Sumirah Mencari CintaBahkan sampai malam menggantung di pucuk kelam, Sumirah masih berjalan menyusuri desa. Bintang-bintang gemelitik di langit."Mau ke mana malam-malam begini, Sumirah?"Orang-orang Sakagiri yang kerjanya saban hari bergerombol di tepi jalan, memandang Sumirah dengan tatapan mata rembulan. "Mencari cinta.""Ha. Ha. Ha. Tak ada cinta abadi di bumi ini."Sumirah menoleh."Hentikan pencarian itu, Sumirah." Lelaki tua di pojok jalan menyela."Iya. Berhentilah." "Sia-sia saja. Berhentilah.""Berhentilah. Lebih baik duduk-duduk di sini. Buat apa capek-capek. Ah, genit amat.""Duduklah. Mari, beri aku api kan kuberi cinta yang kau cari.""Ha. Ha. Ha.""Hus."Sumirah tersenyum."Permisi. Selamat malam."
Sarpan Sang Pemikat Sumirah tak kuasa menahan genderang cinta gemuruh di dadanya."Ibu, izinkan aku mengembara.""Mengembara? Itu cuma milik para pendekar. Kau bukan pendekar, anakku. Kau gadis cantik, punya bulu mata lentik.""Tapi ibu, Sarpan Sang Pemikat itu sudah meniupkan mantra penarik sukma. Aku harus mencari dia.""Sarpan?" Perempuan tua terpana. Oh, para dewa, ampuni hamba. "Lupakan saja, anakku." "Bagaimana aku harus melupakan dia. Setiap malam dia melagu rindu di dadaku.""Sarpan itu milik semua orang. Carilah selain dia.""Tidak Ibu, justru milik semua orang itu yang aku suka.""Hanya karena itu kau suka?""Ya.""Terkutuklah aku."Perempuan tua terbaring ke utara.Sumirah mengembara.
Dukun Peramu CintaSeorang lelaki telah mengutuknya. Kini, dia menjalani hidupnya sebagai peramu cinta."Siapa namamu?""Sumirah.""Sebut lelaki macam apa yang kau inginkan.""Sarpan.""Adakah permintaan lain?""Kenapa, Mbah. Apakah mantranya susah.""Bukan. Sekarang pun aku bisa mendatangkan dia ke hadapanmu, Nduk. "Datangkanlah kalau begitu. Aku teramat rindu.""Tapi dia milik semua orang.""Jadi, Mbah dukun tidak sanggup?""Sanggup. Tapi aku takut kau makin terluka.""Kenapa?""Aku pernah memiliki dia."
Cinta Seribu TigaDengan langkah gontai Sumirah pulang ke desa."Sumirah datang. Aku melihatnya di ujung desa."Gamelan dibunyikan. Orang-orang Sakagiri berhamburan."Apa kubilang, tak ada cinta sejati di bumi ini, Sumirah.""Keras kepala, sih."Sumirah menebar senyum."Gila, makin cantik saja Sumirah.""Malam nanti tidurlah di rumahku.""Di rumahku saja. Nanti kusembelihkan ayam tiga."Sumirah tersenyum. Kini, ia punya cinta seribu tiga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
Posting Populer
-
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karuniaNya, Penulis masih diberi kesempatan untu...
-
PROPOSAL KEGIATAN PAGELARAN SENI TARI SMAN 11 KAB. TANGERANG I. Latar Belakang Seni merupakan suatu yang tidak da...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya, saya dapat menyelesaikan karya ilm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar