Abu bakar merupakan sahabat Nabi yang sangat setia, beliau termasuk orang yang paling awal memeluk Islam. Ia orang kedua yang memeluk Islam setelah siti Khadijah, istri Nabi Muhammad Saw. Kelak setelah Nabi Muhammad Saw wafat, beliau juga dikenal sebagai khalifah pertama kaum muslim.
Abu bakar juga terkenal karena kecintaan dan kepercayaannya yang tinggi terhadap Nabi Saw. Karena itu, ia mendapat gelar ash-shiddiq dibelakang namanya. Gelar itu artinya ”yang selalu membenarkan”.
Abu Bakar-lah orang yang pertama kali membenarkan perjalanan Nabi dalam kisah Isra’ Mi’raj.
Sejak meneguhkan hatinya memeluk islam, Abu Bakar menjadi salah seorang pembela Islam. Ia mendesak Nabi Saw untuk memperluas cara berdakwah. Abu Bakar pun menjadi wakil Nabi dalam menyampaikan ajaran Islam.
Suatu ketika, Abu Bakar berpidato di Ka’bah dan Nabi Saw duduk di sampingnya, ia dipukul beramai-ramai. Ia tersungkur ke tanah, lalu ditendang dari kiri dan kanan. Seseorang bernama Utbah bin Rabi’ah merenggut sandal Abu Bakar. Sandal itu lalu dihantamkannya ke wajah Abu Bakar.
Masya Allah, wajah sahabat Nabi itu menjadi benjut dan lebam. Untunglah, datang orang-orang dari suku Bani Taym (sukunya Abu Bakar) melindungi Abu Bakar dari orang-orang yang hendak memukulnya.
Abu Bakar sudah dalam keadaan sekarat. Orang-orang dari suku Bani Taym membawanya ke rumah. Lalu, orang-orang tadi pun kembali ke masjid sambil mengancam, ”Demi Allah, jika Abu Bakar mati, maka kami akan membunuh Utbah bin Rabi’ah!”
Banyak orang dari suku Bani Taym berkumpul di rumah Abu Bakar. Kemudian, Ayah Abu Bakar, Abu Quhafah, mencoba memanggil-manggil anaknya. Akhirnya, Abu Bakar siuman dan bisa berkata-kata lagi. Tapi, apa yang pertama kali ditanyakan Abu Bakar? Antara sadar dan tidak, ia terus berkata-kata lagi. “Dimana Nabi? Apa yang terjadi dengan Nabi?”
Orang-orang menenangkan Abu Bakar. Lalu sang Ibu, Ummu Khair, mencoba membujuk anaknya untuk makan malam. Tapi, Abu Bakar tidak mempedulikannya. Ia malah terus bertanya-tanya tentang Nabi Saw. Demikianlah, betapa cintanya Abu Bakar kepada Nabi Muhammad Saw.
Akhirnya, Abu Bakar meminta Ibunya untuk menemui Ummu Jamil. Abu Bakar mengatakan bahwa Ummu Jamil pasti tahu keadaan Nabi Saw. Maka, oleh ibunya dibawalah Ummu Jamil kerumah. Ummu Jamil terkejut melihat keadaan Abu Bakar yang sudah payah sekali. Kemudian, Ummu Jamil membisikkan kepada Abu Bakar bahwa Nabi dalam keadaan baik-baik saja. Abu Bakar pun merasa lega. Namun ia tetap saja tidak mau makan.” Demi Allah, aku tidak akan merasakan makan dan minum sampai aku menemui Nabi Saw!”
Begitu sabar Ibu Abu Bakar memenuhi keinginan Anaknya. Ketika keadaan aman, dibawalah Abu Bakar menemui Nabi Muhammad Saw. Saat itu Nabi Saw berada dirumah Ibnu Arqam. Melihat keadaan Abu Bakar yang begitu menyedihkan, bangkitlah segera Nabi Saw. Ia memeluk dan mencium Abu Bakar, sahabat yang dicintai dan sangat mencintainya.
Abu Bakar menenangkan Nabi yang tampak sedih.
“Demi ayah dan ibuku, wahai Muhammad! Aku ini tidak apa-apa, dan janganlah engkau terlalu merasa khawatir. Cuma ada yang terasa sakit diwajahku karena pukulan Utbah. Tapi, sebentar lagi juga hilang! Dan ini, Ibuku yang telah memenuhi keinginanku, sedangkan engkau adalah orang yang diberkati. Tolonglah ajak dia memeluk Islam, dan do’akanlah ia agar terhindar dari api Neraka!”
Nabi Saw pun mengislamkan ibunda Abu Bakar serta mendoakannya. Selanjutnya, sejak peristiwa itu kaum Muslimin tinggal dirumah Ibnu Arqam selama kurang lebih satu bulan. Saat itu mereka berjumlah 39 orang. Tepat ketika hari Abu Bakar dipukul orang, Hamzah bin Abdul Muthalib, salah seorang paman Nabi memeluk Islam.
Kemudian, Nabi Saw berdo’a kepada Allah agar islam dikuatkan oleh salah seorang diantara Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam. Baru saja beliau berdo’a pada hari Rabu, tiba-tiba hari kamis datang Umar bin Khattab memeluk Islam.
Nabi Saw dan kaum muslimin yang lain serentak mengucapkan takbir atas Islamnya Umar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar