengajian. 

Sesudah hari gelap ia baru kembali ke tokonya. 

“Hanafi, hari ini cukup banyak yang mengunjungi tokomu. O, iya! Pakaian yang itu juga sudah dibeli orang,” kata sahabatnya menunjuk tempat pakaian yang ada cacatnya. 

“Apa kau perlihatkan kalau pada bagian lengannya ada sedikit cacat?” tanya Hanafi. 

“Masya Allah aku lupa memberitahunya. Pakaian itu sudah dibelinya dengan harga penuh.” kata sahabatnya dengan nada menyesal. 

Hanafi menanyakan ciri-ciri orang yang membeli pakaian itu. Dan ia pun bergegas mencarinya untuk mengembalikan sebagian uangnya. 

“Ya Allah! Aku sudah menzhaliminya,” ucap Imam Hanafi. 

Sampai larut malam, Imam Hanafi mencari orang itu kesana-kemari. Tapi tak berhasil ditemui.
Imam Hanafi amat sedih. 

Di pinggir jalan tampak seorang pengemis tua dan miskin duduk seorang diri. Tanpa berpikir panjang lagi, ia sedekahkan uang penjualan pakaian yang sedikit cacat itu semuanya. 

“Kuniatkan sedekah ini dan pahalanya untuk orang yang membeli pakaian bercacat itu,” ucap Imam Hanafi. Ia merasa tidak berhak terhadap uang hasil penjualan pakaian itu. 

Imam Hanafi berjanji tidak akan menitipkan lagi tokonya pada orang lain. 

Keesokan harinya Imam Hanafi kedatangan utusan seorang pejabat pemerintah. Pejabat itu memberikan hadiah uang sebanyak 10.000 dirham sebagai tanda terima kasih. Rupanya sang ayah merasa bangga anaknya bisa berguru pada Imam Hanafi di majelis pengajiannya. Imam Hanafi menyimpan uang sebanyak itu di sudut rumahnya. Ia tidak pernah menggunakan uang itu untuk keperluannya atau menyedekahkannya sedikitpun pada fakir miskin. 

Seorang tetangganya merasa aneh melihat hadiah uang itu masih utuh. 

“Kenapa Anda tidak memakainya atau menyedekahkannya?” tanyanya. 

“Tidak, Aku khawatir uang itu adalah uang haram,” kata Imam Hanafi. 

Barulah tetangganya mengerti kenapa Imam Hanafi berbuat begitu. Uang itu pun tetap tersimpan disudut rumahnya. Setelah beliau wafat, hadiah uang tersebut dikembalikan lagi kepada yang memberinya.

Keinginan Besar Muaffak

Suara azan subuh baru saja bergema dari menara masjid di pusat kota Damsyik. Muaffak dan isterinya segera menggelar sajadahnya. Keduanya lalu tanggelam dalam do’a yang khusuk. Lama sekali laki-laki itu bermunajat di atas sajadahnya. 

Ia baru beranjak setelah matahari memancarkan cahayanya yang hangat. Lalu bergegas menyiapkan peralatan sepatunya. Sebentar kemudian, ia pun mulai disibukkan dengan pekerjaannya. Ia memang mahir dalam memperbaiki sandal, sepatu, dan terumpah yang rusak. Muaffak, lelaki miskin namun ulet bekerja untuk memperbaiki keadaan hidupnya. Di rumah yang kecil dan sederhana, ia tinggal bersama isterinya yang sedang hamil. 

Muaffak mempunyai keinginan besar untuk menunaikan ibadah haji. Tetapi karena hidupnya yang tidak berkecukupan, keinginan itu hanya tinggal keinginan belaka. Sebab perjalanan haji dari Damsyik ke Makkah tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. 

Namun, rupanya lelaki saleh itu tidak berputus asa. Ia selalu berbaik sangka dan bekerja dengan sungguh-sungguh. 

“Biarpun pekerjaanku hanya sebagai tukang sepatu, aku harus bisa menabung sedikit demi sedikit. Insya Allah jika tabunganku mencukupi, aku dapat beribadah haji juga kelak,” tekat Muaffak sunguh-sunguh. 

Dia semakin giat bekerja tanpa mengenal lelah. Setiap hari dicarinya order sepatu atau sandal orang yang rusak untuk diperbaiki. Dengan setia, isterinya selalu membantu Muaffak. Sampai bertahun-tahun kemudian, ia dapat mengumpulkan uang sebanyak tiga ratus dirham. Dalam benak dan perasaannya, Muaffak sudah dapat mengongkosi dirinya pergi naik haji dengan uang tabugan itu. Betapa gembira hatinya tidak terkira. Keinginannya untuk menginjakkan kakinya ke tanah suci, berdo’a di depan ka’bah, berziarah ke makam nabi saw, sebentar lagi akan terwujud. Ia tinggal menunggu musim haji tiba. 

Muaffak bertetangga dengan seorang janda miskin dengan beberapa anaknya yang yatim. Ia sering memperhatikan perempuan itu pulang hingga malam hari untuk mencari nafkah bagi anak-anaknya. 

Suatu malam, Muaffak melihat janda miskin itu baru pulang dengan membawa bungkusan. Rupanya ia baru saja mencari nafkah sekadarnya. Terlihat kesedihan dan kelelahan di wajahnya yang keriput. Anak-anaknya menyambut dengan suka cita dalam keadaan perut yang lapar. 

“Kasihan tetangga kita itu, dia banting tulang sendirian demi anak-anaknya,” desis isteri Muaffak. 

Beberapa saat kemudian, terciumlah bau sedap masakan dari kediaman janda miskin itu. Dan rupanya aroma masakan itu tercium pula oleh isteri Muaffak yang sedang mengandung itu. 

“Masya Allah! Masakan sipakah ini? Sedap nian kiranya....” bisiknya sambil menelan air liur. Tiba-tiba saja ia merasa ingin mencicipi masakan yang sedap itu.
Mungkin bawaan cabang bayi yang dikandungnya. 

Iapun segera mencari tahu darimana asal masakan itu. Begitu tahu kalau masakan tersebut dari rumah janda miskin itu, dimintanya Muaffak untuk menemuinya.
Demi menyenangkan hati isterinya Muaffak mendatangi rumah tetangganya.

“Maaf bu, iteri saya mencium bau masakan enak yang ibu buat. Ia menginginkan masakan itu barang sedikit saja. Bolehkah kami memintanya bu?” kata Muaffak baik-baik. 

Perempuan itu tertegun. Air mukanya berubah sedih. Lalu dengan pilu ia berkata, “Saya segan mengatakan asal-usul masakan ini. Tapi karena kebaikan kalian berdua, saya ceritakan yang sebenarnya. Sejak beberapa hari yang lalu, persediaan makanan kami habis. Dari kemarin saya sudah berusaha mencari nafkah, tapi tak memparoleh hasil. Padahal anak-anak saya butuh makan.” Sejenak perempuan itu menghela nafasnya yang berat. “Tadi saya menemukan bangkai keledai di jalan. Karena sudah lelah, saya nekat memotongnya lalu saya masak untuk dimakan. 

“Bangkai makanan itu haram bagi anda. Tapi halal bagi kami yang dalam darurat...,” katanya selanjutnya dengan mata yang berlinang. 

Muaffak terperanjat. Ia sangat iba. Lalu bergegas pulang. Diambilnya simpanan uangnya yang tiga ratus dirham itu. Tanpa pikir panjang lagi, ia berikan uang yang diperolehnya dari hasil kerja keras selama ini.
Padahal, uang itu sudah diniatkan untuk ongkos naik hajinya. 

“Terimalah uang ini untuk anak-anak yatimmu, bu,” ugkapnya dengan ikhlas.
Betapa terharunya janda miskin itu. Mereka tidak akan kelaparan lagi untuk waktu yang cukup lama. 

“Terimakasih, tuan sudah bermurah hati menolong kami dari kelaparan,” ucap perempuan itu tertunduk. 

“Saya tidak tahu bagaimana membalas kebaikan tuan. Semoga Allah akan membalasnya dengan rahmat yang berlimpah.“ 

Mendengar do’a permpuan itu, Muaffak menitikkan air mata. 

Musim hajipun tiba. Muaffak batal menunaikan ibadah haji karena uangnya sudah tidak ada lagi. Tapi hati laki-laki itu bahagia, bisa menolong kesengsaraan seorang janda miskin dan anak-anaknya yang miskin. 

Pada musim haji waktu itu, salah seorang ulama besar, Abdullah bin Mubarak, menunaikan ibadah haji. Suatu sore, seusai tawaf berkali-kali ia merasa sangat letih. Lalu, iapun beistirahat di Hijr Ismail. Antara tidur dan tidak, tiba-tiba ia mendengar percakapan dua malaikat. 

“Berapa orang yang menunaikan ibadah haji tahun ini?” 

“Enam ratus ribu orang.” 

“Kira-kira berapa orang yang hajinya diterima Allah?” 

“Tak seorangpun!” 

“Tapi seorang tukang tambal sepatu dari Damsyik yang bernama Muaffak diterima hajinya oleh Allah, kendati Ia tidak menunaikan ibadah haji. Dan berkat hajinya orang inilah, maka semua jamaah haji sekaranng diterima juga oleh Allah.” 

Begitu malaikat itu menghilang, Abdullah bin Mubarak tersadar dari setengah tidurnya.
“Masya Allah! Amal perbuatan apa yang telah dilakukan Muaffak? Begitu besar pengaruhnya disisi Allah...,” bisik Abdullah terpesona. 

Selesai ibadah haji, ulama besar itu bergegas ke Damsyik. Ia ingin sekali menemui Muaffak. Dan begitu bertemu, ulama itu langsung menceritakan kejadiannya waktu di Hijr Ismail. Muaffak sendiri baru menyadari, lalu bersyukur atas karunia itu kehadirat Allah. Muaffak lalu mengisahkan perjuangannya untuk mencapai cita-citanya yang ingin beribadah haji, tapi tidak jadi berangkat. 

“Saya tidak menyesal tidak jadi berhaji karena saya mengharap keridhaan Allah,” kata Muaffak. 

“Tuan, andalah seorang haji yang mabrur atas ridha Allah...,” kata sang ulama kagum.

Kebun-kebun Anggur yang Musnah

Pada jaman dahulu, hiduplah seorang lelaki yang memiliki dua kebun yang luas dan lapang. Kebun-kebun itu ditanaminya dengan pohon anggur. Dianiara kedua kebun ini terdapat sebuah ladang yang juga cukup luas. Ladang ini seolah-olah menjadi pemisah bagi kedua kebun anggur. Oleh pemiliknya disekeliling kedua kebun anggur ini lantas ditanaminya dengan pohon-pohon kurma pilihan sebagai pagar.
Kebun-kebun dan ladang ini segera saja tumbuh lebat dan menghasilkan banyak buah-buahan. Buah-buah yang dihasilkan adalah buah-buah yang segar, besar dan seperti tidak pernah ada habisnya. 

Melihat itu semua, menjadi senanglah hati sang lelaki pemilik kebun. Apalagi melewati kedua kebun ini juga mengalir pula sebuah sungai kecil yang jernih airnya. Gemercik air sungai yang mengalir itu terdengar merdu dan menyenangkan. Sungguh, kebun dan ladang lelaki ini benar-benar indah dan membanggakan hati pemiliknya. 

Karena melimpahnya hasil-hasil kebun dan ladangnya, lelaki ini segera menjadi orang kaya yang disegani. Pengikutnya pun banyak. Mereka semua adalah orang yang terkagum-kagum pada kekayaan sang lelaki. 

Sementara itu sang pemilik dua kebun juga memiliki seorang kawan yang saleh dan taat kepada Allah. Kawannya ini juga memiliki kebun anggur. Kebun itu diolah dan dipeliharanya dengan baik dan sungguh-sungguh. Hanya sayangnya, hasil kebun sang kawan tidaklah sebanyak dan sebagus hasil kebun milik lelaki pertama. 

Kadangkala dalam satu dua kesempatan, mereka bertemu dan bercakapcakap. Biasanya, lelaki pertama akan menyombongkan kekayaannya. 

"Ah, masih sedikit saja hasil kebunmu kawan? Kasihan sekali. Kau lihat? Hartaku jauh lebih banyak dari hartamu dan pengikutku juga banyak." 

Kawannya tidak begitu memperdulikan omongan itu, karena ia merasa telah mengolah kebunnya dengan sebaik-baiknya. Kalau hasilnya tidak sebaik dan sebanyak hasil kebun temannya itu ia yakin bahwa itu adalah ketetapan Allah yang sudah diperuntukkan baginya. 

Kesombongan lelaki ini rupanya semakin menjadi-jadi. Sehingga dia menjadi orang yang kufur atas nikmat Allah. Pada suatu hari lelaki ini memasuki kebunnya dengan congkak lalu ia berkata, "Ah, kebunku yang indah. Aku dapat merasakan bahwa kebun ini tidak akan binasa untuk selama-lamanya. Bahkan hari kiamat pun kuyakin tak akan tiba." Lalu diteruskannya perkataannya yang penuh ketakaburan itu. 

"Melihat kekayaan dan kedudukanku di tengah masyarakat, aku yakin seandainya ada kebangkitan dan kehidupan kembali, dan aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka tentu aku akan berada disisiNya dengan kemuliaan dan keutamaan. Di sana Tuhanku akan memberi ganjaran yang lebih baik pula dari kebun ini. Karena Tuhanku telah memuliakanku dengan kebun ini,tentulah Tuhanku akan memberi kemuliaan pula kelak."

Omongan semacam ini diutarakannya pula pada kawannya yang mukmin sebagai sebuah ejekan. Dia ingin menunjukkan bahwa karena bekai kekayaannya jauh lebih banyak, maka ia lebih mulia dan utama dari si mukmin. 

Kawannya yang mukmin tak sedikit pun terpukau dengan kekayaan temannya. Ia justru memahami bagaimana temannya ini telah jatuh kedalam perilaku zalim. Maka dinasehatinya sang teman. 

"Apakah kamu akan kafir pada Tuhan yang telah menciptakan kamu dari tanah, lalu dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Adapun aku, aku percaya bahwa dialah Allah, Tuhanku. Dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku." 

Temannya terdiam sejenak mendengar ucapan itu. Ketika itu kawannya yang mukmin menambahkan nasehatnya. 

Dan saat memasuki kebun, mengapa kamu tidak mengucapkan Masyaa Allah, laa hawla wa laa quwwata illaa billah (sesungguhnya semua ini terwujud atas kehendak Allah. Dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." 

"Hah!" sergah kawannya yang zalim. "Bagaimanapun aku lebih kaya dan lebih mulia darimu." 

Gemas sekali kawan yang mukmin ini mengetahui bahwa temannya tetap sombong dan kufur nikmat. Maka dilanjutkannya omongannya dengan tegas. "Kalau kamu menganggap aku lebih sedikit darimu dalam hal memiliki harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberi kepadaku kebun yang lebih dari pada kebunmu. Dan mudah-mudahan saja dia mengirimkan petir dari langit kepada kebunmu hingga kebunmu menjadi tanah yang licin, atau airnya surut ke dalam tanah hingga sekali-kali kamu tidak akan dapat menemukannya lagi. "Lalu ditinggalkannya temannya yang sombong dan zalim itu untuk dapat merenungi ucapannya. 

Keesokan harinya seperti biasa lelaki zalim itu mendatangi kebun kebanggaannya. Sudah tidak diingatnya lagi sindiran tajam kawannya yang saleh itu. Tetapi alangkah terkejutnya ia setibanya didepan kebunnya. 

"Ha? Dimana kebunku? Dimana kebunku yang indah dan subur itu?" ratapnya ketika melihat kebun-kebun dan ladangnya telah hancur semua. 

Pohon-pohon anggurnya roboh berikut para-para penyangga buahnya. Pohon-pohon kurmanya tumbang. Bahkan sungai-sungai yang selalu bergemericik itu lenyap pula ditelan bumi yang terbelah. 

Terduduk dipinggir tanahnya yang porak poranda, lelaki zalim itu menyadari bahwa seluruh kekayaannya telah musnah binasa. Tanpa terasa, dibolak-baliknya tangannya sebagai sebuah penyelesalan mengingat segala biaya yang sudah dikeluarkannya selama ini untuk mengolah dan memelihara kebun serta ladangnya. 

Hatinya kini dipenuhi rasa sesal. Ia telah kufur nikmat. Dan hanya dalam semalam, ternyata Allah telah mencabut semua nikmat itu dari hidupnya. 

Dengan berurai air mata lelaki itu pun berkata, "Aduhai, seandainya saja dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Allah, mungkin nasibku tidak akan menjadi begini. Tetapi penyesalan yang datang terlambat tidak ada lagi gunanya. Kekayaan dan kemuliaan yang disangkanya abadi telah diambil oleh pemilik-Nya semula yaitu Allah SWT, maka tinggallah lelaki itu meratapi nasib buruk yang dipilihnya sendiri.

Hakim Yang Teguh

Setiap pagi Syuraih bin Al-Harits Al-Kindi berangkat ke tempat kerjanya. Wajah dan sorot matanya tenang menyiratkan ke arifan pribadinya. Dari kearifannya itu pula keluar sikap dan pendiriannya yang teguh. Ia adalah seorang hakim yang disukai dan disegani masyarakat. 

Syuraih terbiasa menghakimi kalangan kaum muslimin maupun orang-orang bukan muslim. Di pengadilannya, Syuraih tidak membedakan antara pejabat atau rakyat kecil, kaya atau miskin, muslim atau bukan muslim. Jika ia bersalah tetap tidak boleh dibela. Semua orang mendapat perlakuan yang adil dan bijaksana. 

Hari itu Syuraih kedatangan Amirul mukminin, Umar bin Khaththab.
Rupanya, Khalifah Umar sedang mendapat masalah dengan seorang pedagang desa. Keduanya menghadap Syuraih untuk mendapatkan keputusan atas perkara yang dihadapinya. 

Dengan wajah tenang dan berwibawa Syuraih memimpin sidang pengadilan.

“Silakan Tuan pedagang, apa yang mau Anda sampaikan?” tanya Syuraih. 

“Pak hakim yang mulia, beberapa hari yang lalu Amirul mukminin membeli seekor kuda dari saya,” kata pedagang. 

“Tapi kemarin, tiba-tiba ia ingin mengembalikannya lagi dan meminta ganti,” lanjutnya. 

Syuraih lalu berpaling pada Khalifah Umar. 

“Dan sekarang giliran Anda, ya Amirul mukminin,” kata Syuraih. 

“Aku ingin mengembalikan kuda itu padanya karena kudanya cacat dan berpenyakit sehingga larinya tidak kencang,” kata Umar bin Khaththab. 

“Bagaimana Tuan?” tanya Syuraih lagi. 

“Saya tidak akan menerimanya lagi karena saya sudah menjual kuda itu dalam keadaan sehat dan tidak cacat,” sahut pedagang kuda itu. 

Syuraih mendengarkan semua keterangan dari kedua pihak dengan seksama. Lalu, Syuraih pun bertanya pada Umar bin Khaththab. 

“Apakah ketika Amirul mukminin membeli kuda itu, keadaannya sehat dan tidak cacat?” tanya Syuraih seraya menatap Umar. 

“Ya benar!” jawab Umar jujur. 

Hakim Syuraih pun memberi keputusan atas perkara itu. 

“Nah, kalau begitu, peliharalah apa yang anda beli. Atau bila ingin mengembalikannya kembalikanlah seperti ketika anda menerimanya,” tukas Syuraih dengan mantap. 

Hati Amirulmukminin merasa tidak puas. Kekecewaan memenuhi rongga dadanya. Hakim Syuraih berada dipihak pedagang desa itu. 

“ Begitukah keputusanmu, Hakim Syuraih?” tanya Umar setengah memprotes keputusan itu. 

Syuriah menganguk pasti. Keputusannya tidak bisa diganggu gugat. 

Khalifah Umar merenung beberapa saat. Benar sekali apa yang dikatakan hakim itu. Syuraih telah memberikan keputusan yang bijaksana dan penuh keadilan. Dengan lapang dada, Umar dapat menerimanya. Jangan mentang-mentang ia pejabat lalu harus selalu dimenangkan perkaranya. Sementara nasib rakyat kecil tidak diperhatikan. 

Begitulah, orang-orang selalu mempercayakan perkaranya diputuskan oleh Syuriah. Pengadilanya adalah tempat mendapatkan tempat yang seadil-adilnya. 

Hingga pemerintahan Ali bin Abu Thalib, Syuriah tetap memangku jabatan hakim yang amat disegani dan dipercaya masyarakat kota Khuffah. 

Suatu hari, Khalifah Ali mendatangi Hakim Syuriah untuk mengajulkn perkara dengan seorang Yahudi. 

“Ada masalah apa, ya Amirul mukminin?” tanya Syuraih. 

“Pak Hakim, aku mendapatkan baju perangku ditangan orang ini. Padahal, aku tidak pernah memberikan atau menjualnya pada siapapun,” sahut Khalifah Ali. 

“Bagaimana pendapatmu, wahai Tuan Yahudi?” tanya Syraih pada lelaki itu.

“ Bukan! Ini baju perangku. Sebab, sekarang berada di tanganku.” Bantah orang itu tak mau kalah. Dengan bijaksana Syuraih menerima pendapat orang itu. Kemudian menoleh pada Khalifah Ali. 

“Bagaimana Anda yakin kalau baju perang itu milikmu?” tanyanya lagi pada Ali. 

“Aku yakin sekali. Karena satu-satunya orang yang memiliki baju perang seperti itu hanya aku. Baju perang itu terjatuh di suatu tempat. Dan kini, baju perang itu ada padanya. Bagaimana mungkin aku menjualnya di pasar?” 

“Aku tidak meragukan apa yang Anda katakan itu. Tapi Anda wajib mengajukan dua orang saksi untuk dijadikan saksi atas apa yang Anda akui itu,” kata Syuraih. 

“Baiklah, aku bersedia mendatangkan dua saksi,” kata Ali. Khalifah Ali begitu menyayangi baju perangnya. Karena baju itu, harta yang sangat berharga dan tinggi nilainya bagi Khalifah. Ia sangat berharap baju perangnya bisa dimilikinya kembali. 

“Pembantuku, Qanbar, akan kujadikan saksi. Dan satu lagi, Al-Hasan, anakku,” sahut Khalifah Ali bersemangat. Sudah pasti keduanya dapat dijadikan saksi atas kebenaran ucapannya. 

“Ya, amirulmukminin! Tidaklah sah kesaksian seorang anak terhadap ayahnya,” kata Syuraih mengingatkan ketentuan yang sudah ditetapkan Allah. 

“Subhanallah! Kesaksian Al-Hasan, salah seorang pemuda penghuni surga tidak diterima,” ucap Ali mengeluh sedih. 

“Betul! Aku hanya tidak membolehkan kesaksian anak pada ayahnya,” tegas Syuraih tak bergeming. Pendiriannya berdasarkan ajaran Allah. Walaupun itu menyangkut khalifah besar, seorang ayah dari pemuda penghuni sorga yang telah disabdakan Rasulullah. 

Khalifah Ali menarik napas berat mendengar keputusan Syuraih. Hatinya kecewa. Ia merasa kalah dan tak dapat memiliki baju perangnya kembali. 

“Aku tidak punya saksi lain. Jadi, baju perang ini memang milikmu,” kata Ali menyerahkan baju perangnya pada orang Yahudi itu. Ya! Jauh di lubuk hati Khalifah Ali mengakui kalau Hakim Syuraih sudah bertindak benar. Apa yang di tetapkan Allah harus ditegakkan. Tak terkecuali terhadap dirinya yang seorang Khalifah! 

“Ya amirulmukminin!” Tiba-tiba Yahudi itu bersimpuh di hadapan Khalifah Ali. 

“Memang betul! Baju perang ini milikmu! Hari ini, aku melihat seorang hakim yang begitu teguh menegakkan ajaran Allah. Ia memenangkan aku. Sungguh! Aku lihat Islam melakukan kebenaran! Saat ini juga aku akan menjadi penganut Islam.......,” kata orang itu. 

“Pak Hakim yang mulia, sebenarnya, aku telah memungut baju perang Amirul mukminin sewaktu terjatuh pada peperangan di Siffin!” sahut orang Yahudi itu mengakui yang sebenarnya. 

Mendengar perkataan orang itu, khalifah Ali berubah wajahnya. Ia segera merangkul lelaki itu seraya tersenyum bahagia. 

“Karena kau sudah masuk islam, maka kuhadiahkan baju perang itu kepadamu. Dan juga kuda ini,“ sahut Khlifah Ali dengan tulus. 

Sungguh mengagumkan keputusan yang diberikan Hakim Syuraih!

Gadis Jujur

Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik. 

Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik, Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu. 

“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu. 

“Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.” 

“Benar anakku,” kata ibunya. 

“Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak,” harap anaknya. 

“Hmmm....., sejak ayahmu meninggal, penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya. 

Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu. 

“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air, supaya penghasilan kita cepat bertambah.” 

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibunya yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya. 

“Tidak, bu!” katanya cepat. 

“Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air.” Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli. 

“Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal. 

“Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?” 

“Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya tetap memaksa. 

“Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!” 

“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya,” tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang. 

Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya. 

“Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,” kata anak itu. 

Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres. 

Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu. 

“Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!” gumam Khalifah Umar. Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu. Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya. 

Keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu. 

“Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya,” kata Khalifah Umar. 

“Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat.” 

Ashim bin Umar menyetujuinya. 

Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra Khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan. 

“ Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami....,” sahut ibu tua ketakutan. 

Putra Khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya. 

“Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putra Khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?” tanya seorang ibu dengan perasaan ragu. 

“Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang meninggikan derajad seseorang disisi Allah,” kata Ashim sambil tersenyum. 

“Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur,” kata Khalifah Umar. 

Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya.
Bagaimana Khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka. 

“ Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian...,” jelas Khalifah Umar. 

Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya. 

Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak akan menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab.

Bening Hati Sang Nabi

Dalam hidupnya, Rasulullah SAW selalu bersifat rendah hati dan pemaaf. Tiada terhitung banyaknya cacian dan hinaan yang diterima beliau dari kaum kafir. Namun, beliau tetap berbuat baik terhadap orang-orang yang menghinanya itu. Salah seorang yang sangat membenci Nabi Muhammad SAW adalah seorang nenek tua Yahudi. Kebetulan jika Nabi ke masjid selalu melewati rumah si nenek. Suatu hari Nabi lewat, si nenek sedang menyapu rumahnya. Buru-buru si nenek mengumpulkan sampah dan debu dari rumahnya. Ketika Nabi lewat di depan jendela, maka dilemparkannyalah sampah dan debu itu. Nabi terkejut, namun ia tidak marah begitu tahu siapa yang melemparnya. Malah Nabi mengangguk sambil tersenyum. “Assalamu’alaikum!” sapa Nabi. Nenek itu malah melotot kepada Nabi. “Enyah, kau!” kata si nenek. 

Keesokan harinya, Nabi lewat lagi di depan rumah si nenek. Masya Allah, ternyata si nenek sudah bersiap-siap lagi melempar Nabi dengan kotoran. Kali ini dia juga meludahi Nabi. Bagaimana sikap Nabi Muhammad? Lagi-lagi, Nabi hanya tersenyum dan berusaha membersihkan pakaiannya. Si nenek menjadi tambah marah karena Nabi SAW, tidak terpengaruh. 

Begitulah, beberapa hari Nabi lewat di depan rumah si nenek tersebut. Setiap kali itu pula ia menerima lemparan sampah dan debu. Nabi tetap saja tidak marah. Suatu kali Nabi SAW, lewat lagi di depan rumah sang nenek. Tapi, kali ini lain. Si nenek tidak kelihatan. Padahal, Nabi sudah bersiap-siap menyapanya. “Aneh,” pikir sang Nabi, “pasti ada sesuatu terjadi pada si nenek.” Nabi lalu mendatangi tetangga si nenek. “Apakah engkau tahu apa yang terjadi dengan nenek di sebelah rumah ini? Aku tidak melihatnya hari ini,” tanya Nabi. 

“Mengapa engkau begitu peduli pada dia, wahai Rasulullah? Bukankah ia selama ini menghinamu?” 

Nabi hanya tersenyum mendengar pertanyaan tetangga si nenek. Tetangga itu lalu menjelaskan bahwa si nenek itu tinggal sebatang kara, dan kini sedang sakit keras. 

Maka, bergegaslah Nabi Muhammad menuju rumah si nenek yang sedang sakit. Di rumah itu, Nabi membantu memasak makanan, mengambilkan air dari sumur, dan membersihkan debu-debu di rumah. Si nenek heran melihat ada orang yang membantunya. Ia berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Lalu, tahulah ia siapa sebenarnya yang membantunya. Begitu melihat wajah Nabi yang sangat tulus, nenek itupun menitikkan air mata. Selama ini tidak ada yang mau merawatnya. Tapi, justru orang yang selama ini dihinanya, dengan penuh kasih sayang merawatnya. Sungguh mulia hati orang ini. Si nenek lalu meminta maaf kepada Nabi. 

Begitulah salah satu kisah tentang kemuliaan dan kebeningan hati Nabi Muhammad SAW. Karena itu, para sahabat dan orang-orang yang pernah mengenal beliau begitu menyayangi beliau. Ketika beliau wafat, orang segagah Umar bin Khattab juga menangis tersedu-sedu. 

Nah, adik-adik, si nenek tadi juga akhirnya masuk Islam. Ia kemudian menjadi salah seorang muslimah yang taat. Banyak orang masuk Islam karena melihat akhlak Nabi Muhammad SAW, yang sangat luar biasa. Kita bisa meniru apa yang beliau lakukan kepada orang lain, termasuk musuhnya.

Abu Hanifah Yang Taat

Akibat menolak diangkat menjadi hakim, Abu Hanifah ditangkap. Ulama ahli hukum Islam itu pun di penjara. Sang penguasa rupanya marah besar hingga menjatuhkan hukuman yang berat. 

Dalam penjara, ulama besar itu setiap hari mendapat siksaan dan pukulan. Abu Hanifah sedih sekali. Yang membuatnya sedih bukan karena siksaan yang diterimanya, melainkan karena cemas memikirkan ibunya. Beliau sedih kerena kehilangan waktu untuk berbuat baik kepada ibunya. 

Setelah masa hukumannya berakhir, Abu Hanifah dibebaskan. Ia bersyukur dapat bersama ibunya kembali. 

“Ibu, bagaimana keadaanmu selama aku tidak ada?” tanya Abu Hanifah. 

“Alhamdulillah......ibu baik-baik saja,” jawab ibu Abu Hanifah sambil tersenyum. 

Abu Hanifah kembali menekuni ilmu agama Islam. Banyak orang yang belajar kepadanya. Akan tetapi, bagi ibu Abu Hanifah ia tetap hanya seorang anak. Ibunya menganggap Abu Hanifah bukan seorang ulama besar. Abu Hanifah sering mendapat teguran. Anak yang taat itu pun tak pernah membantahnya. 

Suatu hari, ibunya bertanya tentang wajib dan sahnya shalat. Abu Hanifah lalu memberi jawaban. Ibunya tidak percaya meskipun Abu Hanifah berkata benar. 

“Aku tak mau mendengar kata-katamu,” ucap ibu Hanifah. “Aku hanya percaya pada fatwa Zar’ah Al-Qas,” katanya lagi.
Zar’ah Al-Qas adalah ulama yang pernah belajar ilmu hukum Islam kepada Abu Hanifah. 

“Sekarang juga antarkan aku ke rumahnya,” pinta ibunya. 

Mendengar ucapan ibunya, Abu Hanifah tidak kesal sedikit pun. Abu Hanifah mengantar ibunya ke rumah Zar’ah Al-Qas. 

“Saudaraku Zar’ah Al-Qas, ibuku meminta fatwa tentang wajib dan sahnya shalat,” kata Abu Hanifah begitu tiba di rumah Zar’ah Al-Qas. 

Zar’ah Al-Qas terheran-heran kenapa ibu Abu Hanifah harus jauh-jauh datang ke rumahnya hanya untuk pertanyaan itu? Bukankah Abu Hanifah sendiri seorang ulama? Sudah pasti putranya itu dapat menjawab dengan mudah. 

“Tuan, Anda kan seorang ulama besar? kenapa Anda harus datang padaku?” tanya Zar’ah Al-Qas. 

“Ibuku hanya mau mendengar fatwa dari anda,” sahut Abu Hanifah. 

Zar’ah tersenyum, ”baiklah, kalau begitu jawabanku sama dengan fatwa putra anda,” kata Zar’ah Al-Qas akhirnya. 

“Ucapkanlah fatwamu,” kata Abu Hanifah tegas. 

Lalu Zar’ah Al-Qas pun memberikan fatwa. Bunyinya sama persis dengan apa yang telah diucapkan oleh Abu Hanifah. Ibu Abu Hanifah bernafas lega. 

“Aku percaya kalau kau yang mengatakannya,” kata ibu Abu Hanifah puas. Padahal, sebetulnya fatwa dari Zar’ah Al-Qas itu hasil ijtihad (mencari dengan sungguh-sungguh) putranya sendiri, Abu Hanifah. 

Dua hari kemudian, ibu Abu Hanifah menyuruh putranya pergi ke majelis Umar bin Zar. Lagi-lagi untuk menanyakan masalah agama. Dengan taat, Abu Hanifah mengikuti perintah ibunya. Padahal, ia sendiri dapat menjawab pertanyaan ibunya dengan mudah.

Umar bin Zar merasa aneh. Hanya untuk mengajukan pertanyaan ibunya, Abu Hanifah datang ke majelisnya. 

“Tuan, Andalah ahlinya. Kenapa harus bertanya kepada saya?” kata Umar bin Zar. 

Abu Hanifah tetap meminta fatwa Umar bin Zar sesuai permintaan ibunya. 

“Yang pasti, hukum membantah orang tua adalah dosa besar,” kata Abu Hanifah. 

Umar bin Zar termangu. Ia begitu kagum akan ketaatan Abu Hanifah kepada ibunya. 

“Baiklah, kalau begitu apa jawaban anda atas pertanyaan ibu Anda?” 

Abu Hanifah memberikan keterangan yang diperlukan. 

“Sekarang, sampaikanlah jawaban itu pada ibu anda. Jangan katakan kalau itu fatwa anda,” ucap Umar bin Zar sambil tersenyum. 

Abu Hanifah pulang membawa fatwa Umar bin Zar yang sebetulnya jawabannya sendiri. Ibunya mempercayai apa yang diucapkan Umar bin Zar. 

Hal seperti itu terjadi berulang-ulang. Ibunya sering menyuruh Abu Hanifah mendatangi majelis-majelis untuk menanyakan masalah agama. Abu Hanifah selalu menaati perintah ibunya. Ibunya tidak pernah mau mendengar fatwa dari Abu Hanifah meskipun beliau seorang ulama yang sangat pintar.

Kiat Sehat Ala Rasulullah

Rasulullah bersabda: "Mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu'min yang lemah ....." (HR. Muslim) 

Bagaimana agar senantiasa sehat seperti Rasulullah? Ikuti resep berikut:

  1. Selalu Bangun Sebelum Shubuh
    Rasulullah selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum shubuh, melaksanakan shalat sunah dan shalat Fardhu, shalat shubuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain:

    • Berlimpah pahala dari Allah
    • Kesegaran udara shubuh yang bagus untuk kesehatan misalnya untuk terapi penyakit TBC
    •  

    • Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan
    •  

       

  2. Aktif Menjaga Kebersihan
    Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jum'at beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi.
    "Mandi pada hari Jum'at adalah wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman" (HR. Muslim) 
  3.  

     

  4. Tidak Pernah Banyak Makan
    Sabda Rasulullah: "Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)" (Muttafaq Alaih) 
    Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda: Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan. Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dengan adanya Puasa Ramadhan untuk menyeimbangkan kesehatan. 
  5. Gemar Berjalan Kaki
    Rasulullah selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir, pori-pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung. 
  6.  

  7. Tidak Pemarah
    Nasihat Rasulullah: "Jangan Marah" diulangi sampai 3 kali. Ini menunjukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa.
    Ada terapi yang tepat untuk menahan marah:

    • Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring
    • Membaca Ta'awwudz (a'udzubillahiminasysyaithonirrajiim), karena marah itu dari Syaithan
    • Segeralah berwudhu
    •  

    • Shalat 2 Rakaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati
    •  

       

  8. Optimis Dan Tidak Putus Asa
    Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqamah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Allah SWT. 
  9. Tak Pernah Iri Hati
    Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat. Kecuali untuk iri kepada 2 hal:
    • Iri kepada orang yang memiliki harta yang melimpah tapi tidak segan untuk menafkahkan hartanya dijalan kebaikan
    •  

    • Iri kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas tapi tidak sungkan untuk mengajarkannya kepada orang lain siapa pun tanpa pilih kasih
    •  

       

Milis Eramuslim
Dikirim oleh: Eight
Selasa, 22 Maret 2005

 

Dampak Medis Sholat Tahajjud

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (QS. Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu sholat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker. 

Tidak percaya? 

Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan kanker". Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan 'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul 'Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi" 

Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doctor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu. Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah sholat tambahan atau sholat sunah. 

Padahal jika dilakukan secara terus-menerus, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imunologi) khususnya pada imunoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi (coping). 

Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitik beratkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. 

Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol. 

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bias diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin. 

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11 rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika). 

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. 

"Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress." 

Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. 

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita??? 

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. 

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Qur’an menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Qur’an. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya. 

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal. 

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut sholat yaitu ketika sujud. 

Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sholat 5 waktu yang di wajibkan oleh Islam. 

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sholat maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini. 

Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak sholat apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat saat ini. 

Milis Eramuslim
Dikirim oleh: Zamah Saari
Rabu, 18 Juli 2001

Inilah 26 Istana Termegah dan Terindah di Muka Bumi


Sisa kejayaan masa silam beberapa masih tersisa hingga saat ini,  dan menjadi bukti sejarah bagi penerus peradaban sebuah bangsa dan kebudayaan di masa kini bahwa mereka memegang sebuah wasiat tersirat dari pendahulu mereka untuk terus memperjuangakn kejayaan bangsanya. Dalam postingan berikut ruanghati.com menyajikan 26 istana terindah dan termewah sejagat yang begitu mekajubkan untuk kita lihat, kami kutip dari situs The Wondrous.


Semoga bisa membawa inspirasi pada kita untuk bisa membuat sebuah karya besar (master piece) untuk bisa kita wariskan pada penerus kita kelak, yang bisa menjadi sebuah land mark atau icon tak terlupakan bagi bangsa ini kelak. Selamat menyimak


1. Mohatta Palace, Karachi, Pakistan



Mendidik Anak Cara Rasulullah

Anak adalah amanat Allah kepada orangtua, tutur Al-Ghazali.Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan terhadap sebuah keluarga, Allah berikan kepada mereka kepahaman dalam agama, yang muda menghormati yang tua, kasih sayang menjadi anugerah dalam kehidupan mereka, pengeluaran mereka ekonomis dan diberi kemampuan untuk mengetahui aib diri lalu bertaubat dari kesalahan, sebaliknya, jika Allah menghendaki selain itu mereka akan dibiarkan saja”. ( HR. Daaru Quthni dari Anas ra. ).

A. Panduan dasar untuk orangtua dan pendidik.
Banyak orang tidak menyadari kalau anak adalah salah satu pemimpin umat. Hanya karena masih tertutup dengan baju anak. Seandainya apa yang ada dibalik bajunya dibukakan kepada kita, niscaya kita akan melihat mereka layak disejajarkan dengan para pemimpin. Akan tetapi, sunnatullah menghendaki agar tabir itu disibak sedikit demi sedikit melalui pendidikan. Namun, tidak semua pendidikan berhasil kecuali dengan strategi matang dan berkelanjutan. ( Syaikh Muhammad Al Khidr Husein )

1. Keteladanan, Rasulullah bersabda “ Barangsiapa berkata kepada anaknya, ‘ kemarilah! ( nanti kuberi )’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong ” ( HR. Ahmad dari Abu Hurairah )

2. Memilih waktu yang tepat untuk menasehati. Ada 3 pilihan waktu yang dicontohkan Rasul ; saat berjalan-jalan di atas kendaraan, waktu makan dan waktu anak sakit.
3. Bersikap adil dan tidak pilih kasih.
4. Memenuhi hak-hak anak.
5. Menghargai nasehat dan kebenaran meskipun dari anak kecil.
6. Mendo’akan anak.
7. Membelikan permainan.
8. Membantu anak agar berbakti dan taat.
9. Tidak banyak mencela dan memaki.

B. Membangun dan membina Aqidah anak.
1. Mentalqinkan kalimat Tauhid pada anak.
2. Cinta kepada Allah, merasa diawasi dan beriman kepada Qodho’ & Qodar.
3. Mencintai Rasulullah, keluarga dan sahabatnya.
4. Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
5. Mendidik keteguhan aqidahnya.

C. Membentuk intelektualitas pada anak
1. Menanamkan kecintaan mencari ilmu dan adabnya.
2. Membimbing anak untuk menghafal Al-Qur’an dan hadits.
3. Memilihkan anak, guru yang shalih.
4. Mendidik anak terampil bahasa asing.
5. Mengarahkan sesuai dengan bakat dan kecenderungannya.
6. Membuat perpustakaan di rumah.

Sifat-sifat Pendidik Sukses
a. Penyabar dan tidak pemarah.
b. Lemah lembut dan menghindari kekerasan.
c. Hatinya penuh dengan kasih sayang.
d. Memilih yang termudah di antara dua perkara.
e. Fleksibel.
f. Tidak emosional.
g. Bersikap moderat dan seimbang.
h. Ada senjang waktu dalam memberi nasehat.

oleh : Habibah Nurul Ummah, Lc

 

Pergerakan Thawaf dan Fenomena Alam Semesta

“Mengerjakan Haji adalah kewajiban Manusia terhadap Allah, yaitu bagi yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barang siapa kafir, sesungguhnya Allah Mahakaya dari seluruh Alam Semesta” (Ali Imron : 97)

“Thawaf disekitar Baitullah adalah seperti Shalat, hanya saja kalian boleh berbicara, hendaklah ia tidak berbicara kecuali yang baik-baik” (HR. At-Tirmidzi)

Dalam Islam, ketika seseorang sedang thawaf di sekitar kaabah, maka ia memulai dari Hajar Aswad, dan gerakannya harus berlawanan dengan arah jarum jam.

Hal itu adalah penting mengingat segala sesuatu di alam semesta dari atom hingga galaksi itu bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.

Ä°mage


Begitu juga peredaran darah manusia mulai gerakan berlawanan dengan arah jarum jamnya. Perputaran bumi pada porosnya dan di sekeliling matahari juga secara berlawanan dengan arah jarum jam.


Ä°mage


Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran". (QS. An Fusilat : 53)

Matahari dengan semua sistemnya mengelilingi suatu titik tertentu di dalam galaksi dan semuanya berputar berlawanan dengan arah jarum jam.

Sementara itu, jika dilihat orang-orang yang thawaf di sekeliling kaabah tidak putus-putus sepanjang masa mengelilingi kaabah, siang dan malam berterusan tidak henti-hentinya, sampai ke akhir zaman.

Ini membuktikan kota Mekah adalah kota suci tertua dan sebagai simbol tamadun peradaban umat manusia serta ibadah dan sebagai pusat bumi atau dunia seperti direkamkan dalam al-Quran dan hadis-hadis Nabi SAW.

Kolam Air Alam Bertingkat di Turki

Kolam bertingkat yang menakjubkan indah di Pamukkale, Propinsi Denizli, Turki yang terbuat secara alami dikarekan oleh gempa bumi yang mengguncang. Pamukkale berasal dari bahasa Turki "Pamuk'' yang berarti kapas dan "kale" yang berarti benteng. Diberi nama 'benteng Kapas' mungkin karena warna putih intensif dari batuan karbonat tersebut.


 



 



 



 


Sabtu, 26 Februari 2011

Keajaiban Angka 19 Penjaga Keotentikan Al-Qur'an

Keajaiban Angka19
Penjaga Keotentikan Al Qur'an  

Al Qur'an adalah satu-satunya kitab suci di dunia ini yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Namun kemukjizatan Qur'an tidak hanya dibuktikan lewat kesempurnaan kandungan, keindahan bahasa, ataupun kebenaran ilmiah yang sering mengejutkan para ahli.

Suatu kode matematik yang terkandung di dalamnya misalnya, tak terungkap selama berabad-abad lamanya sampai seorang sarjana pertanian Mesir bernama Rashad Khalifa berhasil menyingkap tabir kerahasiaan tersebut. Hasil penelitiannya yang dilakukan selama bertahun-tahun dengan bantuan komputer ternyata sangat mencengangkan. Betapa tidak, ternyata didapati bukti-bukti bahwa surat-surat/ayat-ayat di dalam Qur'an serba berkelipatan angka19.

Penemuannya tersebut berkat penafsirannya pada surat ke-74 ayat: 30-31, yang artinya sbb:"Yang atasnya ada sembilan belas. ...., dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu (angka 19). melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata: "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?"

Hasil penemuannya yang sangat mengejutkan ini pada tahun 1976 telah didemonstrasikan di depan umum ketika diselenggarakan Pameran Islam Sedunia di London. Berikut cuplikan dari sebagian penemuannya tersebut:

  1. Kita mengetahui bahwa setiap surat di dalam Qur'an selalu diawali dengan bacaan 'Basmallah' sebagai statemen pembuka, yaitu "Bismillaahir-rahmaanir-rahiim"(yang artinya: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Ternyata bacaan 'Basmalah' tersebut (dalam bahasa Arabnya) terdiri dari 19 huruf (atau 19×1):

  2. Bacaan 'Basmalah' terdiri dari kelompok kata: Ismi - Allah - Arrahman - Arrahim. Penelitian menunjukkan jumlah dari masing-masing kata tersebut di dalam Qur'an ternyata selalu merupakan kelipatan angka 19.
    • Jumlah kata Ismi di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 19 buah (atau 19×1)
    • Jumlah kata Allah di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 2.698 buah (atau 19×142)
    • Jumlah kata Arrahman di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 57 buah (atau 19×3)
    • Jumlah kata Arrahim di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 114 buah (atau 19×6)

      Bahkan, apabila faktor pengalinya dijumlahkan hasilnya juga akan merupakan kelipatan 19, yaitu 1 + 142 + 3 + 6 = 152 (atau 19×8).

  3. Jumlah total keseluruhan surat-surat di dalam Qur'an sebanyak 114 surat (atau 19×6).

    Angka 114 bila dibagi 6 bagian yakni 1-19, 20-38, 39-57, 58-76, 77-95, 96-114 lalu masing-masing dijumlahkan, kemudian hasilnya dibagi dengan 19:

    1+2+3+ ... +19 = 190 (19x10)
    20+21+22+ ... +38 = 551 (19x29)
    39+40+41+ ... +57 = 912 (19x48)
    58+59+60+ ... +76 = 1273 (19x67)
    77+78+79+ ... +95 = 1634 (19x86)
    96+97+98+ ... +114 = 1995 (19x105)

  4. Bacaan Basmallah di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 114 buah (atau 19×6), dengan perincian sbb: Sebanyak 113 buah ditemukan sebagai pembuka surat-surat kecuali surat ke-9, sedangkan sebuah lagi ditemukan di surat ke-27 ayat 30.

    Berikut terjemahan surat ke-9 ayat 3:
    "Dan suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin, kemudian jika kamu bertobat maka bertobat itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir bahwa bagi mereka siksa yang pedih."

    Berikut terjemahan surat ke-27 ayat 29-31:
    "Ia (Balqis) berkata, Hai pembesar-pembesarku, telah dikirim kepadaku sebuah surat yang berharga. Surat itu dari Sulaiman yang isinya berbunyi : "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku dengan berserah diri."

  5. Pada surat ke-7 ayat 30 tempat ditemukannya bacaan Basmallah apabila bilangan surat dan ayatnya dijumlahkan maka hasilnya merupakan kelipatan angka 19, yaitu 27+30=57 (atau 19x3).

  6. Dari point 4 di atas ditemukan hubungan yang menarik antara surat ke-9 dan ke-27. Surat ke-27 ternyata merupakan surat yang ke-19 jika dihitung dari surat ke-9.

    ========= surat ke-: 9, 10, 11, 12, . . . , 25, 26, 27
    ==== urutan surat ke-: 1, 2, 3, 4, . . . , 17, 18, 19

    Bahkan,apabila bilangan surat-suratnya dijumlahkan mulai dari surat ke-9 s.d. ke-27 maka hasilnya pun adalah kelipatan 19, yaitu:

    (9+10+11+12+ ... +24+25+26+27 = 342 (atau 19x18).

  7. Wahyu pertama (surat ke-96 ayat 1-5) terdiri atas 19 kata (atau 19x1) dan 76 huruf (atau 19x4).

  8. Wahyu kedua (surat ke-68 ayat 1-9) terdiri atas 38 kata (atau 19x2).

  9. Wahyu ketiga (surat ke-73 ayat 1-10) terdiri atas 57 kata (atau 19x3).

  10. Wahyu terakhir (surat ke-110) terdiri atas 19 kata (atau 19x1).

  11. Wahyu yang pertama kali menyatakan ke-Esaan Allah adalah wahyu ke-19 (surat ke-112).

  12. Surat ke-96, tempat terdapatnya wahyu pertama, terdiri atas 19 ayat (atau 19×1) dan 304 huruf (atau 19×16). Selain itu juga ternyata surat ke-96 tersebut merupakan surat yang ke-19 bila diurut/dihitung mundur dari belakang Qur'an.

    ========= surat ke-: 114, 113, 112, 111, . . . , 98, 97, 96
    ==== urutan surat ke-: 1, 2, 3, 4, . . . , 17, 18, 19

    Bukti ini menunjukkan bahwa Qur'an tersusun dengan perhitungan sistim kunci(interlocking system), sesuai maksud dari surat ke-85 ayat 20, yang artinya : "Allah telahmengunci mereka dari belakang".

    Bahkan, apabila bilangan surat-suratnya dijumlahkan mulai dari surat ke-114 s.d. ke-96 maka hasilnya pun adalah kelipatan 19, yaitu 114+113+112+111+...+98+97+96 =1995 (atau 19x105).

  13. Bagian tengah-tengah Qur'an jatuh pada Surat ke-18 ayat 19 (atau 19×1).

  14. Juga ditemukan bukti bahwa surat-surat yang memiliki 8 (delapan) ayat dan 11 (sebelas) ayat ditemukan yang paling banyak di dalam Qur'an, yakni masing-masing terdiri dari 5 (lima) buah surat. Disusul kemudian surat-surat yang memiliki 3 (tiga), 19(sembilan belas), 29 (dua puluh sembilan), 30 (tiga puluh), dan 52 (lima puluh dua) ayat, yang masing-masing terdiri dari 3 (tiga) buah surat. Apabila dijumlahkan ayat-ayat tersebut sesuai dengan kelompoknya maka hasilnya merupakan kelipatan 19, yaitu sbb:

    • surat ke-: 97, 95, 98, 99, 102 masing-masing terdiri atas 8 ayat.
    • surat ke-: 97, 95, 98, 99, 102 masing-masing terdiri atas 8 ayat.

    Apabila jumlah ayat-ayatnya dijumlahkan: 8+11 = 19 (atau 19x1).

    • surat ke-: 103, 108, 110 masing-masing terdiri atas 3 ayat
    • surat ke-: 82, 87, 96 masing-masing terdiri atas 19 ayat
    • surat ke-: 48, 57, 81 masing-masing terdiri atas 29 ayat
    • surat ke-: 32, 67, 89 masing-masing terdiri atas 30 ayat
    • surat ke-: 14, 68, 69 masing-masing terdiri atas 52 ayat

    Apabila jumlah ayat-ayatnya dijumlahkan: 3+19+29+30+52 = 133 (atau 19x7).

  15. Qur'an merupakan satu-satunya kitab suci di dunia ini yang memiliki tanda-tanda khusus (initials) berupa huruf-huruf (code letters) atau sebagaimana disebut dalam bahasa Arab "Muqatta-'aat" yang artinya "kata singkatan". Di dalam Qur'an terdapat sebanyak 29 (dua puluh sembilan) surat-surat yang diawali dengan 14 (empat belas) macam kombinasi dari 14 (empat belas) huruf-huruf "Muqatta-'aat".

    14 huruf itu adalah: alif, lam, mim, ra', kaf, ha', ya', 'ain, shad, tha', sin, qaf, nun, dankha'.

    14 macam kombinasi huruf-huruf tersebut adalah: 1) alif, lam, mim, 2) ha', mim, 3) alif, lam, ra', 4) alif, lam, mim, ra', 5) tha', sin, 6) tha', sin, mim, 7) ya', sin, 8) nun, 9) kaf, ha', ya', 'ain, shad, 10) alif, lam, mim, shad, 110 shad, 12) qaf, 13), 'ain, sin, qaf, dan 14) tha', ha'.

    29 surat adalah surat ke-: 2, 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 50, dan 68.

    Maka apabila bilangan dari banyaknya huruf, banyaknya kombinasi, dan banyaknya surat dijumlahkan maka hasilnya merupakan kelipatan 19, yaitu 14+14+29 = 57 (atau19×3).

    Terhadap tanda-tanda dengan kata singkatan ini, para ahli tafsir berbeda-beda pendapat. Ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, ada pula yang berpendapat huruf-huruf abjad itu berfungsi untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan bacaan-bacaan di dalam Qur'an.

    Namun berkat penemuan angka 19 kini terbukalah maksud sesungguhnya dari adanya huruf-huruf "Muqatta-'aat" tersebut, yaitu berfungsi sebagai penjaga keaslian/keotentikan Qur'an karena berhubungan dengan angka 19.

    Perhatikanlah demonstrasi-demonstrasi berikut!!!

  16. Surat ke-68 diawali huruf Nun. Setelah diteliti jumlah huruf Nun yang terdapat pada surat tersebut merupakan kelipatan 19.

Q.S.
68
Nun
133
Kelipatan 19
19 x 7

  1. Berikut terjemahan surat ke-68 ayat 2-6: "Nun. Berkat kemuliaan Tuhanmu, engkau (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila, dan sesungguhnya bagimu pahala yang besar, dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur, maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila."

  2. Surat ke-42 dan surat ke-50 diawali huruf Qof. Setelah diteliti huruf Qof yang terdapat pada kedua surat tersebut sebanyak 114 huruf (atau 19×6). Ada yang berpendapat bahwa huruf Qof ini singkatan dari kata 'Qur'an' karena Qur'an terdiri dari 114 surat.

Q.S.
42
50
Qof
57
57
---- +
114
Kelipatan 19



=19 x 3

  1. Hal lain yang mencengangkan adalah Allah biasanya menyebut kaumnya Nabi Luth dengan kalimat "Qaumu Luuth" yang ditemukan sebanyak 12 kali dalam Qur'an, namun pada surat ke-50 ayat 13, sebutan tersebut berganti menjadi "Ikhwanu Luuth" yang artinya " saudara-saudaranya Nabi Luuth".

    Tampaknya Allah sengaja menghilangkan unsur Qof dalam kalimat tersebut agar jumlah huruf 'Qaf' dalam Qur'an tetap berkelipatan 19, sebab jika tidak diganti maka jumlahnya akan bertambah menjadi 115.

    Berikut terjemahan surat ke-50 ayat 1-2: "Qaaf, demi Al Qur'an yang sangat mulia, mereka tercengang lantaran datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, "Ini sesuatu perkara yang amat aneh.""

  2. Surat ke-42 diawali huruf 'Ain, Sin, dan Qof. Setelah diteliti jumlah total ketiga huruf tersebut pada surat ke-42 merupakan kelipatan 19.

Q.S.
42
'Ain Sin Qaf
98+54+57
Total
= 209
Kelipatan 19
19 x 11

  1. Surat ke-36 diawali huruf Ya', dan Sin. Setelah diteliti jumlah total kedua huruf tersebut pada surat ke-36 merupakan kelipatan 19.

Q.S.
36
Ya' Sin
237+48
Total
= 285
Kelipatan 19
19 x 15

  1. Surat ke-13 diawali huruf Alif, Lam, Mim, dan Ro'. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat ke-13 merupakan kelipatan 19.

Q.S.
13
Alif  Lam  Mim  Ro'
605+480+260+137
Total
= 1482
Kelipatan 19
19 x 78

    Surat ke-7 diawali huruf Alif, Lam, Mim, dan Shod. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat ke-7 merupakan kelipatan 19.

Q.S.
7
Alif Lam Mim Shad
2529+1530+1164+97
Total
= 5320
Kelipatan 19
19 x 280

  1. Surat ke-19 diawali huruf Kaf, Ha', Ya', 'Ain, dan Shad. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat ke-19 merupakan kelipatan 19.

Q.S.
19
Kaf Ha' Ya' 'Ain Shad
137+175+343+117+26
Total
= 798
Kelipatan 19
19 x 42

  1. Di awal (ayat pertama) surat ke-7, 19, dan 38 terdapat huruf Shod. Total jumlah huruf Shod dalam ketiga surat tersebut ternyata merupakan kelipatan 19.

Q.S.
7
19
38
Shod
97
26
29
---- +
152
Kelipatan 19




19 x 8

  1. Ada hal yang menarik, yakni pada surat ke-7 ayat 69 ditemukan kata bashthatan yang artinya "melebihkan" (jika dieja terdiri dari huruf ba', shod, tho', ta'). Padahal lazimnya kata tersebut haruslah dieja dengan huruf ba', sin, tho', ta' (contohnya pada surat ke-2 ayat 247). Menurut riwayat, pada saat turunnya ayat 69 tersebut Jibril menyuruh Nabi Muhammad menuliskan kata "basthatan" dengan huruf shod, namun unsur huruf shod itu tetap harus dibaca sebagai huruf sin, dan hal ini ditandai dengan huruf sin tersebut ditempatkan sebagai huruf kecil di atas huruf shod.

    Tampak sekali bahwa Allah memberi tambahan ("melebihkan") huruf shod agar jumlahnya di dalam Qur'an menjadi berkelipatan 19, sebab jika tidak maka jumlahnya berkurang menjadi 151.

    Berikut terjemahan surat ke-7 ayat 69: "Apakah kamu (tidak percaya) dan heran ketika datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah ketika Allah menjadikan kamu sebagai angkatan pengganti sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu."

  2. Surat ke-40 s.d. ke-46 diawali huruf Ha' dan Mim. Setelah diteliti jumlah total kedua huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.

Q.S.
40
41
42
43
44
45
46
Ha'  Mim
64  380
48  276
53  300
44  324
16  150
31  200
36  225
-------------- +
292+1855
Total








= 2147
Kelipatan 19








19 x 113

  1. Surat ke-10, 11, 12, 14, dan 15 diawali huruf Alif, Lam, dan Ro'. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.

Q.S.
10
11
12
14
15
Alif
1319
1370
1306
585
493

+
+
+
+
+
Lam
913
794
812
452
323

+
+
+
+
+
Ro'
257
325
257
160
96
Total
= 2489
= 2489
= 2375
= 1197
= 912
Kelipatan 19
19 x 131
19 x 131
19 x 125
19 x 63
19 x 48

  1. Surat ke-2, 3, 29, 30, 31, dan 32 diawali huruf Alif, Lam, dan Mim. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.

Q.S.
2
3
29
30
31
32
Alif
4502
2521
774
544
347
257

+
+
+
+
+
+
Lam
3202
1892
554
393
297
155

+
+
+
+
+
+
Mim
2195
1249
344
317
173
158
Total
= 9899
= 5662
= 1672
= 1254
= 817
= 570
Kelipatan 19
19 x 521
19 x 298
19 x 88
19 x 66
19 x 43
19 x 30

  1. Surat ke-19 diawali huruf Kaf, Ha', Ya', Sin, dan Shod
    Surat ke-20 diawali huruf Tho' dan Ha'
    Surat ke-26 diawali huruf Tho', Sin, dan Mim
    Surat ke-27 diawali huruf Tho' dan Sin
    Surat ke-28 diawali huruf Tho', Sin dan Mim

    Maka perhatikanlah hubungan yang sangat menarik berikut ini:

Q.S.
19
20
26
27
28
Ha'
175
251
---
---
---
 Tho'
---
28
33
27
19
 Sin
---
---
94
94
102
 Mim
---
---
484
---
460
 TotalKelipatan 19 
 ------------------------- +  
 426+107+290+944=176719 x 93 

  1. Data di atas dapat dijelaskan dalam ilmu Matematika (Aljabar). Kumpulan huruf-huruf yang memulai kelima surat di atas adalah himpunan yang anggota-anggotanya adalah huruf-huruf yang bersangkutan. Pada kolom pertama adalah irisan himpunan 1 dan 2 yang adalah huruf Ha' pada surat ke-19 dan ke-20, yaitu 175+251=426. Pada kolom kedua adalah 28+33+27+19 yang merupakan irisan empat himpunan,yaitu himpunan 1 iris, himpunan 2 iris, himpunan 3 iris, himpunan 4 iris, himpunan 5 iris; yang adalah himpunan dengan anggotanya huruf Tho'. Lebih lanjut himpunan ketiga adalah irisan himpunan 3 dan 5 dikurangi himpunan 4, yaitu himpunan dengan anggotanya huruf Mim.

    Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa Qur'an perlu dilihat dengan kacamata orang-orang eksak, karena tak mungkin bisa diungkap hanya oleh seorang sastrawan.

Lebih jauh tentang keistimewaan angka 19


Dalam khazanah Islam

  1. Keistimewaan angka 19 dalam ilmu matematika dikenal sebagai salah satu 'Bilangan Prima' yakni bilangan yang tak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengan satu dan dirinya sendiri. Keistimewaan tersebut melambangkan bahwa sifat-Nya yang serba MAHA tidak dibagikan kepada siapapun juga kecuali bagi diri-Nya sendiri (surat ke-112 ayat 3).

  2. Angka 19 terdiri dari angka 1 dan 9 di mana angka 1 merupakan bilangan pokok pertama dan angka 9 merupakan bilangan pokok terakhir dalam sistem perhitungan kita. Keistimewaan tersebut menunjukkan sifat Allah, yakni "Maha Awal" dan "Maha Akhir" (surat ke-57 ayat 3).

  3. Angka 1 melambangkan sifat-Nya yang "Maha Esa" (surat ke-112 ayat 1) sedangkan angka 9 sebagai bilangan pokok terbesar melambangkan salah satu sifat-Nya yang ke-38 (=19x2) yaitu "Maha Besar".

