Minggu, 13 Januari 2013

Karya Ilmiah Potensi Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif PenggantiBahan Bakar Fosil

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Hampir semua orang mengenal tanaman jeruk, terutama bagian buahnya yang sangat digemari. Tanaman jeruk ini semula hanya berupa vegetasi alami yang menempati areal yang cukup luas di Asia Timur dan Asia Selatan mulai dari Cina sampai India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Kaledonia Baru. Namun saat ini  tanaman tersebut telah dibudidayakan di hampir semua negara tropis dan sub tropis.
Tanaman jeruk ini tidak hanya disukai oleh masyarakat karena rasa buahnya yang segar dan manis namun tanaman ini mempunyai begitu banyak manfaat antara lain beberapa produk makanan yang dibuat dari jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk dan asam sitrat dari jeruk lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang menghasilkan wewangian yang paling mahal.
Di Indonesia sendiri jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting setelah pisang dan mangga. Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002).
Melihat kebutuhan akan tanaman jeruk cukup tinggi baik karena kandungan gizinya maupun manfaat lain yang bisa diambil, maka penulis ingin mencoba menggali potensi lain dari buah jeruk yang sebenarnya hampir terlupakan oleh kita, yaitu  pemanfaatan kulit jeruk.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, ternyata selama ini kulit jeruk kurang dimanfaatkan terutama oleh masyarakat konsumen buah jeruk. Umumnya para konsumen hanya memakan buah jeruk saja dan kulit jeruknya hanya dijadikan limbah terbuang. Padahal sebenarnya kulit jeruk mempunyai potensi yang sangat besar. Salah satunya adalah potensi pemanfaatan kulit jeruk yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena penulis melihat beberapa tahun terakhir ini energi dan bahan bakar merupakan persoalan yang krusial di dunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.
Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak.
Melihat kondisi di atas penulis berusaha mengkaji potensi pada kulit jeruk yang ternyata mengandung minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Minyak atsiri ini yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Selanjutnya penulis ingin mempublikasikan potensi kulit jeruk diatas terutama untuk bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis yaitu sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kita ketahui semakin lama semakin menipis serta dampaknya terhadap kondisi lingkungan saat ini.
Oleh sebab itu, dengan karya tulis ini penulis berharap agar potensi minyak atsiri yang ada di dalam kulit jeruk dapat di sosialisasikan kepada publik hingga pada akhirnya dapat diteliti lebih lanjut sampai dengan pemanfaatannya langsung sebagai bahan bakar.

1.2    Rumusan Masalah
Saat ini kondisi lingkungan kita semakin buruk akibat pengguaan bahan bakar fosil serta jumlahnya sudah mulai menipis. Bagitu banyak dampak yang ditimbulkan akibat pengguaan bahan bakar ini, salah satunya yang menjadi masalah global dan perlu penanganan segera yaitu mengenai isu global warming. Dampak ini tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan lingkungan saja, namun juga berdampak terhadap kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah yang menjadi dasar penulisan karya tulis ini, yaitu
Apakan kulit jeruk berpotensi  sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil ?

1.3    Batasan Masalah
Dalam karya tulis ini penulis hanya mengungkapkan pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

1.4    Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh minyak yang terkandung dalam kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

1.5    Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin diperoleh antara lain :
1    Dapat dijadikan objek masalah yang perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
2    Dengan adanya karya tulis ini memungkinkan dapat memberikan solusi, pemecahan dan jalan keluar yang baik akan masalah global saat ini, terutama terhadap masalah lingkungan.
3    Dapat menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menghadapi masalah krisis bahan bakar yang  perlu dikaji lebih lanjut.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sekilas Mengenai Tanaman Jeruk
Tanaman  jeruk  adalah  tanaman  buah  tahunan  yang  berasal  dari  Asia.  Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali. (http://www.ristek.go.id)
Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut :
Divisi    Spermatophyta
Sub divisi    Angiospermae
Kelas    Dicotyledonae
Ordo    Rutales
Keluarga    Rutaceae
Genus    Citrus
Spesies    Citrus sp.

Menurut Ir. Endang Vita A, MM tanaman jeruk adalah tanaman yang termasuk dalam Genus Citrus yang terdiri dari 2 Sub Genus yaitu Eucitrus dan Papeda. Tanaman jeruk yang termasuk eucitrus paling banyak dan paling luas dibudidayakan karena buahnya enak dimakan. Tanaman jeruk yang termasuk Papeda, buahnya tidak enak dimakan karena daging buahnya terlalu banyak mengandung asam dan berbau wangi agak keras seperti jeruk purut.
Pada hakekatnya tanaman jeruk merupakan tanaman khas dan cocok di daerah sub tropis. Dengan kata lain hasil panen jeruk yang diperoleh dari daerah tropis sangat tinggi, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk adalah antara 25 – 30C. Suhu rata-rata 21C selama 2 sampai 3 bulan merupakan kondisi yang sangat baik. Ketingggian tempat di atas permukaan laut menentukan juga apakah suatu jenis jeruk cocok bagi pertumbuhan dan perkembangannya Ketinggian tempat menentukan suhu dimana setiap kenaikan tinggi tempat 100 meter, suhu menurun sebesar 0,610C. Jeruk manis baik ditanam pada ketinggian 600-1200m diatas permukaan laut, jeruk keprok dan jeruk siam pada ketinggian 500-1200m diatas permukaan laut. Curah hujan yang optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk adalah 1900-2400 m setahun.
Selain itu, tanaman jeruk memerlukan tanah yang relatif dalam, agar akar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Akar tanaman hanya tumbuh dan berkembang pada daerah yang tidak tergenang air. Sifat kimia tanah yang paling menentukan untuk tanaman jeruk adalah keasaman tanah (pH) dan kemampuan tanah untuk menahan unsur hara. Tanaman jeruk dapat tumbuh pada kisaran pH 4 – 9, tetapi pH yang optimal adalah 4,5 -8,0.
Pada dasarnya jeruk dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi tanaman tersebut tidak tahan terhadap genangan air dan kurang mampu bersaing dengan tanaman lainnya atau gulma untuk menyerap unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu, jeruk sangat cocok dibudidayakan pada tanah yang mempunyai struktur gembur, tekstur berpasir hingga lempung berliat.
Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari. Harga ekstrak minyak jeruk relatif mahal. Penjelasan berikut ini adalah cara membuat minyak kulit jeruk dengan cara yang sederhana dan murah.
Sering kali kita memakan jeruk dan membuang kulitnya begitu saja, padahal banyak  manfaat yang bisa kita peroleh dari kulit jeruk. Seperti untuk manisan kulit jeruk, campuran pembuat kue, dan yang paling produktif adalah minyak kulit jeruk yang dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari.
Jeruk merupakan tanaman khas dan memerlukan suhu rata-rata 20 derajat, cocok untuk ditanam pada daerah sub tropis.
Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬-sinnsial (0,02%), dan ¬- sinensial (0,01%).

2.2 Jenis-Jenis Jeruk
Ada berbagai jenis jeruk diantaranya :
a)    Jeruk Nipis
Nama latin dari jeruk nipis adalah Citrus aurantifolia (christm) suringle. Tetapi banyak nama-nama daerah dari jeruk nipis seperti : Kalangsa; Jeruk nipis; Jeruk pecel; Jeruk alit; Kuputangan; Limo. Jeruk nipis merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak, tingginya 6 m, daunnya berbentuk bulat-telur, bunganya berbentuk bintang, warnanya putih. Buahnya bulat rata dan berkulit tipis, warnanya hijau kekuning-kuningan kalau sudah tua. Tumbuah ini umumnya banyak ditanam di pekarangan dan di kebun. Kandungan kimia jeruk nipis yaitu Asam sitral; Minyak atsiri; Linna; Lisasetat; d-limonen; L-linaliol; Dihidrokumarinalkohol; Terpenool; Pinen; Kamfen. Tanaman ini berkhasiat sebagai ekspektoran.
b)    Jeruk Kikit
Nama latin dari jeruk kikit adalah Triphasia trifolia p.Wills . Nama daerah dari jeruk kikit seperti : Jeruk kingkit; Liman kiah; Liman kunci; Kalijage; Jheruk rante. Jeruk kikit merupakan Perdu tegak, lemah, tinggi 1,5-2,5 m ranting pada ujung membengkok kesana-kemari, duri dua dua terkumpul dalam ketiak daun. Daun menjari berbilangan 3, anak daun oval dengan ujung melekuk ke dalam, ukuran 1,5-4,5 kali 1-3 meter. Bunga terkumpul 1-4 dalam ketiak daun bermahkota 3 lembar berwarna putih, panjang 12-16 mm, berwarna merah, daging buah berupa cairan yang lekat. Tumbuhan ini umumnya tumbuh di pekarangan rumah dan di ladang pada ketinggian 1-500 m dpl.  Kandungan kimia jeruk kikit yaitu Coumarins; Isomeranzin; Umbelliferone; Tripasiol atau 7 – (3-methyl-2,3 dihyroxybutyloxy)-8-(3-methyl-2-oxobuthyl); Coumarin Tanaman ini berkhasiat sebagai Antidiare; Ekspektoran
c)    Jenis-jenis Jeruk Lemon
Jeruk lemon ternyata bermacam-macam. Buahnya sebenarnya asam sekali dan tidak langsung dapat dinikmati, tetapi setelah diperas dari buahnya. Ia digemari sebagai minuman segar.
Jeruk lemon yang berasal dari Asia (Cina dan Vietnam) itu, sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Antara lain lemon tea, lemon squash, jeruk sitrun, lemon cui, dan rough lemon. Semuanya dibudidayakan untuk diambil sari buahnya dan dijadikan limun atau dijadikan campuran minuman lain. Ia dapat tumbuh dengan baik, mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi. Di daerah tropis suhu minimum yang dibutuhkan 150 C. sedangkan di daerah subtropis suhu terendah dapat mencapai 60 C. Pohonnya menghendaki tanah yang gembur dengan pH netral. Ia juga perlu mendapat sinar matahari penuh (tempat terbuka).
Sebenarnya jeruk lemon yang kita kenal ini (Citrus limonia) ialah salah satu varietas dari jeruk sitrun (Citrus medica). Yang pertama ialah C. medica var. limonia yang juga disebut true citrun. Varietas ini kemudian populer dengan sebutan C. limonia. Yang kedua ialah C. medica var. proper namun di Indonesia, yang populer dengan sebutan sitrun hanyalah salah satu dari varietas C. limonia, yakni yang bentuk buahnya bulat telur. Sementara varietas-varietas C. limonia lainnya lebih populer dengan sebutan lemon. Kemudian C. medica var. proper yang di Inggris disebut sitrun, di Indonesia lebih dikenal sebagai jeruk pepaya (jerpaya) atau jeruk sukade.
    Lemon tea
Varietas dari Citrus limonia ini batangnya tampak kokoh dan berkesan kaku, dengan percabangan banyak dan tidak berduri. Padahal tanaman lemon semuanya berduri. Daunnya hijau tua sepanjang 10-11 cm, selebar 4-4,5 cm. Tepinya bergerigi. Tanaman ini berbuah terus-menerustanpa mengenal musim. Pada umur 4 tahun tanaman sudah berproduksi dan hasilnya bisa sampai 4 kuintal.
Bentuk buahnya bulat agak lonjong, dengan diameter 3 cm, sepanjang 3,5 cm, mirip jeruk nipis, tetapi lebih besar. Tiap 1 kg berisi 20 buah. Warna kulit buahnya hijau kekuningan, tapi menjelang matang akan menguning dan permukaannya menjadi halus. Daging buahnya cukup berair dengan biji lebih sedikit dibanding jeruk nipis. Rasanya tidak terlalu masam dan aromanya kurang tajam. Lemon tea terutama dimanfaatkan untuk minum teh dan juga untuk bumbu penyedap masakan ikan dan daging.
    Lemon squash
Varietas Citrus limonia ini batangnya banyak   ditumbuhi duri-duri tajam yang panjang (1,5-2 cm). Percabangannya banyak dan tampak sangat lentur, sehingga buahnya yang besar-besar sering tergolek di tanah. Ia dapat berbuah setiap saat bila mendapat pengairan yag cukup. Tetapi jika kekurangan air, pembungaan akan berhenti.
Daun lemon squash berwarna hijau tua, berbentuk runcing dengan tepian yang bergerigi. Dibanding dengan lemon tea, ukuran daun lemon squash lebih panjang, yakni 10-12 cm. Lebarnya 4-5 cm.
Bentuk buahnya lonjong seperti labu siam. Panjangnya dapt mencapai 15 cm, dengan diameter 5-7 cm. Dalam 1 kg terdapat 8 butir buah. Kulit buahnya tebal, berwarna hijau tua dan akan menguning sewaktu matang. Daging buah lemon squash berair banyak dan masam sekali rasanya. Aromanya agak tajam bila matang. Dalam satu tandan terdapt butir buah. Lemon squash dapat dipanen terus-menerus sejak mulai menghasilkan. Seperti juga lemon tea, lemon squash dimanfaatkan untuk minuman.
    Jeruk sitrun
Sebenarnya yang kita sebut jeruk sitrun ialah salah satu varietas C limonia. Bentuk buahnya bulat telur. Ujung buahnya dihiasi pentil (puting) yang indah. Karena berputing, penggemar jeruk di Indonesia menngenalnya dengan sebutan lemon susu. Sari buahnya sangat asam, tetapi aromanya sedap sekali khas sitrun. Sehingga sari buah ini banyak dibotolkan sebagai limun, atau diminum sebagai sari buah segar.
Pada tanah yang baik dengan pengairan yang cukup, jeruk sitrun dapat berbuah sepanjang tahun. Tanaman ini sangat baik dikebunkan di dtaran rendah maupun dataran tinggi sampai 1000 m dpl. Setelah berumur 3 tahun, jeruk sitrun mulai berbuah. Per pohon menghasilkan rata-rata 90 buah.
    Jeruk sukade
Varietas jeruk sukade dan forma jeruk tangan (C. medica var. proper) berbentuk perdu, yang buahnya serba menyimpang. Ia disebut jeruk sukade karena  kulit  buahnya yang tebal dimanfatkan sebagai manisan yang pada zaman Belanda dulu terkenal sebagai sukade. Jeruk sukade juga sering dipakai untuk campuran pembuatan kue. Buah jeruk sukade besar, pada ujungnya terdapat pentil yang menonjol seperti pusar yang besar. Karena kulit buahnya tebal, daging buahnya jadi sedikit sekali. Saat masak kulit buahya msih tetap hiaju. Jeruk sukade juga dapat diambil minyak atsirinya.
Forma jeruk tangan atau jeruk jari budha masih satu varietas dengan jeruk sukade, namun berbeda forma (C. medica var. proper forma digitata). Jeruk tangan disebut “tangan” karena buahnya yag  masih muda merupakan sekelompok buah bercabang seperti tangan dengan 5 jari. Selain untuk bahan kue, buah ini juga dapat digunakan sebagai bahan obat yang dipercaya ampuh untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

    Lemon cui
Batangnya berwarna gelap, beranting banyak tanpa duri. Tajuknya mirip sapu terbalik. Daun lemon cui kecil-kecil, hijau tua agak bulat dengan panjang 2-3 cm dan lebar 2 cm. pinggiran daun rata dan cenderung menghadap ke atas.
Buah lemon cui yang juga disebut jeruk Manado ini bentuknya bulat sebesar ibu jari tangan dengan ujung agak rata. Warna kulit buah sejak muda hingga tua tetap hijau tua. Buah yang matang pori-pori kulitnya lebih besar dan tampak kuning kemerahan. Jika ditekan dengan jari, buahnya agak ‘gemur’. Daging buahnya berair banyak, berbiji, asam rasanya, dan tajam aromanya. Lemon cui dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Ia merupakan suatu forma dari jeruk lemon, Citrus limonia.
    Rough lemon
Ruogh lemon merupakan hibrida jeruk sitrun dengan jeruk manis. Tanaman ini sangat baik tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 m dpl. Buahnya juga sering disebut  lemon kasar karena kulit buahnya yang bergelembung-gelembung kasar.
Bentuk buahnya agak bulat dengan dasar buah agak menonjol bewarna kuning oranye. Buah yang rasanya masam sakali itu berbiji banyak yakni 10-15 butir. Bijinya mudah sekali ditumbuhkan dan dapat menghasilkan turunan nucellar seedling keasliannya dapat terjamin 95%. Di Indonesia, rough lemon hanya dikenal oleh pengusaha pembibitan saja, terutama dipakai sebagai batang bawah untuk bibit okulasi.
(Sumber: Jenis-jenis Jeruk Lemon. Meina D dan Karjono. Trubus edisi Desember 1992/XXII).
d)    Jeruk Pontianak
Jeruk Pontianak (citrus nobilis var. microcarpa) merupakan jenis jeruk siam dengan ciri fisik kulitnya tipis dan licin mengkilat. Jeruk Pontianak mempunyai rasa yang manis dan merupakan salah satu komoditas unggulan Kota Pontianak.
Sebenarnya jeruk ini bukanlah hasil produksi pertanian Kota Pontianak. Sentral tanaman jeruk justru berasal dari Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Namun sejak lama jeruk ini telah dikenal dengan merek dagang “Jeruk Pontianak”. Dalam istilah bahasa Melayu, “Tebas punye jeruk, Pontianak punye name”.
Sejarah pengembangan Jeruk Siam yang akhirnya terkenal sebagai Jeruk Pontianak di Kalimantan Barat sejak tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Bibitnya berasal dari negara Tiongkok. Hingga awal tahun 1950 jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1.000 ha. Tahun 1960 sebagian besar pohon jeruk ini ditebangi karena terserang penyakit.
(Sebagian besar sumber tulisan ini dari situs resmi Provinsi Kalimantan Barathttp://www.kalbar.go.id)
e)    Jeruk jeruk keprok Tejakula
Jeruk keprok Tejakula. Warna, rasa dan aroma buahnya pernah mengharumkan nama Bali dan mengangkat tinggi kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten Buleleng, Bali. Karena serangan penyakit CVPD jeruk ini menjadi kultivar jeruk yang langka.
f)    Jeruk  jeruk keprok So’e
Jeruk keprok So’e, NTT, merupakan jeruk yang sangat mirip dengan jeruk Tejakula, karena memang dalam sejarahnya bibit yang ditanam didatangkan dari Buleleng.
g)    Jenis jeruk lainnya
beberapa jenis jeruk yang banyak bereda di pasar seperti; jeruk Selayar, jeruk siem Kintamani, jeruk Buleleng, jeruk So’e, keprok Lumajang, jeruk madu, dan lain-lain, yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda.
Jeruk Siem Kintamani yang banyak ditanam di Kabupaten Bangli, Bali, terutama di daerah sekitar Kintamani.  Serangan penyakit CVPD ditemukan secara meluas di daerah ini, yang sebagian besar (83%) penyebarannya melalui bibit.
Jeruk keprok Jemberana (Bali Barat) yang mungkin bibitnya berasal dari jeruk Tejakula.
Jeruk keprok Plaga (Batu 55) yang secara terbatas ditanam di daerah Plaga, Badung, Bali.

2.3 Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Beberapa minyak atsiri penting
•    Minyak adas atau fennel /foenicoli oil
•    Minyak cendana atau sandalwood oil
•    Minyak cengkih atau euganol oil
•    daun cengkih atau leaf clove oil
•    Minyak kayu putih
•    Minyak kenanga atau ylang-ylang oil
•    Minyak lawang
•    Minyak mawar
•    Minyak nilam
•    Minyak serai
Selain itu, dikenal pula beberapa “minyak” (atau dalam bentuk salep) yang sebenarnya merupakan kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya:
•    Minyak telon
•    Minyak tawon
•    Minyak angin
•    Beberapa minyak gosok dan salep gosok.
2.4 Mengenal Potensi Yang Ada Pada Jeruk
Jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting di Indonesia setelah   pisang dan mangga. Di Indonesia, beberapa jenis jeruk yang umum dibudidayakan dapat digolongkan pada beberapa kelompok seperti : jeruk Keprok, jeruk Besar, jeruk Nipis dan jeruk Lemon. Jeruk Siam (Citrus nobilis var, microcarpa Hassk) termasuk salah satu varietas jeruk Keprok yang paling banyak diusahakan dan mendominasi 60% pasaran jeruk nasional. Jeruk Siam tumbuh baik di berbagai daerah sentra produksi seperti Kalimantan Barat (Pontianak), Kalimantan Selatan (Banjar), Jawa Barat (Garut), Jawa Timur (Pasuruan), dan Bali (Bangli) (Dirjenhorti; 2002).
Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002). Kebutuhan tersebut masih harus ditambah untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan industri pengolahan.
Mengingat prospek dan potensi pasar sangat besar baik di dalam maupun di luar negeri, maka pengusahaan jeruk di Indonesia memerlukan peningkatan baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Produksi jeruk di Indonesia sejak tahun 1995 sampai 1998 mengalami penurunan yaitu : tahun 1995 produksi jeruk mencapai 1.004.631 ton turun menjadi 730.860 ton pada tahun 1996, dan 696.422 ton pada tahun 1997 serta 613.759 pada tahun 1998. Sampai saat ini produktivitas jeruk di Indonesia masih rendah yaitu berkisar 8,6 – 15 ton/ha/tahun (BPS; 1995), sedangkan di daerah tropik lainnya produktivitas jeruk mencapai 20 ton/ha, bahkan di daerah produsen utama jeruk dunia di daerah subtropik dapat mencapai 40 ton/ha.
Saat sekarang jeruk dinilai sebagai salah satu sumber utama vitamin C. Banyak macam sayuran dan buah selain jeruk mengandung asam ascorbat namun jeruk segar dan hasi olahannyalah yang paling banyak kandungan vitamin C-nya. Di negara Amerika Serikat vitamin C dari jeruk berikut hasil olahannya telah menyumbangkan 60 % dari RDA penduduk. Kandungan vitamin C jeruk per unit berat sebenarnya tidak terlalu tinggi hanya 50 mg/100g. Dibandingkan dengan kebanyakan sayuran atau buah-buahan lain yang dikenal sebagai sumber vitamin C seperti jambu biji yang kandungan vitamin C-nya mencapai lebih dari 100 mg/100g, namun mungkin karena disukai oleh semua tingkat umur maka jeruk dapat berperan menjadi sumber utama vitamin C.
Jeruk khususnya selalu dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi sekarang produksi sari buah sangat menonjol. Beberapa produk makanan lainnya dibuat dari jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk dan asam sitrat dari jeruk lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang menghasilkan wewangian yang paling mahal.
Baik daun, buah maupun kulit dapat digunakan sebagai bumbu atau rempah. Khasiat obat dari jeruk tidak terlalu banyak, tetapi flavonoid dari korteks bagian dalam memeliki khasiat anti tumor. Beberapa manfaat terapi dari buah jeruk antara lain dapat mengatasi kekurangan asam perut, memperlancar percernaan dan sebagai obat diare yang disebabkan enstritis dan disentri.
Manfaat dan khasiat jeruk keprok mandarin untuk terapi antara lain untuk pertahanan tubuh, anti kanker, memerangi infeksi firal, menurunkan tingkat kolesterol, dapat menguatkan dan memberikan gizi pada paru, memperbaiki limpa, membantu menghentikan batuk dan mengeluarkan dahak.
Selain itu , di dalam kulit jeruk dan sejumlah tanaman lainnya terdapat sejenis minyak yang mudah menguap yang disebut dengan minyak atsiri (dalam Bahasa Inggris disebut essential oil). Masing-masing minyak atsiri tersebut menghasilkan aroma yang berbeda-beda. Pada kulit jeruk aroma yang ditimbulkan adalah aroma khas kulit jeruk. Minyak atsiri ini mudah terbakar. Karena itulah ketika terkena api lilin, nyala api semakin besar.

BAB III
METODE PENULISAN

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode dekskriktif kualitatif biasanya menggunakan literature review di mana data di ambil dari data tertulis dan seperti dokumen, laporan journal dan sumber data lain. Sumber data ini biasanya dari data primer dan data sekunder.
3.1    Teknik Pengumpulan Data
    Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang sudah ada sebelumnya baik melalui buku, jurnal dan internet.
    Percobaan sederhana
Pengumpulan data dengan melakukan percobaan sederhana yaitu dengan menyemprotkan kulit jeruk dengan melipatnya terhadap nyala api.

3.2    Sumber Data
    Sumber data primer di dapat dengan melakukan percobaan sederhana.
    Sumber data sekunder didapatkan dengan pengumpulan buku, jurnal dan internet.
3.3    Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam karya tulis ini dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan dokumentasi. Kemudian data-data tersebut dianalisis dengan cara menyajikan dan menerangkan data dalam bentuk kalimat yang sestematis sehingga diperoleh suatu kesimpulan

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Struktur dan kandungan kulit jeruk
Kulit jeruk adalah bagian penting dari keseluruhan buah jeruk. Kulit jeruk melindungi bagian yang ada di dalamnya untuk tetap mengalami proses biologi. Secara umum kulit jeruk terdiri atas bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar cenderung berwarna tergantung dari jenis jeruknya. Untuk suatu proses biologi, dalam perkembangannya kulit jeruk, terutama warnanya bagian bawah atau sisi bagian dalam dari kulit jeruk umumnya berwarna putih dan terasa lembut bila disentuh. Kulit jeruk memiliki bintik yang cukup besar sehingga terlihat seperti pori-pori. Namun pada dasarnya kulit jeruk itu terbentuk dari kantong-kantong kecil yang rapat. Kantong inilah yang berisi cairan berupa minyak atsiri yang bila kulit jeruk dilipat, kantong-kantongnya pecah dan minyak akan menguap menjadi gas. Komposisi-komposisi dari gas pada kulit jeruk itu sendiri kompleks dan keseluruhannya membentuk gas yang mudah lepas pada udara bebas.
Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari (Kresno Aji)

4.2 Potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil
Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap. Selain itu, gas yang terdapat dari kulit jeruk ini juga mudah terbakar. Dalam kondisi yang masih segar, penulis mencoba menyemprotkan minyak atsiri tersebut pada nyala api lilin. Ternyata yang terjadi adalah api membesar dan menimbulkan percikan-percikan api kecil.
Hal ini berarti bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk ini berpotensi sebagai bahan bakar. Daya bakarnya cukup luar biasa, tanpa tambahan zat lain ataupun proses lainnya. Gas ini telah menunjukkan bahwa minyak atsiri ini sangat berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Sebelumnya telah ada pihak yang mencoba mengkaji tentang apa yang terkandung dalam kulit jeruk ini ternyata pada kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari.
Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬-sinnsial (0,02%), dan ¬- sinensial (0,01%). (Kresno Aji)
Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Atas kondisi itu, penulis berpendapat bahwa minyak atsiri dari kulit jeruk digolongkan lebih dekat sebagai gas.
Dari fakta ini sangat memungkinkan minyak atsiri pada kulit jeruk ini sebagai pengganti bahan bakar fosil, namun sejauh ini penulis belum bias mengkaji lebih jauh untuk memanfaatkan minyak atsiri ini sebagai pengganti bahan bakar fosil. Kemungkinannya sangat dekat sekali minyak atsiri pada kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil karena daya bakarnya sangat luar biasa.

4.3    Minyak atsiri dari kulit jeruk sebagai minyak yang mudah menguap dan terbakar
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Di dalam kulit jeruk terdapat zat-zat seperti limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬sinnsial (0,02%), dan ¬sinensial (0,01%).
Menurut penulis, minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk terdapat senyawa-senyawa sejenis senyawa yang menyebabakan titik didih minyak atsiri tersebut rendah, namun sejauh ini penulis hanya dapat memprediksikan berdasarkan cirri-ciri kimia yang ada pada minyak atsiri.
Kami juga berpendapat bahwa minyak atsiri ini memiliki perubahan entalpi (H) atau kalor pembakaran standar (HC, C adalah combustion atau pembakaran) yang kurang dari 1000 Kj/mol seperti yang ada pada gas alam. (T.Sasongko,dkk)

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk memiliki potensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

5.2 Saran
Untuk penelitian lanjutan hendaknya dapat mengkaji lebih jauh bagaimana minyak atsiri dalam kulit jeruk ini dapat menggantikan posisi bahan bakar fosil.

Sumber: Yudicy Amelia.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ristek.go.id

http://localhost/agromedia

http://localhost/agromedia/?pilih=news&aksi=lihat&id=12

http://www.citrus-indonesia.com,

http://www.kalbar.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_Pontianak

http://www.chem-is-try.org Sains

http://www.chem.cornell.edu/gc39

Sasongko, T, dkk. 2003. Kimia SMA. Pabelan Cerdas Nusantara : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia

Posting Populer