Hari ini adalah hari ini. Dan hari ini bukanlah hari yang kemarin. Sebab hari yang kemarin bukanlah hari ini. Begitu juga lusa. Setidaknya begitu. Sepertinya memang begitu. Seharusnya mesti begitu. Bisakahku?
Seperti hari yang kemarin aku selalu melihat mereka. Sepasang muda-mudi yang berjalan selalu beriringan. Sepasang muda-mudi yang selalu menyunggingkan senyuman. Sepasang muda-mudi yang selalu menampakkan wajah berseri-seri. Sepasang muda-mudi yang selalu membuatku iri. Oh, adakah mereka mengerti?
Hari ini, seperti hari yang kemarin, aku melihat si pemuda dengan sepotong tongkat di tangannya selalu berjalan di depan si pemudi. Seolah-olah si pemuda siap melindungi si pemudi dari semua aral yang sedia merintangi. Sementara itu bagian pinggang bajunya selalu digamit oleh tangan si pemudi. Seakan-akan tak ingin lepas jauh darinya. Rupanya hari ini mataku disajikan sebuah kesetiaan sejati yang tengah dia jalani. Termasuk cinta butakah ini?
Selalu saja aku melihat mereka berdua seperti hari yang kemarin. Selalu saja aku melihat mereka berdua yang sepertinya mampu menatap dunia di hadapan. Walau hanya dengan hati di genggaman. Walau hanya dengan rabaan tongkat di tangan. Walau hanya dengan cinta di pelukan. Walau hanya dengan buram di pandangan. Oh, mampukah aku dan dunia menerimanya sebagai sebuah pelajaran?
***
(Seperti kata Melly Goeslaw, akupun ingin mencintai dan dicintai!)
Cerpen: Hari Siswadi
Sabtu, 05 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
Posting Populer
-
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karuniaNya, Penulis masih diberi kesempatan untu...
-
PROPOSAL KEGIATAN PAGELARAN SENI TARI SMAN 11 KAB. TANGERANG I. Latar Belakang Seni merupakan suatu yang tidak da...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya, saya dapat menyelesaikan karya ilm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar