Aku memang dari dulu hobi difoto, apalagi setelah aku punya sahabat yang sehobi, Erin."Sebelah sana yuk Rin!" Kami berpindah tempat di sebuah pohon besar yang ada di taman. Tempat favorit kamu memang di bawah pohon besar. Setiap ada pohon besar yang menarik, kami selalu menyempatkan diri untuk berfoto. "Capek nih. Memangnya sisa berapa?" kataku."Dikit lagi kok. Abisin aja sekalian," sahut Erin.Setelah kami berfoto, seperti biasa, bagian cetak foto pasti giliranku.***"Aneh," kata Erin. "Kenapa?""Kok yang ini beda? Kayak ada bayangan hitamnya?" katanya."Masa sih?" Aku balik bertanya. Foto di bawah pohon besar itu terdapat bayangan aneh, seperti orang duduk di bawah kami berdiri. Erin semakin heran melihat hasil cetak foto itu. Dia membalik-balik fotonya seolah-olah bayangan itu bisa hilang."Alya, ayo kita foto lagi. Siapa tahu nanti hasilnya beda!""Boleh."Entah sudah berapa tumpuk album foto yang tersimpan di rumah. Tapi sebagian besar banyak yang diambil saudara dan teman-temanku. Selebihnya kusimpan di lemari. Herannya, aku tak pernah bosan difoto sejak aku berusia 5 tahun."Alya, kok ada lagi sih?" Wajah Erin semakin ketakutan melihat foto yang kuberikan padanya. Dia tampak ingin menangis. Aku hanya bisa tertawa dalam hati. Selama ini dia tak pernah tahu kalau akhir-akhir ini aku selalu membuat foto itu lebih menarik. Kutambahkan bayangan itu. Hasil dari komputer kesayanganku dan scanner supercanggih yang baru papa beli dari Singapura. Bayangan itu sekarang berubah menjadi seperti orang berdiri."Alya, mimpi apa aku tadi malam. Ternyata foto itu nggak ada bedanya. Tapi kamu kok santai aja sih? Nggak ada reaksi apa pun setelah melihat foto itu.""Eh, nggak. Ngapain dipikirin sih, mungkin itu bayangan orang lain."***Satu minggu sudah terlewati. Hari-hariku bersama Erin semakin jauh. Erin masih terbayang-bayang foto itu. Lama-lama aku kasihan melihat Erin. Mungkin leluconku ini berlebihan. Aku dengar dia sampai nggak bisa tidur memikirkannya. Akhirnya kuputuskan untuk mengakui semua perbuatan yang kulakukan pada Erin."Rin, maafkan aku ya.""Lho, kenapa?""Selama ini kamu nggak pernah tahu kalau akulah penyebabnya.""Maksudmu apa?""Foto itu. Maafkan aku Rin. Aku yang merekayasa foto itu." Kukira masalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Ternyata…"Apa? Ternyata kamu yang membuat foto itu. Perbuatanmu sangat tak lucu. Asal kamu tahu, aku stres berat setiap malam setelah mengingat foto sialan itu. Aku nggak bisa memaafkanmu. Mulai hari ini kamu bukan lagi sahabatku!"Aku pulang dengan perasaan menyesal. Aku menitikkan air mata. Maafkan aku Erin…***Dua bulan kemudian aku mendapat kabar buruk dari mama Erin. Sejak kami berpisah, Erin sering terlihat murung. Sampai akhirnya teman kuliah Erin melihat Erin menatap kosong ke depan saat hendak menyeberang ke kampusnya. Sebuah mobil yang melaju kencang menabrak tubuh mungil Erin sehingga kepalanya membentur aspal.
Erin mengalami gegar otak dan jiwanya tak tertolong lagi. Aku merasa sangat sedih dan menyesal karena ditinggal pergi sahabatku.Hari demi hari berlalu. Aku menghibur diri dengan melanjutkan hobiku. Aku jadi teringat, ketika aku berfoto dengan Erin. Aku meminta seseorang untuk memotretku.
Setelah kucetak hasil foto itu. Astaga, di fotoku dengan pohon itu, terlihat sosok Erin dengan jelas. Dia sedang duduk manis di sebelahku. Wajahnya terlihat pucat dan matanya menyorot tajam dengan senyum sinisnya. Aku hampir tak bisa memejamkan mata. "Tidak, tidak mungkin!" Aku seakan tak percaya dengan apa yang terjadi. Sejak saat itu, aku meinggalkan hobiku. Kubuang semua foto yang selama ini kusimpan di lemariku. Oh, foto itu…
Oleh: Rudy WibowoPenulis adalah mahasiswa ITATS
Kamis, 24 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
Posting Populer
-
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karuniaNya, Penulis masih diberi kesempatan untu...
-
PROPOSAL KEGIATAN PAGELARAN SENI TARI SMAN 11 KAB. TANGERANG I. Latar Belakang Seni merupakan suatu yang tidak da...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya, saya dapat menyelesaikan karya ilm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar