Laras di Atas Tumpukan Kertas
Oleh Dwi Agus Styawan
Penulis adalah mahasiswa Univ. Negeri Malang
"Laras, kalau kamu tidak mau menuruti permintaanku, lebih baik hubungan kita tidak usah diteruskan lagi," bentak John pada Laras, pacarnya. Laras terdiam. Ia tidak percaya bahwa orang yang selama ini dicintainya tega berkata seperti itu. Laras mencoba untuk menegaskannya sekali lagi kepada John, tapi semuanya sudah terlambat.
Sejak saat itu Laras berubah. Ia menjadi sangat emosional dan suka menyendiri. Suatu saat ia duduk di taman dekat rumahnya. Kata-kata putus yang keluar dari mulut John masih terngiang dalam benaknya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan tumpukan kertas usang yang sepertinya ikut menemaninya duduk sejak tadi.
Ia menanyakan pada orang-orang di sekitarnya. Tapi, tidak ada yang tahu siapa pemilik tumpukan kertas itu. Laras membawa pulang tumpukan kertas tanpa nama tersebut dan langsung membacanya.
Hai diary, aku baru saja diputusin pacarku hanya karena aku tidak mau menuruti permintaannya. Kamu tahu nggak diary, dia mengajakku menginap di hotel. Hanya berdua di dalam kamar. Tentu saja aku menolaknya. Bagaimana pun, aku ini masih punya moral. Sampai detik ini pun sebenarnya aku masih belum bisa menerima hal ini. Apalagi dengan alasan yang dikatakannya. Sudah dulu ya diary, semoga saja aku bisa segera menemukan jalan keluarnya.
April 2003
"Ternyata tumpukan kertas itu merupakan curahan hati seseorang," gumam Laras. Tapi ada satu hal yang membuatnya heran, yaitu masalah yang dihadapi sang penulis, sama dengan apa yang dialaminya sekarang. Hal ini membuat Laras semakin tertarik dan iapun meneruskan membacanya.
Diary, maaf ya aku baru bisa menemuimu sekarang. Sebenarnya kejadian ini sudah basi. Yaitu sekitar sebulan yang lalu. Saat itu aku diajak papa dan mama untuk ikut pengajian rutin di masjid. Di sana aku mendengarkan ceramah yang kebetulan disampaikan oleh ustadz yang masih muda. Ia akrab dipanggil ustadz Faiz. Satu kata yang aku ingat adalah sholat. Diary, aku sadar bahwa aku terlalu sibuk dengan pacarku sampai aku lupa terhadap kewajibanku sebagai muslimah.
Laras berhenti sejenak. Ia mengambil segelas air di sampingnya sekadar untuk membasahi tenggorokannya. Kemudian ia meneruskan.
Diary, sejak itulah aku mulai rajin sholat lima waktu. Suatu saat aku diajak adikku untuk sholat maghrib berjamaah di masjid. Di sana aku bertemu kembali dengan ustadz Faiz. Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu padanya. Tapi aku masih takut untuk memulainya.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk menyapa. "Assalamualaikum," sapaku. "Waalaikum salam," jawabnya dengan ramah. "Ustadz, saya punya masalah. Apakah ustadz ada waktu untuk membicarakannya?" tanyaku kembali. "Ya, silakan," jawab ustadz Faiz singkat.
Ia langsung menuju ke dalam masjid. Aku mengikutinya dari belakang. Di sana aku menceritakan semua persoalanku dengan pacarku.
Laras terlihat gembira sekali. Karena, entah disadari atau tidak, kertas-kertas itu merupakan petunjuk baginya.
Diary, aku merekam semua jawaban dari ustadz Faiz. Sehingga, aku bisa menceritakannya padamu. Ustadz Faiz berkata bahwa Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan agar manusia bisa berkembang. Dan, naluri seksual itu merupakan fitrah manusia. Sehingga Allah tidak melarangnya, tapi hanya mengaturnya.
Selanjutnya ia memaparkan beberapa dalilnya. Di antaranya surat An-Nur 31, bahwa Islam memerintahkan kepada wanita untuk menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Selain itu juga hadist nabi yang mengatakan bahwa tidak diperbolehkan laki-laki berduaan dengan wanita yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiga adalah setan.
Ustadz Faiz menambahkan, bahwa Allah telah menegaskan dalam surat Al-Hasyr 7 bahwa manusia wajib mengambil apa yang diperintahkan oleh rasul-Nya. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk menunda-nunda.
Diary, aku langsung memotong penjelasannya. Aku bertanya tentang bagaimana hukum pacaran dalam Islam.
Laras kaget dengan pertanyaan itu. Selama ini ia tidak pernah berpikir tentang pacaran dalam Islam. Ia langsung melanjutkan membacanya.
Ustadz Faiz menjawab bahwa kalau pacaran yang dimaksud adalah menjalin hubungan lawan jenis yang diselingi aktivitas seperti berpegangan, berpelukan, berciuman, bahkan sampai berhubungan seksual, maka haram hukumnya. Akan tetapi bila hubungan itu hanya sebatas pertemanan, tanpa diselingi aktivitas tersebut, maka itu diperbolehkan. Seperti ketika sedang sekolah atau dalam jual beli. Diary, mungkin ini adalah tulisan terakhirku. Aku ingin membagi pengalamanku dengan sesama kaumku, tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Juli 2003
"Laras, ada telepon dari John. Kamu mau menerimanya?" tanya mama yang tiba-tiba sudah ada di kamar Laras.
Kebetulan Laras sudah selesai membaca kertas-kertas itu. Ia berjalan menuju meja telepon. Seolah-olah kakinya pun sudah tidak mau menemui John.
"Halo," kata Laras singkat.
"Laras, aku minta maaf. Aku terlalu egois. Aku sadar bahwa aku telah merendahkan harga dirimu sebagai wanita. Dan aku ingin kamu kembali padaku," kata John yang entah ada di mana.
Kata-kata itu terdengar sangat manis di telinga Laras. "Tidak John. Keputusanmu benar. Aku rasa, itulah jalan yang harus kita pilih. Dan sejak awal, hubungan kita sudah salah. Kalau kamu ingin minta maaf, minta maaflah pada Tuhan," jawab Laras yang langsung menutip telepon.
Bersamaan dengan itu, adzan maghrib berkumandang. Laras bergegas mengambil air wudhu. Ia menyempurnakan wudhunya dan mengenakan mukenanya.
Mukena yang tidak pernah ia pakai sebelumnya. Ia berdiri menghadap Tuhannya. Ia bersujud, memohon ampun pada-Nya, sambil berharap inilah jalan yang terbaik untuknya.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny