Selasa, 17 Mei 2011

Memancing dan Nasib Buruk

Pada suatu hari, tepatnya hari minggu, aku pergi ke laut untuk pergi memancing. Setelah kemarin-kemarin aku terlalu disibukkan dengan tugas disekolahku. Ya, sekedar mengendurkan otot dan urat sarafku yang kaku.


Setelah sholat zukur kami bergegas pergi ke laut, di sepanjang kami bersiul sambil menyanyi, tak beberapa kemudian kami sampai ditujuan. Tanpa pikir panjang kami langsung turun ke laut untuk memancing. Sejam dua jam kami lewati, tak terasa hari mulai sore, matahari sudah mulai terbenam. Kami pun segera membereskan alat-alat pancing dan bergegas naik ke kendaraan untuk pulang. Tapi tiba-tiba motorku mati. Padahal hari mulai malam, tanpa pikir panjang aku menelepon kerumah untuk menjemput guna mengkerek motorku. Tak berapa lama kemudian jemputanpun datang dan akhirnya motorku sampai di rumah ku bersyukur mengucap “alhamdulillah” sampai juga aku dirumah.

Contoh Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Tiada sepatah kata pun yang patut kita ucapkan pada kesempatan ini kecuali ucapan tahmid dan tasyakur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat serta hidayat-Nya kita semua masih ditakdirkan oleh Allah berjumpa dengan bulan Rabiul awal ini, dimana di dalam bulan Rabiul awal itu lahir lah Nabi besar Muhammad saw, yang mana pada saat ini kita semua orang Islam tengah memperingati hari lahirnya atau yang lazim biasa disebut dengan maulid Nabi (muludan).

Selanjutnya semoga kesejahteraan dan keselamatan tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, karena dari ahlak beliau kita semua dapat menjadi orang muslim yang sejati, karena ahlak yang di pancarkan dari beliau adalah merupakan kandungan atau cerminan dari Al-Qur’anul Karim. Begitu juga kesejahteraan dan keselamatan dilimpahkan kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan semua orang yang mengikuti petunjuknya.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Kita semua sekarang berada di bulan Rabiul awal. Dengan memasuki bulan Rabiul awal ini kita semua umat Islam diingatkan oleh suatu peristiwa yang besar nilainya, yakni lahirnya Nabi kita Muhammad saw di muka bumi ini dengan membawa seperangkat ajaran-ajaran Islam, sehingga yang asalnya kita hidup di alam kegelapan atau kekufuran menuju hidup yang terang benderang yakni agama Islam.
Sebelum Nabi Muhammad lahir di muka bumi, tatanan kehidupan masyarakat Arab semerawut, banyak yang menyembah berhala patung, kaum wanita telah di perbudak oleh laki-laki, yang lemah ditindas oleh yang kuat, dan begitulah seterusnya.
Akan tetapi, setelah Islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, maka berubahlah sedikit demi sedikit tatanan adat kehidupan jahiliyah, dari tindas menindas menjadi saling asuh mengasuh, dan saling bantu-membantu, dan juga kaum wanitanya dipersamakan kedudukannya kaum laki-laki, tidak ada antara satu sama lain, semuanya sama, baik yang kaya, miskin.
Akan tetapi yang menjadi tolak ukur atau standar kebaikan seseorang di hadapan Tuhannya adalah kadar taqwanya kepada Allah SWT.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Di dalam kita memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad saw atau Maulid Nabi yang terpenting ialah kita harus memetik hikmah dari peristiwa-peristiwa yang pernah dialami oleh Nabi, termasuk di dalamnya mencontoh atau meneladani akhlak-akhlak beliau yang suci atau akhlakul karimah. Janganlah kita di dalam memperingati Maulid Nabi kita berfoya-foya, berpesta pora tapi kita melupakan tujuan utama peringatan itu sendiri.

Allah SWT telah menyatakan bahwa pada diri Rasulullah saw terdapat akhlak yang mulia, sekaligus menjadi panutan bagi orang-orang yang menginginkan bertemu Allah.

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21)
Hadirin sekalian yang berbahagia.

Sebenarnya akhlak-akhlak Rasulullah saw yang menjadi sumber panutan dalam meniti hidup di dunia ini untuk menuju hidup di akhirat banyak sekali. Maka dari contohlah pada diri Rasulullah agar kita menjadi

Demikian pidato/ceramah, apabila ada kurang lebihnya mohon maaf yang sebenarnya. Akhirul kalam, wassalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Wawancara Seputar Dunia Kesehatan


Pembicara        :  Selamat Siang, Bu !!!

Narasumber     :  Selamat Siang …

Pembicara        :  Ma’af saya telah mengganggu, bolehkah kami meminta waktu Ibu sebentar saja !!!!

Narasumber     :  Ya, tidak kenapa. Apa yang bisa saya bantu ???

Pembicara        :  Saya mau bertanya kepada Ibu tentang sekitar persalinan.

Sudah berapa lama Ibu membuka klinik bersalin ini ??

Narasumber     :  Saya membuka klinik ini kurang lebih sudah 7 tahun.

Pembicara        :  Selain melayani Ibu hamil baik dari permulaan hingga melahirkan/persalinan dan pemasangan KB, apalagi yang Ibu layani disini

Narasumber     :  ya, selain melayani Ibu hamil baik dari permulaan hingga melahirkan/persalinan dan pemasangan KB, saya juga melayani pengobatan umum. Contohnya penyakit ringan seperti flu, batuk, panas, saya menyediakan obat untuk penyakit tersebut. Tetapi untuk penyakit berat saya tidak melayani karena sudah ada dokter yang menangani penyakit tersebut.

Pembicara        : Sudah berapa pasienkah yang ibu tangani untuk persalinan di Klinik ini ?

Narasumber     : Sudah banyak ya, kurang lebih ada sekitar 200 pasien.

Pembicara        : Bagaimana bila ada seorang pasien yang ingin bersalin di klinik ini tetapi dia belum mempunyai biaya, apakah ibu akan membantu dia untuk bersalin disini ?

Narasumber     : ya, saya akan membantunya. Karena yang terpenting bagi saya adalah keselamatan si ibu dan si bayi. Dan untuk masalah administrasi itu bisa kita musyawarahkan.

Pembicara        : Sungguh mulia sekali hati Ibu. Jiwa sosial ibu sangat tinggi

Narasumber     : Terima kasih

Pembicara        : Ibu, terima kasih atas waktu yang ibu luangkan kepada kami. Kami mendo’akan semoga klinik Ibu terus maju dan lancar.

Narasumber     : Amin ya robbal ‘alamin …

Sabtu, 30 April 2011

Bisa Menjadi Pengusaha Sukses Sebelum Tamat Kuliah

Bisa Menjadi Pengusaha Sukses Sebelum Tamat Kuliah

Menjadi pengusaha siapa yang tak ingin? Apalagi jika kita bisa menjadi pengusaha sukses, senang rasanya. Kapan bisa jadi pengusaha? Apa harus selesai kuliah, dapat kerja bagus, punya relasi banyak dan dikasih modal uang cukup besar? Teorinya sih begitu!

Kalau begitu, tak punya pengalaman kerja, tak punya relasi dan tak punyak banyak uang, tak bisa jadi pengusaha? Jika belum selesai kuliah, berarti kita belum bisa jadi pengusaha?

Sebuah teori yang berat, sulit dan susah, jika begitu.Kesimpulannya, mahasiswa tak bisa jadi pengusaha sebelum tamat kuliah.

WWW DOT (Our selves ) DOT COM = The Gold Solution To Get What We Want to

Sebelum Terlambat, Jalankan Wirausaha Walaupun Anda Seorang Karyawan

Anggapan beberapa orang bahwa lebih nyaman bekerja sebagai karyawan. Tidak pusing menawarkan barang (promo), tidak khawatir uang tidak ada, jaminan makan siang, uang ini uang itu terkadang ada.

Tetapi tidakkah terpikir oleh anda bahwa suatu saat anda pasti mengalami dua kemungkinan :

  1. Pensiun. Kalau sudah pensiun masih mengandalkan uang jaminan hari tua (JHT) ? Ini tidak menjamin, nilai nominal uang JHT anda tergerus inflasi yang rata-rata 9 % per tahun. Berarti anda memasuki masa sulit setelah masa nyaman anda.

