Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Mei 2012

Legenda Burung Merak Yang Sombong

Ada seekor burung merak buruk rupa. Ekornya rusak, bulunya kutuan, kulitnya budukan. Badannya menebarkan aroma bau yang tidak sedap. Semua unggas menjauhinya. Orang-orang kampung selalu mengusir dan melemparinya dengan batu, takut tertular penyakitnya. Anak-anak sangat memusuhinya sampai menceburkan dia ke kali. Untung merak itu dapat diselamatkan oleh Parmo dan Parmi. Meskipun buruk dan bau, Parmo dan Parmi merawatnya dengan baik, dibuatkan tempat khusus di halaman rumahnya. Parmo dan Parmi selalu mengajaknya bermain, sehingga Parmo dan Parmi akhirnya dijauhi teman-temannya.

Selasa, 17 Mei 2011

Memancing dan Nasib Buruk

Pada suatu hari, tepatnya hari minggu, aku pergi ke laut untuk pergi memancing. Setelah kemarin-kemarin aku terlalu disibukkan dengan tugas disekolahku. Ya, sekedar mengendurkan otot dan urat sarafku yang kaku.


Setelah sholat zukur kami bergegas pergi ke laut, di sepanjang kami bersiul sambil menyanyi, tak beberapa kemudian kami sampai ditujuan. Tanpa pikir panjang kami langsung turun ke laut untuk memancing. Sejam dua jam kami lewati, tak terasa hari mulai sore, matahari sudah mulai terbenam. Kami pun segera membereskan alat-alat pancing dan bergegas naik ke kendaraan untuk pulang. Tapi tiba-tiba motorku mati. Padahal hari mulai malam, tanpa pikir panjang aku menelepon kerumah untuk menjemput guna mengkerek motorku. Tak berapa lama kemudian jemputanpun datang dan akhirnya motorku sampai di rumah ku bersyukur mengucap “alhamdulillah” sampai juga aku dirumah.

Contoh Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Tiada sepatah kata pun yang patut kita ucapkan pada kesempatan ini kecuali ucapan tahmid dan tasyakur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat serta hidayat-Nya kita semua masih ditakdirkan oleh Allah berjumpa dengan bulan Rabiul awal ini, dimana di dalam bulan Rabiul awal itu lahir lah Nabi besar Muhammad saw, yang mana pada saat ini kita semua orang Islam tengah memperingati hari lahirnya atau yang lazim biasa disebut dengan maulid Nabi (muludan).

Selanjutnya semoga kesejahteraan dan keselamatan tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, karena dari ahlak beliau kita semua dapat menjadi orang muslim yang sejati, karena ahlak yang di pancarkan dari beliau adalah merupakan kandungan atau cerminan dari Al-Qur’anul Karim. Begitu juga kesejahteraan dan keselamatan dilimpahkan kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan semua orang yang mengikuti petunjuknya.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Kita semua sekarang berada di bulan Rabiul awal. Dengan memasuki bulan Rabiul awal ini kita semua umat Islam diingatkan oleh suatu peristiwa yang besar nilainya, yakni lahirnya Nabi kita Muhammad saw di muka bumi ini dengan membawa seperangkat ajaran-ajaran Islam, sehingga yang asalnya kita hidup di alam kegelapan atau kekufuran menuju hidup yang terang benderang yakni agama Islam.
Sebelum Nabi Muhammad lahir di muka bumi, tatanan kehidupan masyarakat Arab semerawut, banyak yang menyembah berhala patung, kaum wanita telah di perbudak oleh laki-laki, yang lemah ditindas oleh yang kuat, dan begitulah seterusnya.
Akan tetapi, setelah Islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, maka berubahlah sedikit demi sedikit tatanan adat kehidupan jahiliyah, dari tindas menindas menjadi saling asuh mengasuh, dan saling bantu-membantu, dan juga kaum wanitanya dipersamakan kedudukannya kaum laki-laki, tidak ada antara satu sama lain, semuanya sama, baik yang kaya, miskin.
Akan tetapi yang menjadi tolak ukur atau standar kebaikan seseorang di hadapan Tuhannya adalah kadar taqwanya kepada Allah SWT.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Di dalam kita memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad saw atau Maulid Nabi yang terpenting ialah kita harus memetik hikmah dari peristiwa-peristiwa yang pernah dialami oleh Nabi, termasuk di dalamnya mencontoh atau meneladani akhlak-akhlak beliau yang suci atau akhlakul karimah. Janganlah kita di dalam memperingati Maulid Nabi kita berfoya-foya, berpesta pora tapi kita melupakan tujuan utama peringatan itu sendiri.

Allah SWT telah menyatakan bahwa pada diri Rasulullah saw terdapat akhlak yang mulia, sekaligus menjadi panutan bagi orang-orang yang menginginkan bertemu Allah.

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21)
Hadirin sekalian yang berbahagia.

Sebenarnya akhlak-akhlak Rasulullah saw yang menjadi sumber panutan dalam meniti hidup di dunia ini untuk menuju hidup di akhirat banyak sekali. Maka dari contohlah pada diri Rasulullah agar kita menjadi

Demikian pidato/ceramah, apabila ada kurang lebihnya mohon maaf yang sebenarnya. Akhirul kalam, wassalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Wawancara Seputar Dunia Kesehatan


Pembicara        :  Selamat Siang, Bu !!!

Narasumber     :  Selamat Siang …

Pembicara        :  Ma’af saya telah mengganggu, bolehkah kami meminta waktu Ibu sebentar saja !!!!

Narasumber     :  Ya, tidak kenapa. Apa yang bisa saya bantu ???

Pembicara        :  Saya mau bertanya kepada Ibu tentang sekitar persalinan.

Sudah berapa lama Ibu membuka klinik bersalin ini ??

Narasumber     :  Saya membuka klinik ini kurang lebih sudah 7 tahun.

Pembicara        :  Selain melayani Ibu hamil baik dari permulaan hingga melahirkan/persalinan dan pemasangan KB, apalagi yang Ibu layani disini

Narasumber     :  ya, selain melayani Ibu hamil baik dari permulaan hingga melahirkan/persalinan dan pemasangan KB, saya juga melayani pengobatan umum. Contohnya penyakit ringan seperti flu, batuk, panas, saya menyediakan obat untuk penyakit tersebut. Tetapi untuk penyakit berat saya tidak melayani karena sudah ada dokter yang menangani penyakit tersebut.

Pembicara        : Sudah berapa pasienkah yang ibu tangani untuk persalinan di Klinik ini ?

Narasumber     : Sudah banyak ya, kurang lebih ada sekitar 200 pasien.

Pembicara        : Bagaimana bila ada seorang pasien yang ingin bersalin di klinik ini tetapi dia belum mempunyai biaya, apakah ibu akan membantu dia untuk bersalin disini ?

Narasumber     : ya, saya akan membantunya. Karena yang terpenting bagi saya adalah keselamatan si ibu dan si bayi. Dan untuk masalah administrasi itu bisa kita musyawarahkan.

Pembicara        : Sungguh mulia sekali hati Ibu. Jiwa sosial ibu sangat tinggi

Narasumber     : Terima kasih

Pembicara        : Ibu, terima kasih atas waktu yang ibu luangkan kepada kami. Kami mendo’akan semoga klinik Ibu terus maju dan lancar.

Narasumber     : Amin ya robbal ‘alamin …

Selasa, 08 Maret 2011

Sang Pemimpi

1. Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : PT Bentang Pustaka

Halaman : x + 292 Halaman Cetakan : ke-14, januari 2008

ISBN : 979-3062-92-4

2.  Sinopsis

Novel Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli ngambat untuk tetap hidup sambil belajar.

Sabtu, 05 Maret 2011

Dari Masa ke Masa

Waktu saya muda dulu, sekitar usia dua puluh tahun, saya sering dongkol pada orang tua-tua. Bayangkanlah, setiap apa pun yang akan kami lakukan selalu kena tuntut agar minta nasihat dulu, minta restu dulu ada orang tua-tua. Memang tidak ada paksaan. Tapi selalu saja ada pesan-pesan agar sebelum kami mulai melaksanakan kegiatan kami, sebaiknya kami berbicara dengan Bapak Anu, Bapak Polan, Bapak Tahu, atau pada bapak sekalian bapak.
Saya memang selalu tukang dongkol, karena kepada kami-kami saja pesan itu disampaikan. Tapi tidak pernah disampaikan pada teman-teman kami yang memanggul senjata, yang mau ke front pertempuran. Padahal pekerjaan itulah yang paling berat risikonya.
"Siapa tahu kalau yang kalian kerjakan keliru," kata yang selalu suka memberi saran.
"Itu risiko kami," kata saya menimpali.
"Saya tahu. Tapi kan lebih baik kalau risikonya tidak ada," katanya pula.
"Tapi kenapa teman-temannya yang mau pergi perang itu tidak disuruh minta nasihat dulu?" tanya saya karena masih dongkol. 

Dinding

Dinding-dinding itu terasa hampa. Makin hari warnanya semakin kelabu, seperti jiwanya ketika itu. Dinding-dinding itu tetap membisu padanya, seakan mati. Ya, seakan mati. Padahal minggu lalu mereka masih berbicang. Pagi, siang, dan sore mereka terus berdiskusi tentang politik. Tentang budaya. Tentang seni. Tentang filsafat. Kemunafikan, kebencian, dan kesesatan, mereka jadikan lelucon-lelucon segar. Tak penting, sekedar untuk tertawa. Tetapi, malam hari mereka tak pernah sempat berbincang.
"Banyak yang harus dikerjakan", katanya pada dinding."Aku harus menyelesaikan komposisiku. Konser diadakan empat bulan lagi. Tentunya aku harus memberi waktu pada para pemain untuk latihan. Kamu mau mengerti kan?"
Tiap hari berlalu seperti itu. Tidak pernah tidak. Tapi seminggu belakangan ini lain, sama sekali lain. Perbincangan yang menyenangkan itu hilang, dinding membisu, dan semangatnya menjadi tipis. Dinding-dinding itu tak pernah menyapanya lagi, tak pernah memanggilnya lagi. Lalu entah kenapa, inspirasinya tak lagi bisa mengalir. Rasa lapar, haus, dan kantuk juga tak lagi bisa dirasakannya. Yang diinginkannya hanya pembicaraan dengan dinding-dinding! Teman-temannya tak berhasil membujuknya, karena ia terus termenung. Apa boleh buat, akhirnya tak seorangpun mendekatinya. Dan ia terus sendiri. Sendiri bersama dinding-dinding yang membisu. Hidupnya seakan hilang, pikirannya mengambang. Dunia luar dinding sudah jelas tertutup baginya.

Copet

"Kamu lagi di mana Jo?" Terdengar pertanyaan dari seberang.
"Di Mal Segi tiga." Aku menjawabnya sedikit berteriak. Di sekelilingku ramai sekali. Aku hampir tak bisa mendengar suara Anna di telepon ini.
"Halo…halo…Anna, halo!" Aku berteriak makin keras. Orang-orang di sekeliling memperhatikanku.
Tuuut. Sambungan telepon putus. "Telepon payah!" Kugebrak telepon itu. Kuambil HP di saku celanaku. Kucari nomor telepon Anna. Aku tak hafal betul nomor telepon rumahnya. Sekali lagi kumasukkan koin ke telepon umum itu. Kali ini tak kudengar suara apa pun dari telepon itu. Uangkupun tak dapat keluar. "Sialan!" Brak!
Kutinggalkan telepon sialan itu. Aku berjalan menyusuri lorong-lorong plasa. Para pengemis duduk berbaris di sepanjang lorong. Mereka bersandar di tembok sebuah restoran.

Entri yang Diunggulkan

Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia

Posting Populer