Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Maret 2011

Sang Pemimpi

1. Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : PT Bentang Pustaka

Halaman : x + 292 Halaman Cetakan : ke-14, januari 2008

ISBN : 979-3062-92-4

2.  Sinopsis

Novel Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli ngambat untuk tetap hidup sambil belajar.

Sabtu, 05 Maret 2011

Dari Masa ke Masa

Waktu saya muda dulu, sekitar usia dua puluh tahun, saya sering dongkol pada orang tua-tua. Bayangkanlah, setiap apa pun yang akan kami lakukan selalu kena tuntut agar minta nasihat dulu, minta restu dulu ada orang tua-tua. Memang tidak ada paksaan. Tapi selalu saja ada pesan-pesan agar sebelum kami mulai melaksanakan kegiatan kami, sebaiknya kami berbicara dengan Bapak Anu, Bapak Polan, Bapak Tahu, atau pada bapak sekalian bapak.
Saya memang selalu tukang dongkol, karena kepada kami-kami saja pesan itu disampaikan. Tapi tidak pernah disampaikan pada teman-teman kami yang memanggul senjata, yang mau ke front pertempuran. Padahal pekerjaan itulah yang paling berat risikonya.
"Siapa tahu kalau yang kalian kerjakan keliru," kata yang selalu suka memberi saran.
"Itu risiko kami," kata saya menimpali.
"Saya tahu. Tapi kan lebih baik kalau risikonya tidak ada," katanya pula.
"Tapi kenapa teman-temannya yang mau pergi perang itu tidak disuruh minta nasihat dulu?" tanya saya karena masih dongkol. 

Dinding

Dinding-dinding itu terasa hampa. Makin hari warnanya semakin kelabu, seperti jiwanya ketika itu. Dinding-dinding itu tetap membisu padanya, seakan mati. Ya, seakan mati. Padahal minggu lalu mereka masih berbicang. Pagi, siang, dan sore mereka terus berdiskusi tentang politik. Tentang budaya. Tentang seni. Tentang filsafat. Kemunafikan, kebencian, dan kesesatan, mereka jadikan lelucon-lelucon segar. Tak penting, sekedar untuk tertawa. Tetapi, malam hari mereka tak pernah sempat berbincang.
"Banyak yang harus dikerjakan", katanya pada dinding."Aku harus menyelesaikan komposisiku. Konser diadakan empat bulan lagi. Tentunya aku harus memberi waktu pada para pemain untuk latihan. Kamu mau mengerti kan?"
Tiap hari berlalu seperti itu. Tidak pernah tidak. Tapi seminggu belakangan ini lain, sama sekali lain. Perbincangan yang menyenangkan itu hilang, dinding membisu, dan semangatnya menjadi tipis. Dinding-dinding itu tak pernah menyapanya lagi, tak pernah memanggilnya lagi. Lalu entah kenapa, inspirasinya tak lagi bisa mengalir. Rasa lapar, haus, dan kantuk juga tak lagi bisa dirasakannya. Yang diinginkannya hanya pembicaraan dengan dinding-dinding! Teman-temannya tak berhasil membujuknya, karena ia terus termenung. Apa boleh buat, akhirnya tak seorangpun mendekatinya. Dan ia terus sendiri. Sendiri bersama dinding-dinding yang membisu. Hidupnya seakan hilang, pikirannya mengambang. Dunia luar dinding sudah jelas tertutup baginya.

Copet

"Kamu lagi di mana Jo?" Terdengar pertanyaan dari seberang.
"Di Mal Segi tiga." Aku menjawabnya sedikit berteriak. Di sekelilingku ramai sekali. Aku hampir tak bisa mendengar suara Anna di telepon ini.
"Halo…halo…Anna, halo!" Aku berteriak makin keras. Orang-orang di sekeliling memperhatikanku.
Tuuut. Sambungan telepon putus. "Telepon payah!" Kugebrak telepon itu. Kuambil HP di saku celanaku. Kucari nomor telepon Anna. Aku tak hafal betul nomor telepon rumahnya. Sekali lagi kumasukkan koin ke telepon umum itu. Kali ini tak kudengar suara apa pun dari telepon itu. Uangkupun tak dapat keluar. "Sialan!" Brak!
Kutinggalkan telepon sialan itu. Aku berjalan menyusuri lorong-lorong plasa. Para pengemis duduk berbaris di sepanjang lorong. Mereka bersandar di tembok sebuah restoran.

Cinta Seribu Tiga

Sumirah Mencari CintaBahkan sampai malam menggantung di pucuk kelam, Sumirah masih berjalan menyusuri desa. Bintang-bintang gemelitik di langit."Mau ke mana malam-malam begini, Sumirah?"Orang-orang Sakagiri yang kerjanya saban hari bergerombol di tepi jalan, memandang Sumirah dengan tatapan mata rembulan. "Mencari cinta.""Ha. Ha. Ha. Tak ada cinta abadi di bumi ini."Sumirah menoleh."Hentikan pencarian itu, Sumirah." Lelaki tua di pojok jalan menyela."Iya. Berhentilah." "Sia-sia saja. Berhentilah.""Berhentilah. Lebih baik duduk-duduk di sini. Buat apa capek-capek. Ah, genit amat.""Duduklah. Mari, beri aku api kan kuberi cinta yang kau cari.""Ha. Ha. Ha.""Hus."Sumirah tersenyum."Permisi. Selamat malam."

Cinta Kering

I.Prelude

Adalah cinta yang membuat jantungku tetap berdegup. Adalah saat mengatakan "aku mencintaimu", aku merasa hidup.

Cinta memberi sepercik cahaya di tengah kekelaman, seperti aliran-aliran air hidup dari mata air yang tak pernah mengering. Memberi keteguhan dan ketenangan bagi jiwa yang gelisah. Memberi arti pada setiap langkah. Memberi keyakinan bahwa kita ada untuk tidak sia-sia.

Saat cinta lepas dari genggaman, apakah yang dapat dipegang? Bila sang cahaya telah pudar, apakah penerang hati? Keyakinan akan mati ranggas seperti daun-daun jati yang luruh, tertiup angin, melayang tak tuju arah, lalu jatuh, tersungkur mencium bumi. Kering, siap mati untuk terinjak, retak.

Detak jantung mulai terdengar sayup. Air hidup jadi air mata, bahkan tidak, sebab air telah mengering. Keringkihan jiwa yang memancar jauh ke tubuh, mengenyahkan harap untuk tetap berjalan, bahkan walau hanya untuk tetap berdiri.

Cinta dan Senja di Pantai

Lidah ombak terus menjilat pasir putih, ketika kita berdua menatap senja yang kian memerah. Matahari tenggelam ke dasar tepat di ujung laut sebelah barat. Lalu kita beranjak, di bawah lambaian nyiur menyusuri pantai sambil menjinjing sandal.Di tepi laut ini kita berjalan mengejar buih putih yang di damparkan ombak di antara pasir putih dan kita samasekali tidak menghiraukan burung camar yang meliuk-liuk diantara mega yang kini bersemburat merah. Sesekali memekikkan telingga dengan suara yang nyaring.“Kamu merasa senang di pantai,” kataku mencoba mencairkan suasana. Suaraku berhasil memecah kesunyiannya atau lebih tepat di katakan dia kaget mendengar suaraku yang serak.“Ya, senang sekali,” jawabmu singkat. Sesingkat cerita ini. Walaupun tidak terdengar seriang nada suaramu yang menandakan kegembiraan. Tapi aku tahu di antara nadda suaramu terdengar sumbang dan aku tahu di antara semuanya itu kamu menyelipkan suatu rahasia di setiap kata yang kamu ucapkan.

Cinta Buta

Hari ini adalah hari ini. Dan hari ini bukanlah hari yang kemarin. Sebab hari yang kemarin bukanlah hari ini. Begitu juga lusa. Setidaknya begitu. Sepertinya memang begitu. Seharusnya mesti begitu. Bisakahku?
Seperti hari yang kemarin aku selalu melihat mereka. Sepasang muda-mudi yang berjalan selalu beriringan. Sepasang muda-mudi yang selalu menyunggingkan senyuman. Sepasang muda-mudi yang selalu menampakkan wajah berseri-seri. Sepasang muda-mudi yang selalu membuatku iri. Oh, adakah mereka mengerti?

Kekuatan Bahasa Pidato Bung Tomo Tempo 'Doeloe'

Selain efek keindahan, bahasa juga dapat memberi pengaruh kekuatan yang luar biasa dalam membangun semangat dan keinginan untuk bergerak

Pada masa revolusi fisik tahun 1945. peranan bahasa memberikan peran yang luar biasa bagi para pejuang nasionalisme. Kemahiran para pemimpin mengungkapkan pikiran secara lisan pada diri para pejuang, menimbulkan dampak yang luar biasa kepada para rakyat, sehingga memungkinkan mereka untuk bersemangat mengikuti ajakan untuk mengangkat senjata dan melawan penjajahan.

Sebuah bahasa yang digunakan dalam pidato dan orasi mampu membakar dada para pemuda untuk tidak takut mati. Kata dan kalimat yang dilontarkan oleh bung Tomo di surabaya tanggal 10 November 1945 memiliki energi yang luar biasa, seseorang yang mendengarnya akan “merinding” kemudian timbul jiwa patriotisme untuk melawan tentara pendudukan Inggris.

Jumat, 04 Maret 2011

Cintaku di Himalaya

Cerpen: Edi Santana

Pagi itu, matahari malu-malu menampakkan wajahnya, namun perjalanan kami dari Kathmandu menuju Nagarkot, sebuah desa 36 km ke arah Kathmandu, berjalan dengan pasti menuju arahnya bersembunyi. Melaju dengan kencang, debu berterbangan semakin menambah sesak pada kenderaan yang kami tumpangi. Bis kecil tanpa pendingin dengan penumpang berkisar 15 orang, yang sarat dengan koper-koper membawa kami melalui jalan-jalan pedesaan. Suara klakson tiada henti mengusir ayam, sapi dan pejalan kaki. Para pengendara sepeda dan rikshaw menutup hidung, pada sisa deru bis yang melaju zig zag. Tapi sepertinya hidungku juga mencium aroma yang lain, aroma khas ampas kehidupan, sisa kelezatan yang hanya singgah di bibir. Angin membawa masuk wangi kotoran sapi, parfum keluguan alam pedesaan. Selepas kota Bhaktapur, bis berjalan mulus mencium aspal yang berpasir, naik turun perbukitan, membuat perutku mual.

Selasa, 01 Maret 2011

Kisah Di Akhir Masa Putih Biru

Ketika terpampang pengumuman bahwa aku lulus ujian Nasional SMP, dan aku melanjutkan ke sekolah yang aku inginkan. Pada pengambilan nilai hasil ujian itu aku sangat khawatir apakah aku mendapatkan nilai yang bagus dan melanjutkan ke sekolah yang aku dan ke dua orang tua aku harapkan. Akhirnya tibalah saat pembagian nilai ujian Nasional itu aku berangkat ke sekolah dengan Bapak aku dan kemudian Bapak aku bertanya : “Hmmm…… gimana kalau nilai Sri tidak sesuai yang diharapkan !”, dengan raut wajah yang menegangkan aku pun menjawab : “yah…kan Sri sudah berusaha mudah-mudahan saja lulus dan mendapatkan nilai bagus, ya……jika memang nilainya tidak memuaskan, yang terpenting Sri sudah berusaha. Walaupun dalam hati ini sangat begitu takut, jika nilai aku rendah. Tiba-tiba pengumuman tentang pembagian nilai hasil ujian pun di beritahukan oleh Wali Kelas aku. Pak Suparmin, beliau pun mulai mengabsen wali murid ataupun orangtua yang akan mengambil hasil ujian tersebut, absensi yang pertama dan orangtuanya pun berkata : “Saya paka orang tua dari ….”, Pak Suparmin pun kemudian memberikan hasil ujian itu, dan berkata : “Selamat yah pak anak bapak lulus ujian dan mendapatkan nilai yang tidak begitu rendah !” orang tua murid itupun senang mendengar berita tersebut. Ketika Lisda keluar dengan kedua orang tuanya akupun menghampirinya dan bertanya “Bagaimana Lisda hasil ujiannya, pasti bagus iya…kan ?” Lisda  pun menjawab Alhamdulillah Sri nilai aku cukup untuk melanjutkan ke SMA.”

Sabtu, 26 Februari 2011

Mak Comblang Terjebak Cinta


RINGKASAN CERITA


Sepasang sahabat bernama Chaca dan Oliv, di sekolah mereka kedatangan seorang siswa cowok yang ganteng, dia bernama Ruben. Mula-mula deket sama Chaca, lalu Oliv juga terpesona dan jatuh cinta sama Ruben. Lalu Oliv minta bantuan sama Chaca untuk comblangin Ruben sama Oliv.


Pada suatu malam, Ruben mengajak Chaca makan malam. Saat itu Chaca kelihatan cantik sekali, akhirnya Ruben mulai suka sama Chaca. Ketika makan malam, Chaca menceritakan tentang Oliv dan berkata bahwa Oliv suka sama Ruben.


Malam itu Oliv ke rumah Chaca dan masuk ke kamar Chaca menemukan buku diary dan membacanya. Oliv langsung marang, di sekolah Chaca dan Oliv sedang bertengkar. Ruben datang dan menarik Chaca dan menyatakan cintanya ke Chaca serta minta maaf sama Oliv. Dia seketika langsung shock dan masuk rumah sakit. Pada akhirnya dokter memberi tahu bahwa Oliv tidak bisa diselamatkan lagi karena penyakit kanker yang diderita Oliv sudah sangat parah. Dan akhirnya Ruben sama Chaca jadian dan Oliv menutup matanya untuk selamanya.


Mengenangmu


RINGKASAN CERITA


Keyla, gadis yang beranjak dewasa itu mulai tertarik sama cowok. Dia mempunyai tiga sahabat yang sangat care sama dia. Lita, ketua genk-nya yang bijaksana, Abel yang lemot alias tulalit tapi asyik, dan Erlitha yang alim dan care sama sahabatnya itu. Mereka sekolah di Tunas Bangsa. Sedangkan Reno, kakak Lila sekolah di Tunas Cendikia, kakak beradik yang hanya terpaut satu tahun itu tampak akur.


Pagi hari, Keyla melihat Aretha dan Valen yang sedang ngobrol berdua, kakak beradik itu menampakkan keakraban pada Keyla. Keyla menghampiri Aretha sejak pertemuan itu, si ganteng Valen tetapi playboy sekaligus pengedar dan pemakai narkoba suka sama Keyla. Valen menyuruh Aretha untuk dikenalin sama Keyla. Tapi tak disangka, ternyata Sheera anak kelas sebelah suka sama Valen. Ketika Aretha mengenalkan kakaknya sama Keyla, ternyata Keyla juga suka sama Valen, mereka pun jadian.

Menghalau Kabut

“Masih ingat saya?” suara bariton itu membuat Indy menoleh dengan gugup, sekaligus membuat lamunannya yang indah terburai. Si pemilik suara segera menjajari langkahnya tanpa permisi.

Indy pun terpaksa menghentikan langkah dan memandangi si pemilik suara dengan lebih cermat. Cowok itu jangkung, wajahnya tak kalah ganteng dari Christian Sugiono dengan kulitnya yang putih bersih dan tubuh yang atletis. Tapi, dimana Indy pernah melihatnya? Indy tak merasa pernah mengenalnya, atau jangan-jangan baterai otaknya sudah terlalu lemah, perlu dicharge ulang! Bagaimana mungkin sosok ganteng ini terhapus dari memorinya?

“Aduh, sayang sekali kalau kamu nggak ingat,” cowok itu tampak kecewa sekali. Ia menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Siapa ya?” Indy mulai penasaran.

Jumat, 25 Februari 2011

Soal Latihan UASBN Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

I. Pilihlah jawaban yang benar!

Bacaan untuk soal no 1 – 5

Rudi siswa terpandai di kelas VI SD Maju Jaya. Seluruh nilai ulanngannya diatas delapan. Setiap penerimaan rapor sudah dapat dipastikan ia mendapat peringkat pertama. Tetapi ia tidak disukai teman temannya. Sikapnya sombong dan tidak mau bergaul dengan temannya. Setiap ada teman yang bertanya ia tidak mau menjawabnya. Ia seperti orang asing di kelasnya. Seluruh siswa mengucilkannya.

1. Apa judul yang tepat untuk teks bacaan di atas

a. Rajin pangkal pandai
b. Anak yang sombong
c. Anak yang pandai
d. Tolong menolong

2. Bagaimana sikap Rudi terhadap teman-temanya ?

a. sombong dan tidak mau bergaul
b. suka menolong teman kesusahan
c. memberi contoh ketika ulangan
d. ramah dan suka bergaul

3. Dimanakah Rudi bersekolah?

a. SD. Suka Maju
b. SDN. Maju Jaya
c. SDN. Jaya Maju
d. SD. Maju Jaya

4. Mengapa Rudi dikucilkan teman-temanya ?

a. karena suka mencontek
b. ia seperti orang asing dikelasnya
c. karena tidak memberi contekan
d. setiap teman bertanya ia tidak mau menjawab

5. Kesimpulan yang tepat untuk teks bacaan di atas adalah….

a. Rudi anak yang pandai tetapi sombong dan tidak mau bergaul sehingga dikucilkan teman-temanya.
b. Setiap penerimaan rapor Rudi pasti peringkat pertama
c. Rudi siswa terpandai di SD. Maju Jaya. Seluruh nilai ulangannya diatas delapan
d. Selama bersekolah di SD. Maju Jaya Rudi anak terpandai

Kutipan cerita rakyat untuk soal no 6

Konon di sebuah desa ada seorang saudagar yang kaya raya. Dia mempunyai tiga orang putri. Ketiganya berparas cantik. Si Sulung memiliki tubuh yang ramping, bagus. Anak kedua mempunyai kulit yang halus dan lembut, karena itu dia suka memakai perhiasan yang indah-indah. Namun sifat kedua anak saudagar ini sombong suka memamerkan kelebihannya. Sedangkan Si Bungsu suaranya sangat merdu dan sifatnya juga lemah lembut dan sayang sekali kepada ayahnya.

6. Latar tempat pada kutipan cerita diatas adalah…

a. sebuah kerajaan
b. desa
c. kota besar
d. tepi hutan

7. Watak putri bungsu saudagar kaya dalam cerita di atas adalah…

a. suka memamerkan kecantikannya
b. durhaka kepada ayahnya
c. lemah lembut dan sayang ayahnya
d. suka memakai perhiasan yang indah

8. Amanat yang tepat untuk kutipan cerita di atas adalah…

a. mensyukuri terhadap kelebihan yang dimiliki dan tidak menyombongkan diri
b. suka menolong adalah perbuatan terpuji
c. selalu berpenampilan menarik agar disenangi teman
d. menghargai kelebihan orang lain

9. Bacalah dengan cermat cuplikan dongeng berikut!

Konon disebuah hutan terdapat sebuah gubug tua dan reyot. Penghuninya seorang wanita tua renta dan kedua putrinya. Anak pertama bernama Ayu Anjani dan anak yang kedua bernama Sekar Ayu. Kedua anak tersebut memiliki wajah yang sangat cantik. Ayu Anjani setiap hari bangun pagi untuk mencari kayu bakar dan mengambil air di sungai untuk memasak. Sedangkan Sekar Ayu setiap hari selalu bangun siang dan minta sarapan selalu disediakan di kamarnya. Dia senang sekali bercermin dan mengagumi kecantikannya. Walaupun demikian Ayu Anjani selalu menyayangi adiknya dan ibunya yang tua renta.

Perbedaan watak tokoh Ayu Anjani dengan Sekar Ayu adalah…

a. Ayu Anjani sombong sedangkan Sekar Ayu pemalas
b. Ayu Anjani rajin sedangkan Sekar Ayu pemalas
c. Ayu Anjani rajin sedangkan Sekar Ayu suka menolong
d. Ayu Anjani penyayang sedangkan Sekar Ayu berbakti pada ibunya

10. Banyak cara yang dilakukan orang untuk menabung. Di rumah misalnya kita bisa menggunakan celengan meskipun keamanannya kurang terjamin. Selain di rumah kita juga bisa menabung di koperasi sekolah. Namun yang lebih baik dan aman adalah menabung di bank. Keamanannya lebih terjamin dan terdapat banyak kemudahan-kemudahan yang kita peloreh. Dengan menabung di bank uang kita terjamin dari pencurian, kebakaran rumah, bencana alam, dan lain-lain.

Topik dari teks bacaan di atas adalah…

a. Menabung banyak caranya
b. Menabung enak di koperasi
c. Menabung di celengan tidak aman
d. Menabung di bank lebih baik dan aman

11. Malam hari masih menjadi saat-saat yang rawan kejahatan. Terutama di kawasan-kawasan sepi. Karena itu, sebaiknya masyarakat lebih berhati-hati berkendara sendirian di malam hari. Pengalaman Kusma Kartika warga Bogen Gg Buntu, bisa jadi pelajaran. Kamis(14/1) malam, ketika melintas di Jl Raya Kenjeran, Kusma dikejar, dipepet, dan tasnya dirampas bandit jalanan. Beruntung, pada saat kejadian ada anggota Satreskrim Polres Surabaya Timur yang sedang berpatroli.

Sumber: Radar Surabaya, Sabtu 16 Januari 2010

Isi atau pesan yang terkandung dalam rubrik tersebut adalah…

a. minta pengawalan polisi jika berkendara malam hari
b. waspada dan lebih berhati-hati jika berkendara sendirian di malam hari
c. tidak keluar rumah pada malam hari
d. masyarakat tidak perlu khawatir karena ada polisi berpatroli



Amanat yang terkandung dalam puisi di atas adalah…

a. kekayaan alam harus dijaga dan dilestarikan
b. alam yang gersang karena kemarau
c. musim kemarau yang panjang
d. keindahan alam musnah karena kemarau

13. Makna kata gersang dalam puisi yang berjudul “Ulah Manusia Jua” adalah…

a. subur
b. becek
c. kering
d. lebat

14. Ibu : (duduk gelisah lalu berdiri mondar-mandir sambil sesekali menengok ke arah jendela) “Kemana saja adikmu, Irma?” (lalu berdiri dan melihat keluar jendela) “Jangan-jangan terjadi sesuatu!”

Irma : “Saya juga khawatir, Bu” (sambil memegang buku). “Tetapi, kita tunggu sajalah berita dari Kakak.”

Ibu : “Biasanya adikmu pulang tak sampai malam begini! (berdiri di depan pintu)

Ayah : “Dia juga selalu

Amanat yang dapat diambil dari cuplikan drama di atas adalah…

a. pulang tepat waktu jika bepergian
b. selalu minta ijin dan memberi khabar jika
c. tidur di rumah teman ketika
d. selalu jaga diri dan waspada ketika bepergian

15. Seruni, gadis cilik berusia enam tahun. Dia hidup bersama ibu dan kakak perempuannya. Sang ayah meninggal dalam kecelakaan. Kini, ibunyalah yang menanggung beban hidup keluarganya. Dia tidak memiliki teman. Bahkan, kakaknya juga tidak mempedulikannya. Seruni terlahir sebagai gadis cilik yang  bisu dan tuli. Seruni hanya dapat bermain dengan ibu dan kawan khayalannya. Sampai suatu hari, diabertemu dengan Diah. Diah adalah anak yang  baik hati dan dapat dipercaya. Sejak kedatangan Diah, Seruni lebih riang. Dia dapat berkomunikasi dengan menggerakkan jemarinya, sebagai bahasa isyarat. Diah yang mengajarkannya. Kini, jemari Seruni dapat bergerak dengan lincah. Ia dapat mengungkapkan isi hatinya. Ada satu keinginan yang disampaikan  Seruni kepada Diah. Seruni ingin  mendengar, walaupun hanya sehari. Suatu hari, Seruni mengalami kecelakaan. Peristiwa ini menyebabkan  Seruni tidak mampu lagi  menggerakkan jemarinya. Dia pun kehilangan  semangat  hidupnya  Dia juga selalu mengatakan bahwa tuhan  tidak adil dan tidak sayang padanya. Mengapa dia selalu menerima cobaan yang bertubi-tubi ?

Tema dari penggalan cerita di atas adalah…

a. pentingnya hidup rukun sesama anggota keluarga
b. selalu bersyukur atas sesuatu yang diberikan Tuhan
c. tolong menolong terhadap yang lemah

d. tidak membeda-bedakan teman

16. Dia pun kehilangan semangat hidupnya.

Maksud dari kalimat di atas adalah…

a. seruni ingin hidup lebih lama lagi

b. semangat hidup seruni bertambah setelah bertemu Diah

c. seruni putus asa dan tidak memiliki keinginan untuk hidup

d. seruni menemukan kembali semangat hidupnya



Ari ingin berkunjung ke Monumen Kapal Selam. Arah terdekat yang dapat ditempuh Ari adalah…

a. Keluar rumah Jl. Ciliwung ke Selatan belok ke Timur Jl Diponegoro kemudian belok ke Utara Jl Blauran lurus Jl Kayun lalu belok ke Timur Jl Pemuda

b. Keluar rumah Jl. Kartini ke arah Selatan belok ke Timur Jl Basuki Rahmad  kemudian belok ke Utara Jl Kayun lalu belok ke arah Timur Jl.Pemuda

c. Keluar rumah Jl Ciliwung ke arah Utara belok ke Timur Jl Basuki Rahmad kemudian belok ke Utara Jl Kayun lalu belok ke arah Timur Jl Pemuda

d. Keluar rumah Jl. Ciliwung ke Selatan belok ke Timur Jl Diponegoro kemudian belok ke Utara Jl Musi belok ke Timur Jl Basuki Rahmad belok ke Utara Jl Kayun lalu belok ke Timur Jl Pemuda

18. Simaklah percakapan di bawah ini!

Bu Sri : “Angga mengapa kamu tidak ikut kursus komputer di sekolah?”

Angga : “Orang tua saya tidak mampu membayar, Bu.”

Bu Sri : “O, begitu. Karena kamu pernah mengharumkan nama sekolah menjadi juara lomba

mengarang, kamu akan menerima beasiswa.”

Angga : “Terima kasih, Bu, terima kasih.”

Bu Sri : “…………………”

Kalimat yang tepat untuk perakapan di atas adalah…

a. Angga diminta mengikuti kursu

b. Kamu minta uang orang tuamu untuk kursus komputer di sekolah

c. Dengan bea siswa itu, saya minta kamu ikut kursus komputer!

d. Angga, kamu jangan bersedih, tidak kursus tidak apa-apa !

19. Data

1) Jalan Teluk Nibung no 12

2) Islam

3) SDN. Perak Utara I/58

4) Reni Anggraeni

5) Sidoarjo, 12 Maret 1998

6) Telepon

Jika data tersebut dimasukkan ke dalam formulir urutan yang benar adalah…

a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6
b. 4 – 5 – 3 – 2 – 1 – 6
c. 4 – 3 – 2 – 1 – 5 – 6
d. 4 – 1 – 3 – 2 – 5 – 6

20. Penggunaan kata depan dari yang tepat dalam kalimat di bawah ini adalah…

a. Usia Amir lebih tua dari Mamat
b. Dari sejak kecil ia dimanja oleh ibunya
c. Mulai dari saat itu ia mulai marah padaku
d. Ani baru datang dari Surabaya tadi sore

21. Ida tidak berangkat kesekolah

Ida sedang sakit gigi
Kalimat mejemuk yang sesuai berdasarkan penggabungan dua kalimat di atas adalah…

a. Ida tidak berangkat sekolah tetapi sedang sakit gigi
b. Ida tidak berangkat sekolah dan sedang sakit gigi
c. Ida tidak berangkat sekolah karena sedang sakit gigi
d. Ida tidak berangkat sekolah meskipun sedang sakit gigi



 

 

 

 

22. Urutan mengoperasikan VCD yang benar adalah…

a. 2 – 4 – 1 – 3 – 5
b. 3 – 4 – 2 – 1 – 5
c. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
d. 3 – 2 – 4 – 1 – 5

23. Hidupnya selalu merana sejak ditinggal kedua orang tuanya. Kalimat yang bersinonim sama dengan kata merana adalah…

a. Kesuksesan itu membuat hidupnya menjadi sejahtera
b. Sejak kecil ia tidak pernah merasakan kesusahan
c. Karena terkena bencana alam ia sekarang hidup menderita
d. Walau sebatangkara ia meraih kebahagiaan

24. Karena warga jarang membersihkan selokan mengakibatkan banjir di musim hujan.

Antonim kata jarang dalam kalimat diatas adalah…

a. selalu
b. sering
c. malas
d. rajin

25. Para pahlawan itu berjuang hanya……bambu runcing. Kata berimbuhan yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah…

a. bersenjatakan
b. mempersenjatai
c. disenjatai
d. bersenjata

26. 1) nyamuk-nyamuk demam berdarah merajalela menggigit siapa saja
2) musim hujan telah tiba, masih banyak warga yang malas membersihkan lingkungannya
3) akibatnya jika hujan turun terjadi genangan air dimana-mana
4) mari kita selalu membersihkan lingkungan agar tetap bersih dan sehat

Urutan kalimat yang tepat sehingga menjadi paragraf yang padu adalah…

a. 4 – 3 – 2 – 1
b. 2 – 3 – 1 – 4
c. 3 – 4 – 2 – 1
d. 1 – 2 – 3 – 4

27. Sekitar 17 juta penduduk Indonesia masih tinggal di kawasan kumuh. Mereka tersebar di beberapa tempat yang sebenarnya tidak layak untuk dihuni. Tidak jarang pula mereka terkena penertiban karena lahan tersebut memang tidak diperuntukkan buat tempat tinggal………….

Kalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf diatas adalah…

a. Dibutuhkan kepedulian masyarakat untuk membantu mereka.
b. Untuk itu perlu, digalakkan pembangunan rumah sederhana dan murah,
c. Seharusnya pemerintah memberi bantuan beras murah.
d. Marilah kita wujudkan daerah yang bersih dan tidak kumuh

28. Penulisan huruf besar yang benar terdapat pada kalimat…

a. jembatan Suramadu menghubungkan pulau Jawa dan pulau Madura
b. Jembatan Suramadu menghubugkan Pulau Jawa dan Pulau Madura
c. Jembatan suramadu menghubungkan pulau jawa dan pulau madura
d. jembatan suramadu menghubungkan pulau jawa dan pulau madura

29. Cepat bawa adikmu ke rumah sakit ( )

Tanda baca yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah…

a. tanda tanya ( ? )
b. tanda titik ( . )
c. tanda petik ( )
d. tanda seru ( ! )

30. Buah semangka dibelah dua

Buah cempaka atuh di sumur
………………
………………

Kalimat yang tepat untuk melengkapi isi pantun di atas adalah…

a. barang siapa suka berdusta
akan celaka sepanjang umur

b. bila kita malas belajar
celakalah kita nanti

c. barang siapa suka mencuri
celakalah di dadalam kubur

d. jika kita menyiakan-nyiakan usia
akan sengsara dimasa tua

31. ………………..

………………..

Tidakkah ada orang yang pandai

Jika tidak rajin membaca

Kalimat yang tepat untuk melengkapi sampiran pantun di atas adalah…

a. sungguh cantik si burung merak
burung tekukur terbang kemari
b. makan roti di pinggir jalan
kali yang jernih banyak ikannya

c. jalan-jalan di tepi pantai
biarkan saja angin menerpa

d. jalan-jalan di tepi laut
tepi laut banyak ikannya

32. Karena ketakutan anak itu mengambil langkah seribu.

Kalimat yang maknanya sama dengan kalimat di atas adalah…

a. Setiap hari Minggu di taman Bungkul di selenggarakan sepeda santai
b. Karena banyak PKL laju mobil menjadi lambat
c. Ketika ketahuan polisi pencuri itu berlari cepat sekali
d. Karena tidak tahan hidup di penjara penjahat itu melarikan diri



33 Kalimat yang sesuai dengan gambar di atas adalah…

a. Para pekerja sedang membangun ruang kelas baru
b. Para siswa bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah
c. Warga kampung sedang bekerja bakti
d. Masyarakat bergotong membangun tempat ibadah

34. Kepada bapak, ibu, dan saudara-saudara hadirin kami persilahkan duduk

Penulisan kalimat di atas tidak efektif, agar menjadi efektif kalimat perbaikannya yang benar adalah…

a. kepada para undangan kami persilahkan duduk
b. buat para pengunjung kami silahkan duduk
c. kepada saudara-saudara kami silahkan duduk
d. para hadirin kami persilahkan duduk



35. Kalimat yang menunjukkan rasa kecewa terhadap gambar di samping Adalah…

a. Huh! Suaramu kali ini tidak enak didengar
b. Bagus sekali suaramu enak didengar
c. Penampilan kamu saat ini sangat memuaskan
d. Hebat! Saya rasa kamu pantas menjadi juara

36. Hari ini murid-murid kelas VI dipulangkan pagi karena mengikuti try out. Sesampainya di rumah Mia ditanya oleh ibunya, kalimat tanya yang tepat adalah…

a. bagaimana kamu bisa pulang pagi, Mia?
b. Mengapa kamu hari ini pulang pagi, Mia?
c. Berapa banyak siswa kelas VI yang pulang pagi?
d. Untuk apa murid-murid kelas VI dipulangkan pagi?

37. Nuri memang pantas disebut bintang kelas. Ia rajin dan cerdas, pandai mengatur waktu dan tidak pernah lupa belajar. Tingkah lakunya menawan, tutur katanya sopan. Murah senyum, jarang marah, tidak sombong dan tidak pula angkuh.

Kalimat utama teks satu paragraf diatas adalah…

a. ia rajin dan cerdas, pandai mengatur waktu

b. Nuri memang pantas disebut bintang kelas

c. Tingkah lakunya menawan dan tutur katanya sopan

d. Murah senyum, jarang marah, dan tidak sombong

38. Dengan ini kami beritahukan bahwa ulangan akhir semester II akan dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Oleh karena itu, kami dari pihak sekolah meminta kepada seluruh siswa agar rajin belajar.

Pemberitahuan ini disampaikan dengan tujuan agar para siswa lebih siap menghadapi ulangan akhir semester. Hal ini perlu dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal.

Demikian pengumuman ini kami buat. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Kalimat pembuka pada pengumuman di atas yang tepat adalah…

a. Demikian pengumuman ini kami buat.
b. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih
c. Hal ini perlu dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal
d. Dengan ini kami beritahukan bahwa ulangan akhir semester II dilaksanakan pada bulan Mei 2010

39 Pada pengumuman tersebut kalimat yang dicetak miring tidak efektif. Perbaikan kalimat tersebut yang tepat adalah…

a. Jalan sehat tersebut diadakan dalam rangka HUT RI ke 64
b. Jalan sehat diadakan dalam rangka memperingati HUT ulang tahun negara RI ke 64
c. Jalan sehat untuk memperingati ulang tahun RI ke 64

d. Jalan sehat tersebut untuk memperingati hari ulang tahun RI ke 64

40. Penulisan kata depan yang tepat terdapat dalam kalimat…

a. Sayur mayur itu diperoleh tengkulak dari Desa Wonoayu.
b. Pagi-pagi sekali ayah berangkat keJakarta
c. Dari pada melamun lebih baik membaca buku perpustakaan
d. Pencuri yang melarikan diri itu berhasil ditangkap polisi

41. Kalimat iklan yang tepat berdasarkan gambar di samping adalah…

a. Dapatkan hadiah milliaran rupiah
b. Sabun yang harum dan higinis
c. Gunakan so Klin higinis agar cucian bersih, harum dan bebas kuman
d. Beli so Klin higinis 2 bungkus dapat gratis 1 bungkus

42. …………………………………………………..…………………………………………………..

Saya selaku wakil dari keluarga Anton mengucapkan terima kasih kepada para guru dan rekan-rekan yang telah sudi meluangkan waktunya untuk menghadiri acara syukuran atas terpilihnya Anton sebagai finalis idola cilik di RCTI.

…………………………………………………………………………………………………………

Kalimat pembukaan pidato yang tepat adalah…

a. Terima kasih kami ucapkan atas kehadiran para guru dan rekan-rekan semua
b. Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukut kehadirat Tuhan YME atas karunianya sehingga kita
semua dapat menghadiri acara syukuran ini.
c. Demikianlah sambutan yang dapat kami sampaikan atas kekurangannya saya mohon maaf.
d. Semoga Anton dapat menjadi juara idola cilik di RCTI sehingga mengharumkan nama sekolah.

43. Cuplikan pidato Kepala sekolah pada acara pelepasan guru yang sudah pensiun.

…………………………………………………………………………………………………………

Cepat sekali waktu berlalu sehingga tidak terasa bapak Banu telah mengabdi di SDN 1 Karang Anyar  ini selama 30 tahun. Suka duka telah kita rasakan bersama untuk turut memajukan sekolah ini serta mencerdaskan anak bagsa. Kami hanya bisa berdoa semoga pengabdian bapak Banu menjadikan amalan baik yang akan dicatat oleh Tuhan YME.

…………………………………………………………………………………………………………

Kalimat penutup pidato yang tepat adalah…

a. Demikianlah semoga apa yang saya berikan pada bapak Banu dapat bermanfaat dikemudian hari.

b. Saya mewakili teman-teman mengucapkan selamat menikmati masa pensiun dengan ikhlas

c. Demikian sambutan yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf atas segala salah dan khilaf, kami

sampaikan selamat jalan semoga Tuhan YME senantiasa melindungi kita semua. Amin.

d. Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk memberikan penghargaan kepada bapak Banu yang telah

mengabdikan dirinya di sekolah ini.

44. Perhatikan surat untuk teman berikut berikut!



Kalimat pembukaan surat untuk teman diatas yang benar adalah…

a. Rina, bagaimana kabarmu di sana? Semoga kamu sekeluarga dalam keadaan sehat walafiat.
b. Rina, mungkin sampai di sini surat dari kami.
c. Salam kami untuk keluarga dan teman-temanmu di sana
d. Bagaimana, Rin? Apakah kamu sudah akrab dengan teman-teman barumu di Madiun?

45. Petunjuk pemakaian obat disamping yang benar adalah…

a. Kocok dahulu sebelum di minum
b. Minumlah satu sendok teh 3 sehari
c. Larutkan 1 bungkus oralit dengan segelas air masak lalu diaduk hingga larut
d. Taburkan 1 bungkus oralit pada kulit yang luka

46. Sebenarnya banyak cara yang dapat kita lakukan untuk …. ancaman pemanasan global.

Kata berawalan yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah…

a. Teratasi
b. Mengatasi
c. Diatasinya
d. Mengatasinya

47. Perhatikan gambar di samping!

Kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan

a. Aku sejenis serangga, sayapku indah, makananku sari bunga, aku selalu dianggap hama oleh petani

b. Aku sejenis serangga, aku memiliki sayap indah, makananku sari bunga, aku suka membantu penyerbukan bunga

c. Aku sejenis serangga, makananku sari bunga yang manis, aku juga membantu penyerbukan pada bunga, aku dilindungi oleh sengat

d. Aku termasuk serangga, aku suka bermain pada bunga, makananku sari bunga yang manis, aku dapat membuat madu.

48. Perhatikan laporan pengamatan di bawah ini! Pengamatan pertumbuhan biji kacang hijau dilakukan selama 16 hari. Pengamatan dilakukan pada tanggal 2 – 18 Januari 2010.

Langkah-langkah yang dilakukan:

1) ……………………..

2) Memasukkan tanah subur dalam pot

3) Menyebarkan biji kacang hijau pada pot yang di sediakan

4) Memberikan sedikit air

Setelah hari 5 biji kacang hijau mulai berakar.

Kalimat yang tepat untuk melengkapi langkah ke 1 adalah…

a. Menyiapkan pupuk tanaman

b. Membuat persemaian

c. Menjemur biji kacang hijau sebelum di tanam

d. Menyiapkan pot yang sudah diisi dengan sedikit kerikil

49. Penduduk di lereng Gunung Penanggungan merasa ketakutan akhir -akhir. Hujan lebat yang turun di puncak gunung beberapa hari ini menyebabkan mereka khawatir jika sewaktu-waktu terjadi banjir bandang dan tanah longsor. Hal ini dapat saja terjadi karena hutan di gunung tersebut sudah gundul.

Kalimat yang tepat untuk meringkas teks paragraf di atas adalah…

a. Penduduk sekitar lereng Gunung Penanggungan ingin mengungsi

b. Penduduk di lereng Gunung Penanggungan ketakutan jika sewaktu-waktu terjadi banjir bandang dan tanah longsor.

c. Banjir bandang dan tanah longsor dapat terjadi karena hutan di Gunung Penanggungan gundul

d. Jika hujan lebat turun di Gunung Penanggungan dapat menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor

50. Perhatikan gambar-gambar di samping!

Urutan gambar yang tepat sehingga menjadi

sebuah cerita yang runtut adalah…

a. 1 – 4 – 2 – 3
b. 1 – 4 – 3 – 2
c. 3 – 4 – 1 – 2
d. 2 – 3 – 4 – 1

Kunci Jawaban :



Dikutip dari : Onny Rudianto SDN 1 Perak Utara Surabaya

 

Kamis, 24 Februari 2011

Cheeese

Aku memang dari dulu hobi difoto, apalagi setelah aku punya sahabat yang sehobi, Erin."Sebelah sana yuk Rin!" Kami berpindah tempat di sebuah pohon besar yang ada di taman. Tempat favorit kamu memang di bawah pohon besar. Setiap ada pohon besar yang menarik, kami selalu menyempatkan diri untuk berfoto. "Capek nih. Memangnya sisa berapa?" kataku."Dikit lagi kok. Abisin aja sekalian," sahut Erin.Setelah kami berfoto, seperti biasa, bagian cetak foto pasti giliranku.***"Aneh," kata Erin. "Kenapa?""Kok yang ini beda? Kayak ada bayangan hitamnya?" katanya."Masa sih?" Aku balik bertanya. Foto di bawah pohon besar itu terdapat bayangan aneh, seperti orang duduk di bawah kami berdiri. Erin semakin heran melihat hasil cetak foto itu. Dia membalik-balik fotonya seolah-olah bayangan itu bisa hilang."Alya, ayo kita foto lagi. Siapa tahu nanti hasilnya beda!""Boleh."Entah sudah berapa tumpuk album foto yang tersimpan di rumah. Tapi sebagian besar banyak yang diambil saudara dan teman-temanku. Selebihnya kusimpan di lemari. Herannya, aku tak pernah bosan difoto sejak aku berusia 5 tahun."Alya, kok ada lagi sih?" Wajah Erin semakin ketakutan melihat foto yang kuberikan padanya. Dia tampak ingin menangis. Aku hanya bisa tertawa dalam hati. Selama ini dia tak pernah tahu kalau akhir-akhir ini aku selalu membuat foto itu lebih menarik. Kutambahkan bayangan itu. Hasil dari komputer kesayanganku dan scanner supercanggih yang baru papa beli dari Singapura. Bayangan itu sekarang berubah menjadi seperti orang berdiri."Alya, mimpi apa aku tadi malam.

Chatting

"Sandra! Sedang baca apa kamu? Kalau merasa sudah tidak butuh pelajaran biologi, kamu boleh keluar!" bentak guru biologi kami sambil mengambil buku yang sedari tadi dipelototi sahabatku itu.

"Sudah, nggak usah dipikirin. Dibentak gitu aja kok langsung sedih? Pak Edo memang suka gitu kok," hiburku pada Sandra setelah pelajaran usai."Gimana lagi, itu kan pengalaman pertamaku dibentak sama guru."
"Ya sudah. Yang penting kamu jangan ulangi lagi kejadian tadi. Dan ingat, besok kita ada ulangan biologi. Jadi, belajar yang serius ya!""Aduh, aku lupa! Kan entar sore mau chatting. Ya, lumayan buat refreshing abis kejadian tadi. Masalah ulangan, kan ada kamu. Udah ya, bye!" ujar Sandra sambil berlalu.
Aku menggeleng. Dia selalu saja bersikap semaunya sendiri. Apalagi kalau mau ulangan. Padahal aku sudah sering mengingatkannya. Ah, sudahlah. Nggak ada gunanya memikirkan hal itu sekarang. Lebih baik aku pulang dan belajar untuk ulangan besok pagi.***Aku berjalan menuju ruang kelas. Ulangan biologi yang akan diadakan pagi ini kupersiapkan dengan baik tadi malam. Ketika aku duduk, tiba-tiba kulihat Sandra berlari masuk kelas. Dia menghampiriku seraya menarik tanganku dengan tergesa-gesa keluar kelas.
"Aduh, kamu ini apa-apaan sih? Bentar lagi ulangannya mulai!" kataku."Sudah, diam! Kemarin aku chatting sama cowok keren. Dia ngakunya anak SMA ini juga! Kita janjian untuk ketemu di depan kelas sebelum pelajaran mulai. Makanya kamu kuajak ke sini," jawabnya dengan wajah berseri-seri."Oh ya? Mana buktinya?" tanyaku tak percaya."Baca nih," ujarnya sambil memberikan secarik kertas padaku."Ini hasil print chatting-ku kemarin. Aku pakai nickname Shiva, sedangkan dia pakai nickname Zeus," tambahnya.Zeus : hai. blh knal?Shiva : blh. asl u?Zeus : 20/m/sby.u?Shiva : gw 16/f/sby.qta sama2 di sby ya!Zeus : yup. napa? mo ketemu?Shiva : ehm. tau aja =)Zeus : bisa kok. u skul dmn? Gw di sma xxShiva : sama donk. bsk gw tunggu di dpn klas 2.9 ya!Zeus : ok. pagi, sebelum pljrn mulaiShiva : ok. bye…Zeus : bye…"Lho, cuma gini kok kamu bisa bilang dia keren sih? Jangan-jangan dia bohong!" kataku setelah membaca kertas itu.Tak lama kemudian, datang pak Edo menghampiri kami. Tapi yang membuat kami terkejut adalah saat beliau menyebut…"Shiva!""Lho, kok pak Edo tahu?" tanya Sandra keheranan."Buku yang kemarin Bapak ambil kan ada nickname chatting kamu. Bahkan, di situ ada jadwal chatting kamu.""Tapi kok Bapak bisa…""Chatting? Jangan dikira Bapak gaptek. Bapak juga sering chatting kok," jawab pak Edo tenang."Sekarang Bapak jadi tahu siapa murid Bapak yang jarang belajar kalau ada ulangan. Kamu ambil alat tulismu dan kerjakan soal ulangan di ruang guru!" tambah beliau.Aku hanya bisa mengerling ke arah Sandra sambil mengulum senyum. Aku tak bisa membayangkan bagaimana wajah Sandra saat dia sedang mengerjakan soal ulangan itu di ruang guru. Ah, gara-gara chatting!

Oleh Riandaru W.P.Penulis adalah mahasiswa Univ. Airlangga

Bulan Setengah

Bulan Setengah -- eveDikemas 21/12/2003 oleh Editor  Ini tjeritera tentang Djakarta. Di malam Bulan terpotel setengah, bukan kerna dimakan Sang Bhatara Kala.

Ini tjeritera tentang Djakarta. Di malam Bulan terpotel setengah, bukan kerna dimakan Sang Bhatara Kala.
Malam itu warga Ibu Kota digemparkan oleh tidak bundarnya lagi Bulan di atas langit Jakarta. "Pasti aksi teroris!" kata seorang bapak RT. "Kali ntu ade ubungannye ama tukang nasgor nyang ilang di depan rume Pondok Indah!" kata seorang abang ojek yang konon pernah mencoba minta nomer togel di rumah hantu itu.
Macam-macam berita tersiar dari radio, televisi, sampai internet. "Breaking News: Bulan di Atas Langit Jakarta Tinggal Setengah, Siapa Pencurinya?"
Mobil polisi yang masih mulus-mulus itu seliweran di mana-mana lengkap dengan sirene yang memekakkan telinga. Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, semua jalan di Jakarta, macet total! Para pegawai menelepon keluarga mereka di rumah lewat handphone, "Mas, aku pulang telat nih... lagi macet." Di sebelah sana sang mas menjawab, "Lha sama Dik, aku malah lagi diinterogasi polisi!" Polisi memang menginterogasi semua orang malam itu. "Di mana saudara pukul 7 tadi? Apa yang sedang anda lakukan saat itu? Apakah saudara bersama seseorang? Apakah saudara kenal dengan Bulan? Apa bintang saudara? bla... bla... bla..."
Para ahli astronomi mengeluarkan teropong mereka dan dengan seriusnya mengamati Bulan yang tinggal setengah. Para paranormal mencoba meramalkan bencana apa lagi yang akan menimpa negeri mereka yang sudah kenyang bencana. Para anggota DPR-MPR dengan sedan mewahnya dan sopir mereka mencoba melaju di tengah kemacetan ke gedung MPR untuk "rapat demi rakyat" katanya. Gubernur dan wakilnya mencopot spanduk-spanduk dukungan atas dilantiknya mereka, karena (katanya) mereka benar-benar tidak tahu (atau tidak mau tahu) siapa yang mencuri setengah Bulan, dan takut penyelidikan malah akan membahayakan kedudukan mereka.
Ibu Presiden pun berpidato resmi di TVRI dan (dengan sangat terpaksa) direlai oleh stasiun-stasiun TV swasta. Dengan pelan (mungkin sangat pelan, karena sebagian pemirsa terpaksa mengeraskan volume TV mereka) Ibu Presiden membaca pidato yang sudah disiapkan oleh para "pembantunya". Untuk seorang pemimpin negara yang tinggal di Ibu Kota yang sedang kehilangan, Ibu Presiden tampak "sangat tenang". Dan, ibu pun membaca.
Malam terasa sangat panjang. Interogasi belum juga selesai. Anggota rapat sudah tertidur di dalam ruangan rapat yang ber-AC. Ibu Presiden tengah dibersihkan make-upnya dari riasan televisi oleh para juru rias kenegaraan lalu dilanjutkan dengan "sleeping beauty", karena besok harus bertolak ke luar negeri untuk kunjungan kenegaraan (katanya).
Di pinggir rel dekat Stasiun Senen, Udin dan kedua adiknya--Indun dan Mamat--tinggal di rumah kerdus di sebelah tumpukan botol Aqua dan sampah-sampah. Berbeda dengan warga Ibu Kota yang sedang kebakaran jenggot, Udin pulang dengan wajah penuh debu namun sumringah.
"Indun! Mamat! Liat nih, abang bawa apaan!"
"Makanan! Cihui! Abang bawa makanan deh pasti!" sambut si kecil Indun.
Dari dalam plastik kresek hitam yang kelihatan bersinar keemasan itu, Udin mengeluarkan bawaannya.
"Terang banget, Bang!" seru Mamat.
"Kayak Bulan!" timpal Indun.
"Emang bulan, abang potel tadi bulannya setengah...," jawab sang abang enteng sambil memotong Bulan sedikit dan digantung di atas atap kerdus mereka memakai tali rafia. "Nah, jadi lampu deh!" ujar Udin bangga bak Thomas Alfa Eddison yang baru saja menemukan bola lampu.
"Hahaha... abang pintel deh!" gelak si cadel Indun.
Mereka pun mulai memotong, membentuk, meliuk-liukkan Bulan yang liat seperti lilin mainan. Ada boneka, mobil-mobilan, sepatu, piring, topi, semuanya memancarkan cahaya bagaikan ribuan kunang-kunang di Manhattan.
Di luar sana, Jakarta masih dipekakkan oleh bunyi sirene yang nguing-nguing ke sana-kemari. Telepon yang tak henti berdering. Handphone dengan SMS yang terus pending karena terjadi "turtle neck" di semua sentral GSM. Internet, radio, televisi, semua orang sibuk mencari dengan berbagai macam cara.
Semua orang mencari. Kini semua orang merasa kehilangan. Padahal, di malam-malam sebelumnya mereka tak pernah pedulikan Bulan. Anak-anak balita pun bertanya pada ibu mereka "Ma... bulan itu apa sih? Beli di mana? Bagus mana sama PlayStation 2?" Dan berjuta pertanyaan lain dari anak-anak yang hanya tahu layar monitor dan joystick. Dan para ayah baru sadar kalau selama ini sudah menghitamkan bulan dengan sang timbal hitam.
Jakarta memang penuh dengan ketidakseimbangan apalagi ketidakadilan. Ketika semua warga tampak resah, bingung dan sedih kehilangan, Udin, Mamat dan Indun malah sedang tertidur pulas dengan wajah menyelipkan senyum, berselimutkan sesuatu yang hangat dan benderang. Bermimpi tentang Neverland dan Peter Pan.

Bulan Membakar Cemara

Oleh: K. Usman

Nuning menulis satu bait puisi di buku hariannya. Saat itu bulan sedang purnama. Gadis remaja bertubuh jangkung itu sengaja membuka daun jendela lebar-lebar, dan membiarkan angin malam yang sejuk mengaduk-aduk isi kamarnya. Si Jangkung membaca kembali puisi yang telah ditulisnya dengan banyak coretan.
Pucuk-pucuk cemara yang rampingMenyanyi di bawah bulan kuningRinduku padamu ke mana mengembaraKetika bulan membakar pucuk-pucuk cemara?
Gadis yang termenung di ambang jendela itu menutup buku hariannya. Kini, perhatiannya penuh ke arah bulan. Tiba-tiba dia mendengar bunyi kuda meringkik. Nuning tersentak. Tampak olehnya kilasan senter dari sebelah selatan. "Ada apa, Ayah!" teriak Nuning.
"Tidak ada apa-apa, Nak. Tutuplah jendela dan tidurlah!" sahut Ayah.
Pak Mangku, ayah Nuning, adalah pemelihara dan pelatih kuda balap milik seorang bos di kota. Lelaki penyabar itu sudah lama menduda, sejak ibu Nuning meninggal. Bayi perempuan yang dilahirkan belasan tahun silam selamat. Tetapi, bidan tidak dapat menyelamatkan jiwa sang ibu yang kehabisan darah setelah melahirkan anak pertama.
Nuning terkejut untuk kedua kalinya ketika mendengar bunyi keras berdebak-debuk, di halaman rumah, di tempat gelap. Halaman itu gelap karena dinaungi pohon-oohon tinggi yang berdaun rimbun. Kali ini, Nuning tidak tinggal diam. Dia buru-buru menuruni tangga rumah panggung, dan meluncur ke halaman. Sesaat tadi, dia mendengar ayahnya memukulkan tongkat rotan ke tanah berulang-ulang.
"Memukul apa, Ayah?" tanyanya setelah dekat dengan Ayah.
"Ular belang mengganggu kuda," jawab Pak Mangku. Lelaki paruh baya itu terengah-engah.
"Ular belang, Yah?"
"Ya! Lihatlah! Hampir sebesar lenganmu!" Pak Mangku menyenter ulang ular belang yang masih meliuk-liuk, setelah berkali-kali dipukul Pak Mangku dengan tongkatnya.
"Hiii! Menjijikkan! Menakutkan!" Nuning berpaling ke kiri.
Pak Mangku berjalan terpincang-pincang ke arah kuda. Dia membawa obat dan perbekalan dari desa ke hutan. Saat serdadu Belanda berpatroli, kaki kiri Pak Mangku kena tembak. Tulang betisnya remuk. Hingga kini, beliau cacat. Komandan gerilyanya dulu, kini jadi orang kaya. Kuda-kuda balapnya dipelihara Pak Mangku di desa. Sebab, di kota lahan untuk memelihara sudah sempit dan harganya mahal.
"Melamunkan apa kau, Nuning?" Tanya Pak Mangku setelah dekat dengan anak semata wayangnya.
"Nuning ingat cerita Ayah bergerilya dulu," jawab Nuning. "Komandan Ayah jadi orang kaya di kota. Ayah memelihara kudanya," lanjut Nuning.
"Yaaa. Habis, siapa mau memakai tenaga Ayah? Ayah sudah tua dan invalid. Bersyukur, Pak Bos masih percaya pada Ayah. Orang lain tidak ada yang mau menggaji orang tua dan cacat fisik seperti Ayah."
"Pak Bos kan pernah bilang agar Ayah mengurus surat-surat agar dapat pensiunan veteran," kata Nuning, seakan mengingatkan.
"Untuk mengurus surat-surat ke kota memakan biaya besar, makan waktu dan tenaga Ayah. Melelahkan. Ikhlaskan sajalah. Toh, Ayah berjuang waktu masih remaja dulu tidak pernah mikir minta balas jasa."
Setelah Pak Mangku menguburkan bangkai ular belang yang mengganggu kuda-kuda di kandang, Nuning kembali ke kamarnya. Dia pandangi bulan, yang makin tinggi. Pucuk-pucuk cemara yang runcing dan ramping bagai terbakar kena cahaya bulan kuning emas. Saat itu pula kuda betina yang baru melahirkan meringkik-ringkik. Anak kuda itu terbangun dan mau menyusu.
*** Ketika membuka kembali catatan hariannya, terlihat oleh Nuning foto Bambang. Anak pedagang tembakau yang kaya itu, kini sudah kuliah di kota besar, setelah menyelesaikan SMU tahun lalu. Di sebelah foto Bambang, tampak Hendry, sahabat Bambang, yang pemalu. Hendry pun sudah pergi, ke kota lain, melanjutkan ke perguruan tinggi. Keduanya adalah senior Nuning si SMUN Unggulan Dua di kotanya. Keduanya secara bergantian sempat menyatakan cinta pada Nuning lewat surat. Surat itu berjangka waktu masing-masing sebulan. "Kita sebaiknya bersahabat seperti dulu. Persahabatan akan lebih menenangkan kita." Begitu jawaban Nuning via surat juga pada Bambang. Untuk Hendry, dibalasnya begitu juga.
Aneh! Keduanya merasa kecewa. Lalu, keduanya menjauhi Nuning. Mereka menyangka, Nuning menolak karena ada Joko. Padahal, Joko adalah kakak sepupu Nuning. Joko adalah anak kakak perempuan Ibu. Bambang dan Hendry mencemburui Joko, yang sering memboncengkan Nuning bila pergi dan pulang sekolah.
"Hem, lucu juga," bisik Nuning sambil memandang bulan, yang mulai bergeser ke barat. Nuning merasa sepi selama liburan panjang. Dia mengharap Vera, teman dekat Joko, jadi datang ke rumah Nuning, di tempat memelihara kuda. Tetapi, sudah hari ketiga libur, gadis yang suka ikut balap motor itu belum juga muncul.
"Ning, menurut kamu, Vera itu cocok nggak dengan Mas Joko?" tanya Joko pada Nuning, suatu siang di tempat memelihara kuda, sekitar lima kilometer dari kampung.
"Cocok sekali," jawab Nuning.
"Menurutmu, Verawati itu cantik apa nggak?" tanya Joko lagi.
"Kalau soal cantik, itu relatif, Mas," tukas Nuning. "Lelaki biasanya lebih mengerti urusan kecantikan perempuan. Kenapa, sih?" Nuning balik bertanya.
"Seisi rumahku tidak simpati pada Vera," kata Joko sambil menundukkan kepala.
"Kok, aneh!" Nuning terkejut. "Kenapa, rupanya?"
"Kata Mbak Tanti, Vera sering naik mobil Bambang, sebelum Bambang melanjutkan sekolah ke kota besar."
"Ah, apa ya? Masa sih Vera begitu?"
"Ibu juga pernah melihat Vera dan Bambang berduaan," sambung Joko.
"Tapi, kata Vera padaku, dia sayang pada Mas Joko. Dengan yang lain-lain hanya teman biasa. Cinta memang harus mengalami ujian berkali-kali, sih!"
Setiap Joko membicarakan Bambang, Nuning merasa bersalah. Begitu pula bila ada yang menyebut-nyebut nama Hendry. Nuning merasa telah melukai hati kedua anak muda yang baik hati itu.
Puncak kesepian Nuning pada hari keempat. Tak seorang pun sahabat yang datang ke tempatnya berlibur. Dia meraih gitar, dan memainkan beberapa lagu. Pak Mangku mengerti, bila Nuning sudah memetik gitar lama-lama, itu pertanda anak semata wayangnya mulai jenuh di ladang, yang jauh dari kota.
Pada hari kelima, sebuah jip muncul. Anak Pak Bos datang sendirian. Namanya Alvianto. Dia mengenakan topi cowboy berpinggir lebar. Nuning sudah lama merasa Alvianto suka padanya, tetapi tidak berani menyatakanya. Alasannya ke ladang adalah untuk melihat Aliman, kuda jantan kesayangannya.
Nuning mendengar salam Alvi, begitu dia senang disapa. Nuning menjawab salam itu. Seperti biasa, Alvi langsung ke kandang kuda. Dia menyalami Pak Mangku.
"Sendiri saja, Alvi?" tanya Pak Mangku sambil membukakan pintu kandang Aliman.
"Enak sendiri, perjalanan jadi lancar," jawab Alvi sambil menepuk-nepuk Aliman.
"Tidak kuliah hari ini, Mas Alvi?" sapa Nuning.
"Mana ada mahasiswa yang kuliah hari Minggu, Nun!" tukas Alvi sambil memasang pelana di punggung Aliman.
"Aduuuh, Nuning lupa pada hari!" pekik Nuning.
Alvi melirik Nuning. Wajah gadis mungil itu bersih. Dia baru saja menunaikan salat sunah Duha. Makanya, dia agak terlambat menyambut Alvi.
"Rajin sekali Nuning salat!" puji Alvi
"Terima kasih. Habis, kalau tidak salat Duha pagi-pagi, rasanya ada sesuatu yang kurang," jawab Nuning.
"Yuk! Keliling-keliling ladang!" ajak Alvi. "Mayang sudah melirik-lirik kamu," lanjut Alvi sambil menunjuk kuda jantan berbulu hitam yang diberi nama Mayang oleh Pak Bos, ayah Alvi.
Tawaran Alvi tidak ditolak Nuning. Berdua menunggang kuda keliling ladang, sambil mendengarkan nyanyian burung di hutan sebelah timur, atau mendengar jerit-jerit monyet-monyet, yang rebutan rambutan rimba. Deru angin di pucuk-pucuk cemara pun indah di telinga.
Mayang tiba-tiba meringkik. Kedua kaki depannya terangkat tinggi-tnggi. Kuda itu dikejutkan kehadiran seekor ular kobra sebesar lengan Nuning. Kepala kobra naik. Lidahnya terjulur. Mayang terus meringkik dan berputar-putar. Buuuk! Nuning terjatuh. Dia mengaduh.
Alvi meloncat dari punggung Aliman. Cekatan dia menyambar galah bambu dan memburu ular kobra. Meluncur si ular kobra ke arah belukar.
"Pinggangku!" keluh Nuning sambil meringis.
"Kugendong sampai ke rumah, ya?" Alvi menawarkan diri.
"Tidak usah!" tolak Nuning, yang selalu percaya diri. "Tolong tenangkan Mayang!" harap Nuning sambil mencoba berdiri.
"Ada apa, Nun?" Pak Mangku tertatih-tatih mendekati anak gadisnya.
Alvi menceritakan gangguan ular kobra, yang menyebabkan Mayang meringkik dan meronta-ronta. Akibatnya Nuning jatuh.
*** Sejak Nuning jatuh dari punggung kuda, Alvi makin dekat pada gadis pendiam itu. Dia menunda kepulangannya ke kota. Obat oles untuk menghilangkan memar dan keseleo dia keluarkan dari tas di jipnya. Nuning makin merasakan perhatian Alvi. Sebaliknya, Alvi pun memberikan banyak harapan pada Nuning. Tetapi, tumbuh pertanyaan di dalam hati Nuning, apa mungkin bisa dekat lebih lama dengan anak majikan ayahnya itu. Pertanyaan itu membuat Nuning tetap menjaga jarak. Dia tidak mau terlalu berharap. Khawatir nanti jatuh terejembab.
Selesai salat Subuh, esoknya, Alvi pamit pada Pak Mangku. Pak Bos, ayahnya, menelepon agar ia segera pulang. Ayahnya mengajak Alvi mancing di laut.
"Ikut, Nun?" tanya Alvi setelah menyalami Nuning.
"Kalau Nuning ikut, Ayah sendirian di ladang sunyi ini," jawab Nuning.
"Tak apa-apa," kata Alvi. "Insya Allah, hari Minggu depan aku ke sini, sekalian mengajak adik-adik. Assalamu'alaikum."
Nuning dan Pak Mangku serempak menjawab salam Alvi. Mahasiswa fakultas kedokteran semester enam itu selalu rendah hati kepada siapa pun.
Sepenggal Alvi, Nuning kembali merasa sunyi. Malamnya, dia buka kembali daun jendela lebar-lebar. Dia melihat sinar bulan membakar pucuk-pucuk cemara. Ingin dia menyelesaikan puisinya yang belum rampung ditulisnya. Tetapi, dia lebih senang mengenang tingkah laku Alvi, malam itu.
Ketika terdengar kentongan bambu sepuluh kali dari rumah tetangga di sebelah timur, Nuning menyadari malam semakin larut.
"Tutupkanlah jendela, Nak, malam makin larut!" Pak Mangku mengingatkan.
"Ya, Ayah," jawab Nuning sambil menarik daun jendela.
Nuning merasa, hari Minggu yang akan datang sangat lama. Tetapi, dia selalu sabar menunggu. Malam itu, dia berniat menyelesaikan puisinya yang belum rampung: Bulan Membakar Cemara… (Jakarta, 10 Oktober 1982 - Villa Kali Sari, 03 Februari 2004)


(AnekaYess: Edisi ke-8 Tahun 2004, 5 - 18 April 2004)

Sinopsis Layar Terkembang

Novel Layar Terkembang karya S. Takdir Alisyahbana


Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 2000 (PS: Pertamakali terbit pada tahun 1936)
Tebal : 166 halaman

Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.

Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura, Sumatra Selatan.

Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selal teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.

Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.

Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.

Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya.

Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.

Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.

Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.

Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya.

Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.
Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.

Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.

Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria mengjhembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.

 

Unsur Instrinsik Novel
1. Tema : Perjuangan Wanita Indonesia
2. Latar / Setting ;
1) Gedung Akuarium di Pasar Ikan,
2) Rumah Wiriaatmaja,
3) Mertapura di Kalimantan Selatan,
4) Rumah Sakit di Pacet,
5) Rumah Partadiharja,
6) Gedung Permufakatan.
3. Alur : Maju
4. Sudut Pandang : Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan tokoh-tokohnya.
5. Penokohan
a. Maria : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang mudah kagum,mudah memuji dan memuja,lincah dan periang.
b. Tuti : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan wanita,selalu serius,jarang memuji,pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu.
c. Yusuf : Putra Demang Munaf di Mrtapura, seseorang mahasiswa kedokteran yang pandai dan baik hati.
d. Wiriaatmaja : Ayah dari Maria dan Tuti, seorang yang memegang teguh agama,baik hati dan penyayang.
e. Partadiharja : Adik Ipar Wiriaatmaja, seseorang yang baik hati, teguh pendirian dan peduli antar sesama.
f. Saleh : Adik Partadiharja, seorang lulusan sarjana yang sangat peduli akan alam sehingga ia mengabdikan diri sebagai seorang petani.
g. Rukamah : Sepupu Tuti dan Maria, seseorang yang baik hati dan suka bercanda.
h. Ratna : Istri saleh, Seorang petani yang pandai dan baik hati.
i. Juru Rawat : Seorang yang baik hati.

6. Gaya Penulisan : Didalam novel ini banyak ditemukan majas personifikasi dan banyak menggunakan bahasa Melayu sehingga terlihat agak rancu dan sulit dimengerti.
7. Amanat : Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat.

 

Unsur Ekstrinsik

Seorang wanita tidak harus melulu duduk diam di rumah saja, melainkan juga harus aktif dalam kegiatan yang dapat mengangkat harkat dan martabat wanita. Keadaan seperti apapun, pasti akan selalu ada harapan bagi setiap manusia untuk meraih cita-cita dan cintanya. Jadi jangan putus asa.

 

 

 

Entri yang Diunggulkan

Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia

Posting Populer