  4. Dalam kalender tahun Hijriyah (sistem peredaran bulan), tahun kabisat terjadi pada setiap19 tahun sekali.

  5. Raka'at dalam sholat wajib 5 waktu: Subuh 2, Zuhur 4, 'Asar 4, Magrib 3, Isya' 4, kalau diurut menjadi 24434. Bagilah dengan 19 hasilnya 24434 : 19 = 1286 tanpa sisa. Anehnya angka 1286 kalau dibalik menjadi 6821, kalau dibagi 19 hasilnya 359, juga tanpa sisa. Artinya, perintah sholat itu dari ALLAH SWT; wajib untuk dilaksanakan.

Dalam khazanah ilmu pengetahuan

  1. Dalam buku "Atlas Anatomi" yang disusun oleh Prof. Dr. Chr. P. Raven dapat diketahui bahwa sebagian dari kerangka manusia, yaitu: tulang leher ada 7 ruas, tulang punggung ada 12 ruas, jadi jumlahnya 19 ruas. Menurut para biolog, ke-19 ruas tulang tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi setiap manusia karena di dalamnya terdapat sumsum yang merupakan lanjutan dari otak, dengan syaraf-syaraf yang menuju ke seluruh bagian tubuh. Adanya gangguan pada ruas tersebut maka seluruh tubuh akan kehilangan kekuatannya.

    Juga ditemukan hal yang menarik; anggota tubuh manusia seperti tangan dan kaki sangatlah penting fungsinya bagi kehidupan kita. Bila diteliti ternyata terdapat 19 ruas tulang pada masing-masing tapak tangan/kaki (dengan mengecualikan ruas-ruas pergelangan tangan). Dan tahukah Anda bahwa bentuk tapak tangan/kaki kita menyerupai bentuk kata "Allah" (dalam bahasa Arab)?

  2. Di alam terdapat 81 unsur kimia stabil. Ada dua unsur di alam yang tidak stabil, yaitu Thorium dan Uranium. Keduanya bernomor atom 90 dan 92 dalam sistem periodik. Proton-proton dalam inti atom yang saling tolak karena bermuatan sama, "direkat" oleh gaya kuat. Sedangkan gaya lemah menyebabkan inti atom Thorium dan Uranium tidak stabil menjadi "lapuk" terbelah dengan mengeluarkan sinar radioaktif, sehingga Thorium dan Uranium disebut pula zat radioaktif. Karena terbelah itu keduanya memperanakkan zat-zat radioaktif pula, yaitu dalam sistem periodik bernomor atom 84, 85, 86, 87, 88, 89 dan 91. Hingga hari ini sudah dikenal 106 unsur dalam sistem periodik. Patut dicatat, bahwa dua di antaranya Technetium bernomor atom 43 dan Promethiu bernomor atom 61 dalam sistem periodik, keduanya adalah unsur "siluman". Keduanya, jika tersusun, akan hilang dalam sekejap sehingga sesungguhnya bukan 106 unsur yang aktual, melainkan hanya 104 unsur dalam sistem periodik. Maka di antara 106 unsur kimia dalam sistem periodik ada 81 unsur stabil, 2 unsur siluman, dan nomor atom 84 ke atas unsur tidak stabil/radioaktif, yang intinya terbelah.

    Dalam penelusuran angka 19 di dalam sistem periodik yang dihubungkan dengan Al Qur'an, diperoleh hasil sebagai berikut:

    • Unsur kimia dalam sistem perodik intinya TERBELAH mulai nomor atom 84.
      Kita lihat di dalam Al-Qur'an surah 84, yaitu surah al-Insyiqaq, artinya: TERBELAH.
    • Unsur siluman Technetium dengan nomor atom 43 dan Promethiu dengan nomor atom 61.

      Apabila disusun deret 43 + 44 + 45 + 46 + ..+ 61 = 986 = 52 x 19.

      Apabila kita jumlahkan nomor atom dari unsur stabil dalam sistem periodik, kemudian dikuarangi dengan jumlah nomor atom dari kedua unsur siluman itu, akan kita peroleh: (1+2+3+..+83) - (43 + 61) = 3382 = 178 x 19.

    • Kita lihat dalam Al Qur'an Surah 43 dan Surah 61. Surah 43 terdiri atas 89 ayat dan Surah 61 terdiri atas 14 ayat. Di atas telah disebutkan bahwa jumlah Basmalah 114 walaupun Surah 9 tidak di mulai dengan Basmalah, namun pada Surah 27 ada 2 Basmalah. Itu mengisyaratkan bahwa Basmalah adalah bagian dari surah-surah, kecuali Surah 9 (karena memang tidak dimulai dengan Basmalah). Maka lihatlah hasilnya, jika nomor Surat dijumlahkan dengan jumlah ayat dijumlahkan dengan Basmalah:

      43 + 89 +1 =133 = 7 x 19
      61 + 14 +1 = 76 = 4 x 19

    • Yang terakhir, angka 43 dan 61 adalah sejenis dengan angka 19, yaitu ketiga-tiganya merupakan bilangan prima.

Bahwa angka 19 adalah kode matematika yang melatarbelakangi komposisi literer Qur'an, suatu fenomena unik yang tiada duanya yang sekaligus membuktikan bahwa Qur'an adalah benar-benar wahyu Illahi, bukan hasil otak-atik manusia atau jin. Otak manusia tidak akan mampu mencipta "karya literer yang tunduk pada suatu kode matematik, namun sekaligus membawa tema utamanya yang tak terbantahkan". Apalagi bila mengingat turunnya Qur'an secara berangsur-angsur, dengan bagian-bagian surat yang acak tidak berurutan, disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang melatar-belakanginya.

Selanjutnya angka 19 dapat berfungsi sebagai pemelihara keotentikan Qur'an. Angka 19 dapat digunakan untuk mengecek apakah di dalam sebuah kitab Qur'an terdapat suatu kesalahan atau tidak, dengan cara menghitung kata-kata krusial yang jumlahnya dalam Qur'an multiplikatif dengan angka 19, kemudian membagi angka hasil hitungan dengan 19, maka akan terlacaklah ada atau tidaknya suatu kesalahan. Angka 19 pada Al-Qur'an seperti cyclic redundancy check (CRC) pada sistem komputer, bila CRC dari sumber tidak sesuai dengan tujuan berarti ada kesalahan dalam pengiriman/penyimpanan data. Angka 19 pada Al-Qur'an sebagai angka penguji apakah ada penambahan atau pengurangan jumlah surah, ayat, basmallah bahkan jumlah huruf pada Al-Qur'an, bila hasil baginya bulat tanpa sisa berarti benar, bila bersisa berarti ada kesalahan. Demikianlah, seluruh isi Qur'an seutuhnya akan tetap asli hingga di akhir zaman karena telah disegel oleh-Nya dengan angka 19 yang merupakan lambang identitas-Nya.Wallahu a'lam bissawab.

Memang, banyak kalangan yang anti-Islam merespon dengan sangat negatif akan hal-ihwal keajaiban angka 19 ini. Namun kalau kita telusuri lebih jauh itu hanya wujud dari rasa frustasi karena pengingkaran mereka terhadap kebenaran yang hakiki. Mereka bahkan menggunakan angka 19 sebagai bahan untuk memperolok-olokan Islam dengan segala tipu-daya, trik dan segala bentuk hinaan. Sama sekali tidak mencerminkan pribadi umat beragama yang penuh kasih sayang sesama manusia. Tapi itulah mereka, dari dulu hingga sekarang hanya bisa menghina dan mengejek, tidak lebih. Sementara apabila ditantang apakah mereka dapat membuktikan kebenaran keyakinan mereka dan kitab yang mereka agul-agulkan itu, hasilnya nihil. Diputar-putar dari A sampai Z pun tidak pernah berhasil. Hasilnya justru banyak dari kalangan ahli pikir dan elit mereka yang beralih ke Islam karena semakin dalam mereka meneliti Islam semakin banyak bukti-bukti kebenaran yang mereka dapati. Sebaliknya, dari kalangan yang anti-Islam, mereka begitu bangganya menghitung-hitung jumlah statistik orang-orang Islam yang beralih ke agama mereka, yang notabene adalah BUKAN dari kalangan pemikir dan elit Islam, justru dari kalangan masyarakat kelas bawah yang sangat tidak faham atau awam akan Islam; dan yang menyedihkan, sebagian besar hanyalah karena alasan ekonomi atau lainnya; BUKAN karena hasil penelitian, olah pikir, dan perenungan tingkat tinggi.

Sebagai bahan renungan, perhatikanlah beberapa ayat di bawah ini:

Surat ke-15 ayat 9: "Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur'an dan Kami pulalah yang tetap menjaganya."

Surat ke-41 ayat 42: "Yang tidak datang kepadanya (Qur'an) kesalahan/kekeliruan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji."

Surat ke-86 ayat 13: "Sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman-Nya yang membedakan antara yang benar dan yang salah."

Surat ke-18 ayat 27: "Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu yaitu Kitab Tuhanmu (Qur'an). Tidak ada seorang pun yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya."

 

Sumber:  http://mashadi.0fees.net/mysite/artikel/section1/angka19.php

Entri yang Diunggulkan

Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia

Posting Populer