Jangan Pernah Bilang Sibuk
Oleh Rr Yusnita Ratih J.
Penulis adalah mahasiswa ITS
Akhir-akhir ini musim virus merah jambu. Kemarin Meta ngerayain empat tahun jadian. Mereka seneng banget karena sudah berhasil melewati tahun keempat yang katanya rawan cekcok.
Kalau Dika, dia jadian sama Meira yang jadi idolanya sejak dia masuk sekolah ini. Beda lagi dengan Yusi. Dia tidak henti-hentinya cerita betapa bangganya dia dikejar-kejar mas Yudha, seniorku yang sekarang sudah kuliah. Kalau aku, biasa-biasa saja. Masih jomblo sejak dua bulan yang lalu dan tidak ada yang perlu diceritakan.
Di antara cerita cinta yang bertaburan di mana-mana, ternyata hanya cerita Yusi yang melibatkan tenaga dan pikiranku. Tiga minggu setelah ams Yudha PDKT, akhirnya terjalin komitmen agak konyol antara siswi SMU kelas tiga dengan mahasiswa semester lima itu.
Aku dan Meta sebagai pengamat saja. Bagaimana tidak, hampir tidak ada rahasia di antara kami bertiga. Maklum, memang satu komplotan. Tapi Dika agak dianaktirikan karena beda gender.
Semua yang mas Yudha omongin di telepon selalu ditransfer ke kupingku dan Meta. Sementara ini, cuma lewat omongannya mas Yudha via telepon itu kamu mencoba menilai seberapa serius dia sama Yusi.
Agak susah sih. Soalnya, omongannya itu pasti yang indah-indah. Tapi selama kenal dan PDKT, sampai akhirnya jadian yang terhitung hampir satu bulan ini, baru dua kali mereka ketemuan. Yusi yang makin hari makin takluk dan mas Yudha yang makin ngeyel bahwa kayaknya tidak ada wanita di dunia ini selain Yusi.
Dan, semua berjalan baik-baik saja hingga hampir dua bulan, tepatnya satu bulan dua belas hari. Mulai hari ketigabelas semua berubah. Tidak ada lagi SMS indah dan telepon cantik dari mas Yudha. Yusi mulai kebat-kebit.
Hari-hari yang dulu selalu diwarnai keceriaan sekarang berganti dengan keluhan. Yang kangen lah, BT (Butuh Tatih tayang) lah, hingga kekuatiran jangan-jangan mas Yudha punya cewek lain.
Alasan yang dilontarkan mas Yudha seputar kuliahnya yang tadinya asing bagi kami. Mulai dari ngerjain tugas besar yang jumlahnya ada tiga biji, ngalkir gambar, dan seabrek kegiatan aneh yang selalu menyita waktu dan pikirannya hingga untuk missed call saja tidak sempat.
Sore ini Yusi sama Meta ke rumahku. Dan lagi-lagi Yusi menebarkan kesedihannya. Kali ini lebih parah dari biasanya.
"Gimana nggak sedih, udah empat hari ini dia diemin aku. Tadinya aku sengaja nggak call dia. Aku pengin tahu gimana reaksinya. Ee, ternyata sampai sekarang dia tetep diam. Terakhir aku telepon dia alasannya masih sama, sibuk. Dia sekarang lagi ngapain ya? Coba kalau dia nggak jauh, pasti aku bisa tahu apa dia bener-bener sibuk. Aku takut kehilangan dia. Kan kita udah berjodoh banget. Namanya aja cuma beda Si sama Dha. Zodiakku Pisces dan dia Virgo. Cocok tuh. Tapi kok bisa kayak gini ya?" gerutunya.
Aku mengambil handphone Yusi dan menghubungi mas Yudha. Ternyata benar, belum sampai aku bilang apa-apa, dia sudah ngomong duluan, "Aduh, sori ya, lagi sibuk nih. Besok aja ya aku telepon. Daa, sayang." Klik. Tuut..tutt…
Bukan hanya aku. Meta dan Yusi pun merasa ada sesuatu yang salah. Dan ternyata benar, dia hari kemudian mereka putus. Mungkin Yusi dianggapnya seonggok liliput dalam telepon yang cuma di-SMS, ditembak, dan diputusin lewat telepon.
Alasan mas Yudha adalah dia merasa nggak mantep nerusin hubungan dengan Yusi. Dia takut Yusi kecewa mencintai dia. Wah, kayak lagunya Dygta. Tapi alasan itu terlalu klasik dan tidak logis.
Hari berikutnya menuntut kami untuk bisa memperlakukan Yusi lebih hati-hati. Gara-gara cintanya yang kandas dia menjadi kacau. Password yang nggak boleh didengar Yusi adalah kata "sibuk".
Kalau ada Yusi, kata itu harus diganti dengan kata lain. Repot misalnya. Kalau tidak, dia bakalan nangis kenceng sambil teriak-teriak panggilin mas Yudha. Memprihatinkan!
Dua bulan berlalu. Kami sekuat tenaga mengembalikan Yusi menjadi normal. Kali ini ada Andi, anak kelas tiga, yang bantuin. Seminggu yang lalu mereka jadian. Dan semua sudah berubah.
"Yus, mau ke mana? Buru-buru banget?" sapaku.
"Eh, sori, aku lagi sibuk nih. Ngurusin pelepasan kelas tiga. Tolong kamu bilang ke Reza ya, dia lagi sibuk di ruang OSIS. Thanks ya," katanya sambil berhenti sebentar dan kemudian bergegas lagi.
Tit tilut tit. Bunyi handphone Yusi. "Iya, iya, aku lagi sibuk nih. Katanya papa juga sibuk rapat, mama sibuk nyiapin arisan. Bla-bla-bla…"
Aku hanya tersenyum mendengar kata "sibuk" yang dulu sempat menjadi momok sekarang selalu meluncur dari bibir mungilnya. Cinta, kali ini kamu menang, kamu berhasil membuat seseorang berbeda. Dulu, sekarang, dan mungkin beberapa detik kemudian. Harusnya bukan kamu, ya, bukan kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar