Kamis, 10 Maret 2011

Ujian Entrepreneur

Seorang kawan baru saja di rumahkan (baca = PHK) dari kantornya. Kemudian memberitahu saya, lewat SMS, “Mas Alhamdulillah saya pensiun dini, dan akan segera bakar kapal,”. Bakar Kapal adalah istilah yang di populerkan oleh salah satu komunitas bisnis. Istilah inidinisbahkan kepada kisah kepahlawanan Thareq bin Ziyad, salah seorang panglima Islam yang terkenal. Ketika itu beliau menggelorakan semangat Jihad pasukannya, tatkala berhadahan dengan tentara salib, sesaat  setelah mendarat di Eropa dari perjalanannya menyeberang lautan dari Benua Afrika. Agar tidak ada pilihan bagi pasukannya untuk surut kebelakang, makah kapal yang telah menyeberangkannya, diperintahkan untuk di bakar. Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali maju dan bertempur habis-habisan. Kemudian atas izin Allah, kaum muslimin ketika itu berhasil menaklukkan Benua Eropa.

Tetapi makna bakar kapal disini, disempitkan dari perpindahan kwadaran seseorang, dari comfort zonesebagai karyawan, menuju ke medan pertempuran sesungguhnya menjadi pengusaha (entrepreneur). Karena, jika tidak di-bakar kapalnya, ketika dia sudah bosan atas suatu pekerjaan dan/atau di PHK, maka dia akan mencari-cari, pekerjaan lagi. Dan ini akan menjadi perulangan yang tidak berhenti. Akan tetapi, jika orang itu telah mempunyai tekat baja, maka tidak ada pilihan lain kecuali “berjihad” menjadi entrepreneur. Karena dengan menjadi entrepreneur, akan memacu adrenalin. Sebab berbeda nuansanya dan rasanya, ketika seseorang berhasil menjual atau memenangkan sebuah pekerjaan/tender, ketika dia berposisi sebagaiemployee, bahkan direktur sekalipun tetapi bekerja diperusahaannya orang lain, jika dibandingkan dengan ketika dia menjadi pemilik alias entrepreneur itu sendiri.

Nah kembali ke kisah teman saya di atas. Jika jauh-jauh hari, dia sudah punya rencana sebagai entrepreneur, tentu kondisi di atas tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi jika dia belum mempersiapkan, maka akan jadiproblem tersendiri. Meski sesungguhnya kebanyakan employee sekarang ini, banyak yang menyiapkan side job, sebagai antisipasi bila mengalami PHK. Kendati demikian, ternyata meski belum mempersiapkan,  kawan saya tadi telah bertekad menjadi entrepreneur. Kemudian berdasarkan dia banyak membeli buku sebagai referensi dan digabungkan dengan pengalaman di perusahaan sebelumnya, dengan cepat dia telah dan sudah mempersiapkan business plan untuk bisnis barunya. Business Plan yang cukup bagus, dan menarik. Kemudian rencana bisnisnya itu, di bawalah dari satu teman ke teman lainnya, ke relasi bisnis perusahaannya terdahulu dan seterusnya. Ternyata hampir semuanya menolaknya.

Ketika dia berada pada titik nadir kepercayaannya, datanglah tawaran dari kawan lamanya untuk menjadimanager di salah satu perusahaan dengan tawaran gaji dan benefit yang menggiurkan. Terjadilah pertarungan batin yang luar biasa, antara menjadi entrepreneur yang masih belum jelas kapan dimulainya, dan tawaran baru dengan posisi dan fasilitas yang menjanjikan.

Disinilah sesungguhnya ujian awal bagi calon pengusaha. Tetapi, Alhamdulillah kawan tadi tetap memilih sebagai entrepreneur, meski dia tahu onak dan duri akan sealu menghadangnya didepan nanti. Dan dia sadar betul, bahwa setiap hambatan dalam bisnisnya, bukan dijadikan penghalang dan kemudian berhenti jadi pengusaha,alih profesi lagi sebagai karyawan. Akan tetapi itulah learning cost, yang harus di bayar, yang bisa jadi, tidak dia dapatkan di sekolah bisnis manapun. Mentalitas seperti inilah, yang saat ini dibutuhkan bagi negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia

Posting Populer