  2. PHK. Ini lebih parah, walaupun anda mendapat uang pesangon ratusan juta sekalipun uang pesangon anda terus tergerus habis karena konsumsi dan inflasi. Biasanya anda idak akan siap menghadapi situasi ini. Kalau PHK anda mengundang polemik pasti yang terpikir adalah demo karyawan dan konsumsi kebutuhan sehari-hari. Begitupun jika PHK tidak ada polemik maka yang terpikirkan adalah mencari lowongan kerja dan konsumsi kebutuhan sehari-hari.

Dinner Pertama

Dinner Pertama - Agustinus Wahyono

Dikemas 12/04/2003 oleh Editor

Semangkuk bulan tergeletak di jendela apartemenmu. Pecahan-pecahan pelangi elektrik menggerayangi dinding-dinding gedung jangkung yang bertaburan di kotamu. Semenjak aku memasuki ruang apartemenmu, kamu telah membuat aku terpesona. Tata interior apartemenmu yang artistik, serba biru keunguan. Lampu tempel yang redup. Dadaku ikut berdegup. Hiasan dinding karyamu sendiri. Lukisan-lukisan dan foto-foto hasil jepretanmu. Atmosfir ruangan yang sejuk dan wangi. Mungkin memang telah kamu persiapkan sebelum kedatanganku tadi.

“Inilah tempat merenungku yang pernah aku ceritakan dulu pada Abang. Silakan Abang duduk. Abang mau minum apa?”

“Seperti dalam perbincangan kita, Say… aku minta juice jambu monyet saja.”

Kamu tersenyum. Senyummu begitu membuatku tersenyum. Alangkah anggunnya kamu, Say. Baru kali ini aku melihat keanggunanmu yang nyata. Sehari-hari biasanya kamu hanya berjins dekil, kaos oblong dan hem berukuran luas. Dandanan khas seniwati. Tidak neko-neko seperti peragawati atau yang merasa diri peragawati. Ya, malam ini penampilanmu pun anggun. Baju panjang biru laut berbahan lembut dengan dua tali di pundak kanan kiri. Rambut panjangmu lepas, lentur alami.

Datangnya Dan Perginya

Datangnya Dan Perginya

Ketika surat pertama Masri datang, melonjaklah keinginan hendak menemuinya di tahun yang lalu. Surat itu diciumnya berulang-ulang dan disimpannya di antara lembaran Quran. Setiap hari ia membaca Quran itu, setiap itu pula ia menciumnya. Dan sebuah kalimat yang disenanginya selalu saja mengikat matanya. Meski kalimat itu sudah lengket dalam ingatan masih juga dibacanya lagi.

"Datanglah, Ayah. Hati kami rasa terbakar karena rindu. Tidakkah Ayah ingin berjumpa dengan Arni, menantu Ayah? Dan dengan kedua cucu Ayah, Masra dan Irma?"

"Ya, tentu, Anakku. Tentu. Kenapa tidak. Aku sudah tua. Sebelum aku mati, aku mesti bertemu dengan kau semua," kata orang tua itu dalam hati. Lalu diraba-raba dadanya sebelah kanan. Mencari-cari sesuatu di dalam saku-dalam pada jasnya. Dan kemudian tangannya itu hilang di balik lipatan jas. Sebentar saja. Keluar lagi bersama selembar amplop yang tepinya telah lusuh. Dibukanya tutup amplop itu dan dari dalam dikeluarkannya sebuah foto sebesar poskar. Dan matanya menatap bulat. Serta di bibirnya yang mencekung ke dalam tergores senyum kepuasan.

"Pakai kumis kau sekarang, Masri. Sudah berubah benar. Berbahagia kau dengan Arni, ya? Sudah dua anakmu sekarang Ayah juga turut berbahagia bersamamu, Nak. Selamanya ayahmu merasa bahagia melihat rumah tangga yang berbahagia. Apalagi engkau, Anakku." Lalu poskar itu dimasukkannya kembali ke dalam amplopnya. Baru setengah, ia keluarkan lagi. Dibawanya ke bibirnya. Tak sampai. Ia ingat ada orang-orang di sekelilingnya. Dan poskar itu dimasukkannya lagi ke dalam amplop. Disimpannya kembali ke dalam saku jasnya. Ia bersandar selelanya. Dan kenangannya melayang ke masa yang lalu.

Entri yang Diunggulkan

Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia

Posting Populer