Pada suatu masa, ada satu kelompok kaum Bani Israil yang tinggal di tepian laut. Mereka hidup sebagai nelayan dan secara teratur pergi melaut mencari ikan hampir setiap hari.
Hampir setiap hari? Ya, hampir setiap hari, sebab orang orang Bani Israil ini hanya mencari ikan pada setiap hari Minggu sampai hari Jum'at. Mereka tidak melaut pada hari Sabtu karena ada satu ketentuan khusus yang ditetapkan Allah pada penduduk ditepi laut ini yaitu larangan untuk berburu ikan dihari Sabtu.
Mulanya mereka menerima ketentuan Allah dengan lapang dada, tetapi kemudian Allah memberi ujian pada mereka untuk-mengetahui siapakah diantara mereka yang benar-benar taat kepadaNya.
Ikan-ikan laut yang menjadi sumber kehidupan mereka justru banyak berkumpul dan mendekati masyarakat Bani Israel pada hari Sabtu. Sementara dihari lain , ikan-ikan ini malah menjauhi mereka. Akibatnya„ mereka harus lebih bersusah payah dalam menangkapnya.
Segera saja kondisi ini menggoda sebagian masyarakat Bani israel. Mereka berfikir keras, bagaimana caranya agar ikan-ikan itu dapat mereka nikmati tanpa harus menangkapnya pada hari sabtu.
Lalu datanglah sebuah ide. "Bagaimana kalau begini saja, kita pasang perangkap di laut itu pada hari Jum'at," kata seseorang. "Pada hari Sabtu, ikan-ikan tentu akan berdatangan dan masuk kedalam perangkap. Nah, dihari Minggu kita tinggal mengangkat perangkap dan menikmati ikan-ikan itu. Ide itu segera saja disetujui para penduduk yang tidak beriman. Mereka segera saja membuat berbagai perangkap dan memasangnya pada setiap hari Jum'at untuk kemudian mengambil ikan-ikan yang terperangkap dihari Minggu. Para penduduk ini tak sedikitpun merasa khawatir dengan perbuatan mereka. Mereka malah bangga karena mengira dapat menipu peraturan Allah dengan cara yang licik seperti itu.
Sebagian penduduk lainnya adalah penduduk yang masih taat pada aturan Allah. Mereka adalah orang orang yang yakin bahwa berbuat curang pada Allah dapat membuat Allah murka dan menurunkan ajabNya.
Tetapi penduduk yang taat itupun terbagi dua. Kelompok pertama adalah kelompok yang tak acuh pada kecurangan yang dibuat masyarakat yang tidak beriman dan kelompok kedua adalah kelompok orang beriman yang tak pernah lupa akan tugas mereka sebagai penyeru kebenaran. Karena itu, kelompok kedua ini tak berdiam diri saja, mereka menasehati penduduk yang berbuat curang.
"Hentikan kecurangan ini saudara-saudara. Ingatlah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Segala perintah Allah tentulah ada maksudNya. Dan mengingkari perintah Allah pastilah membuat Allah murka. Ikan-ikan yang menjauh pada hari lain dan mendekat pada hari Sabtu tentulah hanya sebuah ujian dari Allah bagi kita."
"Yang dilarang itukan menangkap ikan dihari Sabtu. Kami hanya meletakkan perangkap dihari Jum'at dan mengambil hasilnya dihari Minggu. Jadi kami tidak melanggar peraturan," jawab mereka yang curang dan keras kepala.
Berkali kali kaum beriman memperingati mereka. Tetapi peringatan itu tak pernah digubris. Mereka bahkan meminta kaum beriman untuk tidak lagi mencampuri urusan mereka.
Sementara itu kelompok yang masih taat kepada Allah, tetapi tidak mau repot-repot mengurusi penduduk yang curang, justru mencela kaum beriman yang terus saja berdakwah. "Kenapa sih mau-maunya kalian mengurusi orang orang yang sudah pasti akan diajab Allah?" ungkap mereka.
"Mereka kan sudah pasti binasa."
"Kami memberi mereka peringatan agar lepaslah beban kewajiban kami untuk memperingati mereka akan kebenaran Allah. Sehingga bila kelak kami ditanya Allah mengenai urusan ini, kami memiiliki satu alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu, kami memperingati mereka adalah sebagai sebuah kewajiban berdakwah, agar mereka dapat kembali menjadi orang yang bertakwa," jawab kaum beriman dengan lembut.
Tetapi sayang, penduduk yang curang itu tak juga mau mendengar nasehat kaum beriman. Mereka terus saja melakukan pembangkangan atas perintah Allah, hingga pada suatu hari terjadilah peristiwa yang sangat mengherankan.
Pada suatu pagi seluruh penduduk yang melakukan kecurangan bangun dari tidurnya dengan perasaan aneh. Ketika saling memandang tahulah mereka apa keanehan itu.
Tidak satupun dari mereka yang curang ini hidup dalam wujud manusia. Tubuh mereka telah berubah menjadi kera. Sementara orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah diselamatkan Allah dengan tetap berwujud manusia.
Mengetahui bahwa diri mereka telah berubah menjadi kera yang hina, segera saja menyesallah para para pembangkang yang curang itu. Tetapi semua itu sia-sia. Allah telah menurunkan azab atas kezaliman mereka selama ini. Maka merekapun harus melanjutkan hidup sebagai kera hingga ajal datang menjemput ruh mereka.